Agustus 1968
Setelah kepergian kedua orang tua dan saudaranya, bocah laki-laki yang berumur 10 tahun itu, tinggal bersama om dan tantenya yang mempunyai seorang anak perempuan berumur tiga tahun.
Hari-hari pertama anak laki-laki yang bernama Ricky, tinggal bersama mereka, om dan tantenya terlihat sangat menyayangi Ricky seperti menyayangi anaknya sendiri. Namun lambat laun, sifat asli mereka pun terbuka.
Sekarang di rumah Ricky tidak ada seorang pembantu rumah tangga, dengan alasan menghemat biaya pengeluaran. Tiap hari tugas yang harusnya dikerjakan oleh pembantu rumah tangga, sekarang hampir semuanya harus dikerjakan oleh Ricky.
Sebelum berangkat sekolah Ricky harus mencuci piring, menyapu, dan mengepel lantai rumah dua lantai peninggalan kedua orang tuanya. Sedangkan sehabis pulang sekolah, Ricky harus mencuci pakaian milik om, tante, dan anaknya.
Untuk masalah makan, Ricky hanya dijatah makan sehari hanya dua kali, pagi dan malam. Ricky juga tidak pernah dikasih uang saku. Kehidupan Ricky sangat berbeda jauh dari sewaktu kedua orang tuanya masih ada.
Desember 1968
Ketika semua penghuni rumahnya Ricky sedang terlelap tidur. Tiba-tiba ada seorang pencuri masuk kedalam rumah. Pencuri itu berjalan menuju kamar tidur utama yang letaknya paling dekat dengan ruang tamu. Kamar tidur yang dahulu ditempati oleh kedua orang tuanya Ricky, sekarang menjadi kamar tidurnya om dan tantenya Ricky.
Dengan sangat perlahan pencuri itu membuka pintu kamar sampai tidak menimbulkan suara sama sekali. Begitu pintu terbuka, pencuri itu berjalan mengendap-endap menuju meja rias yang berada didalam kamar itu. Ketika berada didepan meja rias, pencuri itu membuka laci yang berada dibagian depan. Setelah membuka laci itu, pencuri yang memakai penutup kepala itu langsung mengambil benda yang berada didalam laci. Benda yang terbuat dari kayu itu, berbentuk kotak. Benda itu bukan lain adalah kotak perhiasan. Tanpa membuang waktu, pencuri itu membuka kotak perhiasan. Begitu melihat perhiasan didalam kotak itu, pencuri itu bergegas mengambilnya. Setelah mengambil perhiasan, pencuri itu berlari menuju jendela yang terbuka dan langsung keluar dari rumah itu melewati jendela.
Pagi itu, ketika tantenya Ricky terbangun dari tidurnya. Dia dikagetkan oleh pemandangan yang tidak biasanya. Perempuan itu melihat laci yang berada dibagian depan meja rias, telah terbuka. Tantenya Ricky pun langsung membangunkan suaminya.
"Pak! Pak! Bangun Pak!" Teriak tantenya Ricky sambil menggerak-gerakkan tubuh suaminya.
"Ada apa sih Bu?" Tanya suaminya, sambil membuka kedua matanya.
"Lihat Pak! Laci tempat perhiasanku terbuka!!" Teriaknya.
"Ayo Kita cek, Bu!" Balasnya. Mereka pun turun dari atas ranjang kasur dan berlari menuju meja rias. Setelah berada didepan meja rias, perempuan itu langsung mengambil kotak perhiasan miliknya dan langsung membukanya. Begitu kotak perhiasan itu dibuka, perempuan itu langsung kaget setengah mati.
"Pak!! Perhiasanku tidak ada Pak!!!" Serunya.
"Apa Ibu tidak salah naruhnya?" Tanya suaminya.
"Tidak Pak! Semua perhiasanku, Aku taruh didalam kotak perhiasan ini!" Balasnya.
"Apa jangan-jangan ada pencuri yang masuk kedalam rumah ini?" Tanyanya.
"Ya Pak! Pasti perhiasanku dicuri Ricky, Pak!!" Serunya. Mendengar ucapan suaminya, laki-laki itu berjalan dengan cepat menuju kamarnya Ricky.
"Ricky! Bangun Kamu Ricky!!!" Teriak laki-laki itu ketika berada didalam kamarnya Ricky.
"Ada apa Om Bagyo?" Tanya Ricky sambil bangkit duduk. Tangan kirinya mengusap-usap kedua matanya.
