Share

Rumah Warisan

Penulis: Walet Biru
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-23 15:28:56

  Malam itu, sepulang dari panti pijat miliknya, Ricky mengayuh sepedanya dengan cepat menuju suatu tempat. Didepan sebuah rumah yang tidak asing lagi bagi Ricky, Dia memarkirkan sepedanya didepan pintu gerbang. Perlahan Ricky membuka pintu gerbang dan berjalan menuju pintu depan rumah itu.

  Sesampainya didepan pintu, Ricky memencet bel yang berada disamping pintu.

  Tiiinnggg....tooonnggg....

  "Ya sebentar!" Seru seorang perempuan dari dalam rumah. Tidak berapa lama, pintu depan rumah itu terbuka dengan perlahan. Ketika pintu itu terbuka, terlihat seorang perempuan berparas cukup cantik berdiri dibalik pintu. Umurnya sekitar 20 tahun.

  "Selamat malam Mba. Pak Bagyo ada?" Tanya Ricky tersenyum.

  "Bapak sama Ibu lagi pergi kondangan ke Jember. Paling pulangnya sebentar lagi." Jawab perempuan itu.

  "Saya teman kerjanya Pak Bagyo. Ada urusan penting yang harus Saya sampaikan malam hari ini juga!" Ucap Ricky.

  "Kalau begitu, silahkan masuk Mas!" Balas perempuan itu. Lalu melangkah masuk kedalam rumah. Ricky pun ikut masuk kedalam rumah dan duduk diatas sofa. Ricky memandangi sekeliling keadaan didalam rumah itu tanpa berkedip.

  "Ternyata rumah ini masih sama seperti dulu!" Ucap Ricky dalam hati.

  "Ada apa Mas?" Tanya perempuan itu ketika melihat Ricky termenung.

  "Tidak ada apa-apa Mba. Kalau tidak salah, Mba ini namanya Anita Sari! Betul apa salah Mba?" Tanya Ricky.

  "Betul Mas. Kok Masnya bisa tahu?" Tanya perempuan yang bernama Anita Sari.

  "Kan di kantor, Bapakmu sering cerita." Jawabnya.

  "Kalau begitu Saya buat minum dulu ya Mas. Mau kopi apa teh Mas?" Tanya Anita.

  "Kopi hitam saja. Biar tidak ngantuk." Jawabnya.

  "Ya Mas." Ucapnya sambil bangkit berdiri. Anita pun berjalan menuju dapur.

  Ketika Anita sedang membuat secangkir kopi hitam di dapur, Ricky dengan gerakan cepat berkelebat kearah pintu depan. Tanpa membuang kesempatan emas, Ricky bergegas menutup pintu depan rumah itu dan menguncinya. Setelah berhasil mengunci pintu, Ricky langsung mencabut kunci itu dan menaruhnya di saku celananya.

  Ricky dengan cepat berjalan menuju dapur, dimana Anita berada. Ketika Dia sampai di dapur, Anita telah selesai membuat kopi hitam pesanannya dan sedang membawanya menuju ruang tamu menggunakan nampan. Anita sangat kaget ketika dihadapannya Dia melihat Ricky berdiri sambil tersenyum.

  "Mas kok menyusul kesini? Ini kopinya sudah jadi!" Ucap Anita.

  "Aku sudah tidak sabar, Anita! Aku sudah haus." Jawab Ricky menyeringai.

  "Ya sudah, kalau begitu mari Saya antar kopinya ke ruang tamu Mas." Ucap Anita sambil berjalan disamping Ricky tanpa menaruh curiga sedikitpun.

  Dengan gerakan cepat, Ricky berbalik badan dan membuntuti dibelakang Anita. Tanpa disangka-sangka oleh Anita, laki-laki yang mengaku sebagai rekan kerja bapaknya itu, tiba-tiba saja langsung memeluk tubuhnya dari belakang.

  "Apa-apaan ini Mas?" Tanya Anita dengan keras. Kedua tangannya yang sedang memegang nampan berisi secangkir kopi, seketika langsung melepaskan pegangan nampannya. Kedua tangannya berusaha melepaskan kedua tangan Ricky yang mencengkeram pinggangnya dengan kuat. Sedangkan nampan yang dilepaskan oleh Anita, seketika langsung jatuh bersama cangkir berisi kopi hitam.

  Ppprrraaaaannnnnggggg......!!!

  Cangkir dan tatakan pecah berkeping-keping diatas lantai ubin bersama dengan air kopi hitam.

  "Aku sudah haus dan tidak sabar untuk menikmati tubuhmu, Anita!!" Balas Ricky. Lalu dengan penuh nafsu, Ricky mencium tengkuknya.

