"Selamat ya besok bisa langsung kerja."Senyum di wajah Dara mengembang, tentu ia sangat gembira. Namun, sejak tadi ia risih melihat Pak Bagus mondar-mandir di ruang tempatnya wawancara."Terima kasih, Bu.""Sama-sama, kamu ditempatkan di bagian staff accounting, nanti bisa temui saya dulu ya sebelum kerja untuk mengikutinya arahan kerja kamu."Dara mengangguk."Baik, Bu"Wawancara telah usai Dara segera pulang tapi saat di parkiran Pak Bagus menghampiri, gadis itu berdecak kesal harusnya yang ngejar-ngejar itu Feri, kenapa harus aki-aki?Menyebalkan!"Kok buru-buru banget sih pulangnya?" "Ya terus emang mau ngapain lagi di sini? Wawancaranya juga udah beres." Dara mendelikkan mata.Mau mengeluarkan motor kesulitan karena terjepit motor lain dan terhalangi tubuh Pak Bagus, mau bertindak kasar pun tak enak secara dia komisaris utama di pabrik ini."Boleh ya saya minta nomormu, kamu 'kan udah jadi karyawan di sini, masa saya ga boleh punya nomor kamu."Aki-aki menyebalkan! Dari kemarin
bab 30.B Ms"Hemm, Ibuuu, gimana ini?" Dara merengek meratapi kebodohannya sendiri."Hihh kamu ini gimana sih, ingat ga kata Ki Joko peletnya bakal langsung kena sama pemilik celana dalam itu, dan ga bakal hilang kalau buhulnya ga ditemukan, berarti bener kalau Pak Bagus ngejar-ngejar kamu, yang diambil kemarin celana aki-aku kampret itu."Seketika Bu Rita panik, otaknya berputar mencari-cari ide membereskan masalah putrinya ini."Gimana dong, Bu, aku ga mau sama aki-aki." Dara merengek."Aki-akinya juga kaya, udahlah deketin aja porotin uangnya." Bu Rita kehabisan akal.Jelas saja Dara makin kesal, walau ia butuh lelaki kaya tapi fisik juga penting demi menunjang rasa gengsinya."Enak aja, aku malu apa kata Alvin nanti kalau lihat aku dapetin aki-aki, Ibu tega banget sih ngejatuhin harga diri anak." Dara berdecak sebal.Ponselnya berbunyi, ia melirik benda pipih tersebut dan seketika bibir yang ranum karena lipstik mahal itu merenggut."Nih lihat ini pasti si aki-aki yang nelpon." Da
Bu Rita dan Dara saling melirik terkejut, gadis yang masih mengenakan celana bahan hitam dan kemeja putih itu merasa putus asa."Kok bisa meninggal, padahal beberapa hari yang lalu dia sehat kok," gumam Bu Rita yang didengar oleh lelaki tadi."Ki Joko punya penyakit jantung sama darah tinggi, kata anaknya dia abis makan daging kambing sama Pete terus ga lama dia kesakitan sambil megangin dadanya, dibawa ke rumah sakit terus meninggal, Bu." Lelaki itu dengan detail menjelaskan.Dara mencolek pergelangan ibunya yang gempal lalu berbisik. "Gimana ini, Bu?""Kita pulang aja lah."Mereka bergegas pergi tanpa pamitan pada sekelompok lelaki yang sedang berkumpul itu.*Keesokan harinya ialah hari pertama Dara masuk kerja, sesuai titah ibunya ia mengenakan kemeja putih ketat, dipadukan dengan celana bahan hitam ketat di bagian paha ke atasnya.Bokong Dara yang sexy tentu saja mengundang perhatian mata lelaki tapi itu tak berlaku bagi Feri, lelaki yang kini memelihara jenggot tipis-tipis itu m
Apa? Perempuan itu datang ke sini mau ngapain coba?" Naura mendadak emosi."Dia datang sama anak perempuan seumuran kamu, karena ga terima ditertawakan Ibu menyerang Rita sampai babak belur, padahal waktu itu Ibu belum puas." Sorot mata Bu Rita mendadak tajam."Itu pasti Dara."Naura menghirup napas, muncul sebuah ide dalam kepalanya untuk membuat wanita yang menjadi penyebab ibu kandungnya gila itu menjadi hina."Ibu tenang aja ya, suatu saat dia akan terhina dengan sendirinya, sekarang Ibu fokus sembuh, banyak istighfar ikut pengajian yang ada di yayasan ini." Hati Naura bergemuruh menahan amarah."Waktu itu Ibu emosi, Neng, tiap malem kepikiran terus, kadang Ibu ngerasa ga pantes jadi ibunya Eneng." Bu Nendah menjadi murung Naura tersenyum sambil menatap mata sayu sang ibu."Denger, cuma Ibu yang pantes jadi ibunya Naura, ga akan pernah ada yang bisa gantiin Ibu." Tak kuasa, Naura memeluk ibunya dengan erat.Usai berbincang-bincang penuh tawa akhirnya Naura pamit pulang. Namun, se