"Kamu kan yang telah mencuri perhiasan tantemu??" Tanya omnya Ricky yang bernama Om Subagyo.
"Perhiasan apa Om? Ricky benar-benar tidak tahu!!" Jawabnya.
"Jangan pura-pura tidak tahu, Kamu Ricky!! Kamu kan yang sudah mengambil perhiasan di kamarku!! Aku tahu, Kamu tidak suka Om dan Tantemu tinggal disini kan??" Ucap tantenya Ricky dengan keras.
"Aku berani bersumpah demi Tuhan! Bukan Ricky yang mengambil perhiasan, Tante Hartati!!! Buat apa Ricky mencuri perhiasan?" Balas Ricky dengan keras.
"Sudah pintar bicara Kamu ya!!! Masih kecil sudah pintar berbohong!!!" Seru Om Bagyo.
"Siapa yang berbohong, Om!! Ricky bicara jujur apa adanya!! Dulu Ayah dan Ibu Ricky selalu mengajarkan Ricky untuk selalu berkata jujur! Jadi Om dan Tante jangan memfitnah Ricky!!!" Balas Ricky dengan berani.
"Anak kurang ajar!!!" Teriak Om Bagyo. Telapak tangan kanannya melayang kearah pipi kiri Ricky.
Pplllaaaaakkkkk......!!!
Tamparan keras mendarat telak dipipi kiri Ricky. Sontak tubuhnya yang kecil, jatuh kesebelah kanan diatas kasur tempat ia tidur.
"Om dan Tante orang jahat!!! Om dan Tante kejam!!!" Teriak Ricky sambil menangis sesenggukan. Air matanya mengalir dengan deras dipipinya.
"Kamu bilang Kita orang jahat? Masih untung Kita kasih Kamu makan tiap hari!! Kalau tidak, Kamu pasti sudah mati kelaparan!!!" Seru Tante Hartati dengan sinis.
"Kalau Kamu tidak suka dengan Om dan Tante, silahkan Kamu pergi dari rumah ini!!! Biar Kamu merasakan jadi gelandangan di jalan!!" Seru Om Subagyo.
"Om dan Tante yang harus pergi dari rumah ini!!! Ini rumah milik Ayah dan Ibu Ricky!!!" Balas Ricky.
"Itu dulu Ricky! Sekarang rumah ini sudah menjadi milik Om dan Tante! Sertifikat rumah ini sudah berganti nama menjadi milik Om Subagyo!! Kamu dengar semua itu kan Ricky!!!" Seru Om Bagyo dengan keras.
"Tidak!!! Tidak mungkin!!!" Teriak Ricky.
Tanpa memperdulikan teriakkan Ricky, Om Subagyo dan Tante Hartati berjalan keluar dari dalam kamarnya Ricky.
Setelah kedua orang itu pergi, Ricky bangkit berdiri sambil menangis sesenggukan. Dia berjalan menuju meja belajar didalam kamarnya. Ricky mengambil foto yang dibingkai yang berada diatas meja belajar. Didalam foto itu terlihat gambar Ricky, adik perempuannya, dan kedua orang tua kandungnya.
"Ayah, Ibu, Dek Sekar! Mengapa Kalian pergi meninggalkan Ricky sendirian? Semenjak Kalian pergi, hidup Ricky menjadi sengsara! Ayah, Ibu, Om Bagyo dan Tante Hartati orang jahat! Mereka sering menyiksa Ricky!" Ucap Ricky sambil memandangi foto yang dipegangnya.
Setelah diam beberapa saat sambil terus menangis sesenggukan, Ricky mengambil tas sekolahnya yang digantung disamping meja belajar. Lalu Ricky memasukkan foto dan buku tulis kedalam tas gendong miliknya. Ricky berjalan menuju lemari pakaian didalam kamarnya. Sambil terus menangis, Ricky mengambil beberapa pakaian miliknya. Ketika tasnya sudah terisi penuh, Ricky menutup resleting tas tersebut. Tanpa ragu-ragu lagi, Ricky berjalan keluar dari dalam kamar menuju pintu depan yang berada di lantai satu.
Ricky menuruni anak tangga dengan sangat perlahan. Hampir tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Ketika menginjakkan kakinya di lantai satu, Ricky memandang berkeliling. Sampai akhirnya anak laki-laki berumur 10 tahun itu melihat om dan tantenya sedang sarapan di ruang makan. Ricky pun bergegas menuju pintu depan rumahnya.