  "Brengsek!!!" Teriak Anita. Lalu dengan gerakan cepat, Dia menendang kearah belakang dengan kaki kanannya.

  Bbbuuukkkkkggggghhhhh.....!!!

  Tendangan itu tepat mengenai kemaluan Ricky. Sontak Ricky langsung melepaskan pelukannya sambil merasakan kesakitan.

  "Kurang ajar!!! Kamu tidak akan bisa lolos dari tanganku, Anita!!!" Teriak Ricky sambil menahan rasa sakit.

  Sementara itu, setelah terbebas dari cengkraman tangan Ricky, Anita langsung berlari menuju pintu depan rumahnya. Namun tanpa sengaja, kaki kirinya menginjak pecahan cangkir diatas lantai ubin. Dengan menahan rasa sakit, Anita kembali meneruskan niatnya untuk berlari menuju pintu depan. Walaupun larinya menjadi pincang. Dari kakinya yang terluka, terus menerus menetes darah segar.

  Sesampainya didepan pintu, Anita berusaha menekan handle pintu kearah bawah dengan kuat, namun sekuat apapun tenaganya, Anita tidak bisa membuka pintu yang telah terkunci itu.

  Melihat Anita ketakutan didepan pintu, Ricky terus berjalan menghampirinya sambil menyeringai. Anita tidak tinggal diam. Dia berlari menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

  Begitu sampai didalam kamarnya, Anita langsung mengunci pintu kamarnya dengan gugup dan ketakutan. Ketika merasa cukup aman, Anita naik keatas tempat tidurnya dengan perasaannya yang masih ketakutan.

  Ricky berdiri didepan pintu kamar Anita. Tangan kirinya berusaha menekan handle pintu kearah bawah. Namun pintu itu tidak juga terbuka.

  "Sialan! Kamu tidak akan bisa lolos dariku, Anita!" Teriak Ricky didepan pintu. Mendengar teriakkan Ricky, Anita sangat ketakutan.

  Ricky pun mundur beberapa langkah. Lalu Dia berlari kearah pintu dan menabrakkan tubuhnya bagian samping, kearah pintu. Namun pintu itu tetap tidak terbuka. Lalu Ricky mengulangi hal yang sama. Kali ini, begitu tubuhnya dihantamkan ke pintu, pintu itu terbuka dengan cepat.

  Mengetahui Ricky berhasil membuka pintu, Anita sangat ketakutan. Keringat dingin mengucur deras dari wajahnya. Sedangkan Ricky tersenyum lebar ketika berhasil masuk kedalam kamar tidur Anita.

  "Anita, ternyata Kamu sendiri yang mengajakku untuk ke kamarmu!" Ucap Ricky.

  "Laki-laki jahanam!! Cepat pergi!!" Teriak Anita sambil turun dari atas tempat tidur. Tanpa memperdulikan teriakkannya, Ricky berlari menghampiri Anita.

  Begitu Ricky berada dihadapannya, Anita melawannya dengan melemparinya dengan benda-benda yang berada diatas meja rias. Namun Ricky dengan mudah menghindarinya.

  Ketika Ricky berada satu meter dihadapan Anita, Ricky langsung menampar pipi kirinya dengan keras.

  Pplllaaaaakkkkk......!!!

  Tamparan keras itu tepat mengenai sasarannya. Tubuh Anita terjatuh diatas kasur. Tanpa membuang kesempatan, Ricky langsung membuka kaos yang melekat didirinya. Terlihatlah dada dan lengan Ricky yang berotot. Dengan penuh nafsu, laki-laki berambut gondrong itu merusak kehormatan Anita. Anita tidak dapat lagi melakukan perlawanan. Perempuan malang itu hanya bisa menjerit dan menangis.

  Selesai melakukan perbuatan bejatnya, Ricky kembali memakai pakaiannya. Sedangkan Anita hanya meratapi nasibnya.

  "Siapa Kamu sebenarnya? Mengapa Kamu tega berbuat jahat kepadaku?" Tanya Anita sambil menangis sesenggukan.

  "Kamu mau tahu siapa Aku, Anita? Kamu juga penasaran kan mengapa Aku bisa mengenal keluargamu? Aku Ricky. Kakak sepupumu, Anita!" Balas Ricky sambil memakai celananya.

  "Ricky? Ricky anaknya Budhe Ambar dan Pakdhe Sumitro?" Tanya Anita dengan keras.

  "Betul sekali yang Kamu katakan, Anita!" Balasnya.

  "Mengapa Kamu tega berbuat jahat terhadap Aku, Ricky? Padahal Kita masih saudara!!" Seru Anita.