"Kalian harus tahu dialah yang telah melahirkan saya, sejak usia dua tahun kami dipisahkan, sekarang aku ingin Ibu dikenal oleh teman dan kerabat semua pihak." Naura tersenyum haru lalu memeluk sang ibu.Bu Rita yang emosi dan kesal segera turun menapaki tangga altar pelaminan yang lumayan tinggi, ia berjalan membelah kerumunan menuju ke arah belakang.Karena tak tega Dara menyusul ibunya dengan tergesa-gesa, melihat ibunya diperlakukan begitu hatinya pun merasa pedih."Bu, kita pulang aja yuk, Naura emang nyebelin," bisik Dara.Bu Rita diam mematung menahan gemuruh amarah dalam dadanya, jika di tempat ini tak banyak orang mungkin ia sudah mengamuk dan memaki Naura beserta ibunya."Ayolah, Bu, kita pulang sekarang aku juga bosen di sini." Dara cemberut.Ia cemburu melihat Feri begitu serasi dengan sang istri, apalagi mereka berlaku mesra di hadapan orang-orang, membuat hatinya semakin terbakar."Lihat saja aku akan buat Nendah makin gila, biar Naura tahu rasa." Bu Rita segera berdiri
"Eh eh kok diambil, ga sopan banget kamu, Ma." Pak Bagus berusaha meraih ponsel dari tangan istrinya.Namun, Bu Nisya menghindar dan berhasil membaca beberapa bait pesan yang sudah diketik suaminya."Siapa perempuan ini, Mas?! Pacar kamu? Oh sejak kapan kalian berselingkuh hah!" Bu Nisya naik pitam, wajahnya panas dingin dengan tubuh yang bergetar hebat."Sini kembalikan hape-nya, Ma!" teriak Pak Bagus kalap.Naura dan Feri yang berada di kamar sebelah sontak langsung menghentikan aktifitasnya."Wih hebat banget kamu, Mas, sudah transfer dia uang segala ya." Bu Nisya menatap suaminya penuh kecewa.Amarah begitu memuncak di dada wanita itu, ingin mengamuk tapi malu karena posisi sedang ada di rumah menantunya.Sementara Pak Bagus kebingungan, dalam hati terdalam merasa kasihan pada sang istri, tapi ia juga tak bisa menampik rasa cintanya terhadap Dara yang datang dengan tiba-tiba."Katakan sama aku dia siapa, Mas?" Air mata sudah berkubang di matanya.Sedangkan Pak Bagus membisu, di ha
"Apa syaratnya, hemm?" tanya Pak Bagus dengan begitu lembut."Aku mau mobil sama hape baru, terus Ini juga punya hutang tiga puluh juta." Dara terdiam sejenak lalu menatap Pak Bagus dengan tatapan manja."Mas bisakan beliin aku iPhone sama mobil plus lunasi hutang ibuku?" Wajah tirus itu sengaja dibuat manis.Pak Bagus mikir sejenak."Mobil sama iPhone ya." "Bisa 'kan? Kalau engga ya udah jangan pernah ganggu hidup Dara lagi." Bibir yang dihias lipstik pink itu mencebik."Iya iya cantik, nanti Mas beliin ya, tapi kalau Mas ngajak jalan jangan nolak dong.""Ya tentu asal Mas nepati janji." Dara masih jual mahal."Tunggu aja ya, satu Minggu lagi mobilnya udah ada, kalau iPhone malam ini beli juga ok." Pak Bagus tersenyum percaya diri.Tentu saja Dara tercengang, tak menyangka semudah itu mendapat uang.Andai saja yang dihadapannya ini Feri, sudah pasti aku makin bahagia."Beneran, Mas? Malam ini boleh beli?"Pak Bagus mengangguk."Bener dong, yang penting kesayangan Mas ini bahagia."D
"Emm, engga ah, Mas, Dara takut."Pak Bagus makin gemas, ia pikir gadis di depannya ini masih polos dan lugu."Ga usah takut, Mas ga akan ngapa -ngapain kok, kita cuma santai-santai aja berdua, kalau di hotel 'kan enak ga ada yang ganggu." Kecuali kalau khilaf, bisik Pak Bagus dalam hati "Duh gimana ya." Dara kebingungan, mencari ide agar bisa pulang sekarang, males banget harus layani aki-aki."Kamu 'kan udah Mas beliin hape, mahal lagi masa diajak ke hotel aja ga mau."Dara berdecak kesal, lelaki sama saja kalau ngasih suka ada maunya."Kalau Mas ga ikhlas ya udah, nih aku balikin." Dara menggeser kasar paper bag ponsel yang baru dibeli itu ke hadapan Pak Bagus "Mas ikhlas kok, Sayang, udah ya jangan ngambek.""Abisnya Mas perhitungan." Dara mencebik kesal."Iya iya kalau Dara ga mau ke hotel gapapa tapi temani Mas malam ini ya, Mas kangen banget sama kamu." Dara langsung melirik ke arah lain, males banget pengen pulang.*Sementara di rumah Feri sedang ditelpon mamanya yang pul