Setelah berhasil keluar dari rumahnya, Ricky berjalan menyusuri trotoar di jalanan kota Surabaya yang ramai oleh orang-orang berangkat beraktivitas.
Setelah berjalan sekitar 30 menit tanpa arah dan tujuan, tiba-tiba Ricky yang merasa lapar. Sampai perutnya berbunyi. Wajahnya pun banjir oleh keringat. Karena sejak Ricky bangun tidur, Dia sama sekali belum makan dan minum.
Ricky memandangi warung yang berada ditepi jalan. Dia hendak membeli makanan dan minuman. Tapi Ricky mengurungkan niatnya. Karena Dia sama sekali tidak membawa uang.
Disaat Ricky merasa haus dan lapar, tiba-tiba seorang pengendara mobil berhenti tepat disamping Ricky. Tidak berapa lama, seorang perempuan berumur sekitar 40 tahunan turun dari mobil sedan berwarna merah itu. Perempuan itu pun menghampiri Ricky.
"Dek, nama Kamu siapa? Kenapa Kamu ada disini? Apa tidak sekolah?" Tanya perempuan itu ketika berada dihadapan Ricky.
"Namaku Ricky. Aku kabur dari rumah. Jadi hari ini tidak berangkat ke sekolah." Jawabnya.
"Kenapa kabur dari rumah Dek? Kamu sekolah dimana?" Tanya perempuan itu.
"Om dan Tante Ricky jahat. Ricky sekolah di SD negeri 1 Surabaya." Jawabnya.
"SD yang bagus itu! Terus dimana kedua orang tuamu, Ricky?" Tanya perempuan itu.
"Kedua orang tua Ricky dan Dek Sekar sudah meninggal. Sekarang Ricky sudah tidak mempunyai siapa-siapa lagi." Jawabnya.
"Innalilahi wainailaihi roji'un. Semoga kedua orang tua Ricky dan Adik Sekar diterima disisi Allah SWT. Aamiin. Kamu sudah sarapan belum Ricky?" Tanya perempuan itu.
"Belum." Jawabnya sambil menggelengkan kepalanya.
"Kalau begitu, sekarang Kita beli roti dan minuman untuk mengganjal perutmu dulu." Perempuan itu pun mengajaknya ke warung dan membelikannya roti dan minuman kemasan kardus kotak.
Dengan lahap Ricky memakan dan meminumnya. Perempuan itu pun membelai rambut Ricky dengan penuh kasih sayang.
"Kamu mau kan tinggal di panti asuhan milik Saya, Ricky? Disana banyak teman-teman yang lainnya." Tanya perempuan itu.
"Mau Bu." Balas Ricky sambil mengangguk. Mendengar jawaban Ricky, dengan tersenyum bahagia perempuan itu memegang tangan kanan Ricky dan mengajaknya menuju mobil. Mereka pun menaiki mobil mewah itu dan segera pergi menuju panti asuhan.
Malam itu, sepulang dari panti pijat miliknya, Ricky mengayuh sepedanya dengan cepat menuju suatu tempat. Didepan sebuah rumah yang tidak asing lagi bagi Ricky, Dia memarkirkan sepedanya didepan pintu gerbang. Perlahan Ricky membuka pintu gerbang dan berjalan menuju pintu depan rumah itu. Sesampainya didepan pintu, Ricky memencet bel yang berada disamping pintu. Tiiinnggg....tooonnggg.... "Ya sebentar!" Seru seorang perempuan dari dalam rumah. Tidak berapa lama, pintu depan rumah itu terbuka dengan perlahan. Ketika pintu itu terbuka, terlihat seorang perempuan berparas cukup cantik berdiri dibalik pintu. Umurnya sekitar 20 tahun. "Selamat malam Mba. Pak Bagyo ada?" Tanya Ricky tersenyum. "Bapak sama Ibu lagi pergi kondangan ke Jember. Paling pulangnya sebentar lagi." Jawab perempuan itu. "Saya teman kerjanya Pak Bagyo. Ada urusan penting yang harus Saya sampaikan malam hari ini juga!" Ucap Ricky. "Kalau begitu, silahkan masuk Mas!" Balas perempuan itu. Lalu melangkah m