  "Kamu mau tahu alasannya? Itu karena kedua orang tuamu, Anita! Kedua orang tuamu telah tega mengambil rumah ini! Rumah warisan kedua orang tuaku, yang harusnya menjadi milikku!!! Kamu dengar semua itu kan Anita?" Tanya Ricky penuh amarah.

  "Tapi kan semua bisa dibicarakan baik-baik, Ricky!" Balas Anita.

  "Tidak Anita! Kedua orang tuamu telah mengganti nama sertifikat rumah ini. Selain itu, tentunya Kamu masih ingat, bagaimana kedua orang tuamu dengan tega berkali-kali menyiksa diriku. Yang bukan lain adalah keponakannya sendiri!! Kamu ingat semua itu kan, Anita?" Tanya Ricky dengan keras.

  "Tapi Ricky, mengapa Kamu juga membenciku?" Tanya Anita.

  "Itu karena Kamu anak Om Bagyo dan Tante Hartati!! Karena perbuatan kedua orang tuamu, Aku sampai nekad kabur dari sini! Apa mereka berusaha mencari keberadaanku? Aku jamin tidak! Jika besok Kalian tidak pergi dari rumah ini, jangan salahkan Aku, jika Aku berbuat lebih kejam dari pada hari ini! Ingat itu Anita!!!" Seru Ricky. Lalu berkelebat pergi keluar dari dalam kamar menuju pintu depan rumah itu.

  

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Perkawinan Berdarah   Masa Lalu yang Kelam

    Setelah meninggalkan rumah Bu Sartika, Ricky mengendarai mobilnya menuju rumah tahanan yang berada di Kota Surabaya. Hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit saja, akhirnya mereka sampai ditempat yang ditujunya. Setelah memarkirkan mobilnya, Ricky dan Kinan bergegas turun dari mobil. Mereka pun berjalan menuju tempat pendaftaran besuk narapidana. Setelah mendapatkan nomor antrian, mereka berdua duduk diatas kursi yang telah disediakan. Sekitar 45 menit berlalu, akhirnya nomor milik Ricky dipanggil oleh petugas yang berjaga. Ricky dan Kinan pun bangkit berdiri. Lalu mereka menghampiri petugas itu. Setelah menyerahkan nomor yang dipegangnya. Ricky diminta untuk menitipkan KTP miliknya. "Mari Mas, Mba, ikuti Saya!" Ucap seorang petugas. Ia pun berjalan menuju ruang besuk. Sedangkan Ricky dan Kinan mengikuti dibelakangnya. "Silahkan tunggu saja disini. Saudara Jatmiko akan Saya panggil!" Ucapnya ketika sampai di ruang besuk. "Baik Pak." Balas Ricky. Ricky dan Kinan pun duduk d

  • Perkawinan Berdarah   Kemarahan yang Memuncak

    Pagi itu, setelah selesai sarapan, mandi, dan berpakaian, Ricky dan Kinan terlihat keluar dari dalam rumah. Mereka berjalan menuju jalan raya. Begitu sampai ditepi jalan raya, Ricky menghentikan laju sebuah taksi yang akan lewat didepannya. Ketika taksi itu berhenti, Ricky dan Kinan pun bergegas menaiki taksi tersebut. Setelah mendapat petunjuk dari Ricky, supir taksi itu pun kembali menginjak pedal gas dengan kuat menuju tempat yang ditujunya. Sekitar 40 menit didalam perjalanan, akhirnya mereka sampai ditempat yang ditujunya. Setelah membayar kepada supir taksi itu, mereka berdua pun turun dari atas taksi. Mereka berdua berjalan menuju pintu depan sebuah rumah yang masih beralaskan tanah. Tokkk...tokkk...tokkk... "Assalamu'alaikum." Salam Ricky. "Wa'alaikumsalam." Jawab seorang perempuan dari dalam rumah itu. Tidak berapa lama, pintu didepan Ricky terbuka dengan perlahan. Begitu pintu terbuka, terlihat seorang perempuan muda berdiri di balik pintu. "Mas, Mba! Bagaimana k

  • Perkawinan Berdarah   Bulan Madu

    Ketika Ricky dan Kinan sedang menikmati bulan madu di Pulau Bali, Bu Sartika mulai merasa was-was. Pasalnya, sudah beberapa hari sejak Ricky datang ke rumahnya, Ricky tidak pernah menelepon dirinya lagi. Padahal janjinya sewaktu bertemu dengan Bu Sartika, dua minggu lagi Ricky akan menikahi Bu Sartika. "Kok Ricky tidak pernah menelponku ya? Padahal janjinya ia akan menikahiku minggu besok! Aku harus memastikan kapan Ricky akan datang melamarku!" Ucap Bu Sartika seorang diri. Perempuan itu pun bergegas menuju telepon yang berada di ruang keluarga. Setelah mengangkat gagang teleponnya, ia pun menekan nomor telepon rumah Ricky sesuai yang tertulis didalam buku telepon. Setelah panggilannya tersambung dengan nomor teleponnya Ricky, Bu Sartika menunggu Ricky mengangkat panggilan teleponnya. Ia sangat berharap agar Ricky segera mengangkatnya. Namun kenyataan tidak sesuai dengan keinginannya. Setelah menunggu beberapa saat, Ricky tidak kunjung mengangkat panggilan teleponnya. Sampai

  • Perkawinan Berdarah   Hari yang Ditunggu

    Hari itu adalah hari yang dinanti-nantikan oleh Kinan dan Ricky. Pasalnya, pada hari itu mereka akan melangsungkan pernikahannya. Namun acara pernikahan mereka digelar secara sederhana. Halaman depan panti asuhan terlihat sudah dipasang tenda biru dan dihiasi dengan janur kuning mengelilingi tenda tersebut. Kursi-kursi juga sudah ditata dengan rapi dan teratur. Ketika jam dinding menunjukkan pukul 08.51 WIB, terlihat satu persatu para tetangga panti asuhan mulai berdatangan. Bu Khotijah pun menyambut dengan ramah tamah. Berdiri disamping Bu Khotijah dua orang laki-laki. Mereka berdua bukan lain adalah kakak dan adik kandung Bu Sartika. Sebenarnya Bu Sartika mempunyai empat saudara kandung. Namun kedua kakak perempuannya, telah meninggal dunia. Yaitu kakak kandung pertama dan kedua. Begitu berada dibawah tenda biru itu, para tamu tetangga panti asuhan duduk diatas kursi yang telah disediakan. Sekitar 20 menit berlalu, kursi-kursi itu pun sudah dipenuhi oleh para tamu. Tapi Bu K

  • Perkawinan Berdarah   Lamaran

    Malam itu, Ricky terlihat sangat tampan dan gagah dengan memakai pakaian kemeja berwarna biru. Rambutnya yang gondrong diikat dengan karet dibagian belakang. Setelah bercermin didepan lemari yang berada didalam kamarnya, dan merasa penampilannya sudah cukup rapi, Ricky pun bergegas menuju mobilnya yang berada di carport rumahnya. Begitu menaiki mobilnya, ia pun langsung mengendarainya dengan kencang menuju suatu tempat. Didepan sebuah tempat, Ricky menghentikan laju mobilnya. Ricky pun bergegas turun dari mobil dan berjalan menuju bagian depan tempat itu, yang ternyata adalah sebuah toko kue. Ricky pun dengan cepat memilih beberapa macam kue. Setelah merasa cukup banyak, Ia pun langsung menuju ke kasir. Setelah membayar kue-kue yang dibelinya, Ricky kembali menuju mobilnya, dan kembali mengendarainya menuju tempat berikutnya. Setelah sekitar 15 menit didalam perjalanan, akhirnya Ricky sampai didepan tempat yang menjadi tujuannya. Tempat itu sudah tidak asing lagi bagi Ricky. T

  • Perkawinan Berdarah   Akal Licik

    Setelah pergi meninggalkan rumah tahanan, Bu Sartika kembali menemui Ricky di panti pijat miliknya. "Siang sayang!" Sapanya. "Siang juga sayang! Hari ini, kayaknya Kamu lagi gembira sekali nih!" Serunya. "Dibilang gembira, memang hari ini Aku lagi gembira. Tapi dibilang sedih, Aku juga masih ada sedih." Balasnya. "Apa yang membuatmu bergembira? Dan apa yang membuatmu bersedih?" Tanyanya. "Yang membuatku bergembira dan bahagia adalah Aku resmi bercerai dengan suamiku. Sedangkan yang membuatku bersedih adalah kini Aku berstatus sebagai seorang janda." Balasnya. "Aku sangat senang sekali mendengar kabar darimu, sayang! Masalah Kamu sekarang jadi seorang janda, jarang terlalu dipikirkan. Aku akan segera menikahimu, sayang!" Ucapnya. "Kapan sayang?" Tanyanya. "Dua minggu lagi. Bagaimana menurutmu?" Tanyanya. "Aku sangat setuju sekali, sayang! Lebih cepat lebih baik. Aku sudah tidak tahan kalau berjauhan darimu, sayang!" Balasnya. "Iya, Aku juga setiap hari selalu terb

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status