Setelah kepergian Ricky dari rumah miliknya yang sekarang menjadi milik Pak Subagyo, Anita berdiam diri meratapi nasib buruk yang menimpa dirinya. Pada saat jam dinding menunjukkan pukul 10.27 WIB, sebuah mobil sedan berwarna biru berhenti di carport rumahnya Anita. Tidak berapa lama, dua orang turun dari dalam mobil itu. Yang satu adalah seorang lelaki berumur 55 tahunan. Pada rambut dan kumisnya sudah terlihat cukup banyak ubannya. Sedangkan orang yang turun dari mobil sebelah kiri adalah seorang perempuan yang wajahnya lumayan cantik. Berusia sekitar 50 tahunan. Perempuan itu memakai kebaya berwarna merah. Rambutnya yang hitam, disanggul dibagian belakang. Perempuan itu berjalan menuju pintu depan rumahnya. Sedangkan lelaki yang bukan lain adalah suaminya, membuka pintu garasi yang terbuat dari besi. Setelah berhasil membuka pintunya, lelaki itu memasukkan mobilnya kedalam garasi. "Anita!!! Dimana Kamu Nak?" Tanya perempuan itu ketika masuk kedalam rumah. Perempuan itu pu
Pagi itu terlihat seorang laki-laki yang bukan lain adalah Pak Subagyo sedang sarapan pagi. Tiba-tiba seorang perempuan yang bukan lain adalah istrinya, datang menghampirinya dengan membawa secangkir kopi hitam. "Pak, kok tumben sekali Anita belum keluar dari kamarnya, ya!" Tanya Bu Hartati. "Coba bangunkan Bu! Siapa tahu masih tidur!" Perintahnya. "Iya Pak." Balasnya. Bu Hartati pun berjalan menuju kamar anak satu-satunya, yang berada di lantai dua. Tokkk...tokkk...tokkk... "Anita! Bangun Nak, sudah siang!" Seru Bu Hartati begitu berdiri didepan pintu. Setelah menunggu beberapa saat, namun perempuan itu sama sekali tidak mendengar jawaban dari dalam kamarnya. Perempuan itu pun kembali berseru. "Anita!! Kamu mau kuliah apa tidak?" Serunya. Seperti sebelumnya, sama sekali tidak terdengar jawaban dari dalam kamar Anita. Dengan perasaan takut dan khawatir. Perempuan itu pun memegang handle pintu dan menekannya kearah bawah. Tapi ternyata pintu itu tetap tidak terbuka. Bu H
Pagi itu, selesai mandi dan berpakaian, Ricky keluar dari dalam kamarnya. Dia berjalan menuju ruang makan. Ketika sampai didepan meja makan, Ricky melihat dua orang perempuan sedang duduk menikmati sarapan pagi. "Sarapan sama apa Nov?" Tanya Ricky. "Nasi goreng buatan Kinan! Jadi rasanya tidak diragukan lagi!" Balas perempuan disebelah kanan, yang bernama Novi. "Enak nih, Buatan Kinan! Kalau buatanmu Nov, rasanya mengecewakan!" Canda Ricky sambil tertawa. "Ih Ricky! Masakanku juga enak kali!" Balas Novi cemberut. Sedangkan perempuan disamping kirinya yang bernama Kinan, hanya tersenyum. Ricky pun mengambil piring dan sendok yang berada di rak piring. Lalu mengambil nasi goreng yang berada didalam wakul yang terbuat dari aluminium. "Nov, salonmu ramai tidak?" Tanya Ricky. Lalu makan sesuap nasi goreng. "Alhamdulillah sekarang ramai terus, Rick. Sampai Aku kecapaian! Panti pijatmu bagaimana? Sudah banyak pelanggannya kan?" Tanya Novi. "Alhamdulillah sudah banyak pelang
Setelah Ricky dan pelanggan perempuannya melakukan hubungan terlarang, mereka pun kembali memakai pakaiannya. Setelah berpakaian, perempuan itu mengeluarkan dompet dari dalam tasnya. Lalu Dia mengambil selembar uang kertas lima puluh ribuan dan memberikannya kepada Ricky. "Ini bayaran untuk servis pijatmu yang telah membuatku sangat bahagia!" Ucap perempuan itu sambil menaruh dompet disampingnya. Perempuan yang sedang duduk diatas ranjang untuk pijat itu, memakai sandal wedgesnya. "Tapi Aku tidak ada kembaliannya." Balas Ricky sambil menerima uang itu. "Ambil saja semuanya untukmu! Oh ya, Kita belum berkenalan! Namaku Sartika Dewi!" Ucap perempuan itu sambil mengulurkan tangan kanannya. "Namaku Ricky! Namamu cantik seperti orannya, Mba!" Puji Ricky. "Namamu juga gagah, seperti orangnya!" Balas puji perempuan yang bernama Sartika Dewi. Lalu Sartika mengambil tas miliknya, yang berada diatas meja. Dia bangkit berdiri dan berjalan menuju pintu. "Lain kali, Aku akan datang k
Hari itu adalah hari minggu. Setelah selesai sarapan pagi, Kinan dan Novi yang libur bekerja, terlihat keluar dari panti asuhan dimana mereka tinggal. Mereka pun berdiri di trotoar untuk menunggu angkot yang lewat. Sekitar 10 menit berlalu, akhirnya sebuah angkutan umum terlihat melaju sekitar 20 meter disebelah kanan Kinan dan Novi. Mereka pun mengulurkan tangan kanannya. Angkot itu pun berhenti tepat didepan mereka berdua. Tanpa membuang waktu, mereka bergegas naik keatas angkot berwarna kuning itu. Angkot itu pun kembali melaju dengan perlahan. Sekitar 15 menit didalam perjalanan, akhirnya Kinan dan Novi turun dari atas angkot. Sebelum pergi meninggalkan angkot itu, Novi memberikan selembar uang kertas 500 rupiah kepada supir angkot itu. Supir angkot itu pun memberikan uang kembalian, yaitu selembar uang 100 rupiah kepada Novi. Novi dan Kinan berjalan menuju sebuah tempat rental buku, yang berada dipinggir jalan dimana mereka turun dari angkot. Pada bagian depan kios yang b
"Mi...ran...ti? Na...ma...ku Kinanti!" Jawab Kinan menyebutkan nama lengkapnya walaupun dengan terbata-bata. "Tidak mungkin! Wajahmu sama persis dengan teman SMA-ku dulu! Kamu pasti Miranti! Mengapa Kamu tinggal disini sekarang, Mira? Bicaramu juga gagap! Sandiwara apa yang sedang Kamu jalankan, Mira?" Tanya Pramono dengan keras. Laki-laki itu tidak percaya kalau perempuan yang berdiri dihadapannya bukan Miranti, perempuan yang sejak dahulu dicintainya. "De...mi A...llah Mas, na...ma...ku me...mang Ki..nan!" Jawabnya. "Berarti Kamu memang benar, bukan Mira temanku?" Tanya Pramono masih tidak percaya. "Ya Mas. A... ku Ki...nan! Se...jak ke...cil A...ku me...mang ga...gap!" Balasnya. "Ini benar-benar kejadian yang sama sekali tidak Aku duga sebelumnya! Oh ya, namaku Pramono. Panggil saja Pram!" Seru Pramono sambil mengulurkan tangan kanannya. "Ki...nan...ti!" Balas Kinan menyambut tangan kanan Pramono. "Aku mau bicara lebih banyak denganmu, Kinan! Maukah Kamu, kalau Kita
Malam itu, sepulang dari panti pijat, Ricky mengayuh sepedanya menuju suatu tempat. Didepan sebuah rumah sederhana, Ricky menghentikan laju sepedanya. Laki-laki berambut gondrong itu berjalan menuju pintu depan rumah berdinding batu bata dan beralas tanah. Tokkkk.....tokkk..... "Assalamu'alaikum." Salam Ricky. Tidak berapa lama, seseorang membukakan pintu itu. Begitu pintu itu terbuka, terlihat seorang perempuan muda sedang menggendong bayi laki-laki. Umur perempuan itu sekitar 19 tahun. "Maaf Mba, Pakdhe Suhardjo ada?" Tanya Ricky. "Ada Mas, silahkan duduk dulu!" Pinta perempuan itu. "Iya Mba." Balasnya. Perempuan itu pun masuk kedalam salah satu kamar. "Pak, ada tamu yang mencari Bapak!" Seru perempuan itu. "Tamu siapa, Arba?" Tanya laki-laki berambut putih yang sedang tiduran sambil mendengarkan radio. "Laki-laki masih muda Pak, tapi kayanya belum pernah kesini!" Jawab perempuan yang bernama Arba. "Ya sudah, Kamu buatkan kopi hitam dua!" Pinta laki-laki yang b