Home / Romansa / Permainan Panas: Obsesi Dosen Killer / Sial ... Si Om Ternyata Dosen Killer Di Kampusku

Share

Sial ... Si Om Ternyata Dosen Killer Di Kampusku

last update Last Updated: 2025-10-09 10:28:38

Ruang kuliah berisik oleh obrolan para mahasiswa yang menunggu kedatangan dosen mereka pagi itu.

Awal semester baru setelah mereka naik tingkat menimbulkan debaran dalam dada karena rumor yang berhembus tentang dosen Ilmu Hukum Tata Negara kurang sedap.

"Girls, tahu nggak sih kalau kita tuh kuliah bareng banyak kakak senior yang mengulang mata kuliah ini? Tuh liat ke bangku belakang!" ucap Devi, sahabat Candy sejak awal masuk kuliah.

Spontan kedua gadis lainnya di kanan kiri Devi menoleh ke belakang. Dan memang benar ada selusin lebih kakak senior mereka duduk di deretan bangku belakang atas. Ruang kuliah mereka ditata berbentuk setengah tribun dengan mimbar dosen berada di sisi paling bawah depan.

"Apa sesulit itu dapat nilai B atau C di mata kuliah ini? Kalau ngulang berarti nilai mereka D apa malah E 'kan, Dev?" celetuk Candy gelisah.

"Yap, seseram itu rumornya. Banyakan sih yang dapat nilai C sudah puas dan ogah ngulang mata kuliah yang diampu sama si emprof!" jawab Devi.

Namun, Yolanda menyahut cepat, "Ehh ... ada tapinya yang belum dimention si Devi tuh. Dosen killer yang ngajar mata kuliah ini ganteng bingits lho, minus galak dan pelit ngasi nilai!"

Candy menghela napas berat. Dia berpikir mau seganteng apa pun kalau nilainya pelit, dia pasti ilfil. Belum sempat dia menanggapi obrolan kedua temannya, sosok yang dibicarakan memasuki kelas mereka.

"Selamat pagi, Adik-adik Mahasiswa dan Mahasiswi sekalian. Perkenalkan nama saya Profesor Joseph Levine, dosen yang mengajar Ilmu Hukum Tata Negara selama satu semester ke depan. Mohon kerja samanya agar nilai kalian memuaskan di akhir semester nanti ya!" sapa sang dosen killer dengan suara keras tanpa perlu bantuan mikrofon.

Bisik-bisik di bangku mahasiswi pun mulai terdengar.

"Wuih ganteng!"

"Mau dong jadi pacar Prof. Joseph!"

"Beneran boleh seganteng ini, tapi killer?!"

Joseph pun berdehem lalu mengambil mikrofon di mimbar untuk mulai kegiatan perkuliahan. Dia belum menyadari kehadiran gadis yang semalam dia kejar-kejar di night club justru berada di salah satu bangku kelasnya.

Berkebalikan dengan Candy yang panik setengah mati. Dia memang agak teler semalam karena pil party pemberian temannya di night club, tapi otaknya belum pikun untuk mengenali Joseph. 'Matilah aku! Sial ... si Om ternyata dosen killer-ku. Semoga Prof. Joseph Levine nggak tahu kalau aku mahasiswinya!' batin Candy gelisah seraya menutupi wajahnya dengan telapak tangan kiri dan sibuk menulis menggunakan tangan kanan.

Kebetulan dia duduk di baris ketiga sisi tengah tribun, artinya posisinya sangat mungkin terlihat oleh dosen tersebut.

"Baik, tolong jangan ribut selama saya mengajar atau saya tidak segan mengeluarkan siapa pun dari kelas ini!" Kalimat ancaman mulai ditebar oleh Joseph dan sontak membuat ruang kuliah sunyi senyap.

Tatapan mata Joseph memindai seisi kelas dan sosok seorang mahasiswi yang nampaknya menghindarinya justru membuat dia tertarik. Maka Joseph pun berkata, "Perkenalkan diri kalian, nama lengkap beserta nomor induk mahasiswa bergantian satu per satu. Mulai dari pojok kanan bawah, silakan!"

Detak jantung Candy berpacu kencang dan dirinya merinding disko, dia tak tahu lagi bagaimana caranya untuk mencegah Profesor Joseph Levine mengenalinya.

Satu per satu rekan sekelasnya menyebutkan nama lengkap dan nomor induk mahasiswa berurutan dengan cepat. Tersisa delapan orang lagi sebelum gilirannya bicara.

Senyuman puas tersungging di bibir Josh, dia tidak terlalu memperhatikan nama dan nomor induk mahasiswa yang telah disebutkan sejak tadi. Tatapannya tertuju pada satu gadis berambut hitam legam yang disanggul cepol di atas kepala itu. Dia tak akan salah lihat karena matanya jeli dan tak berkaca mata.

"Next!" seru Josh penuh semangat.

Suara pelan gadis itu seperti bergumam menyebut nama lengkap dan nomor induk mahasiswa. Josh tidak bisa mendengar dengan jelas, ditambah dia tak mau menatap ke arahnya.

"ULANGI DAN HADAPKAN WAJAH KAMU KE ARAH SAYA. ITU TIDAK SOPAN!!" hardik Joseph dengan suara menggelegar di depan mimbar kelas.

Hati Candy menciut, dia tak mungkin lagi menghindar. Perlahan tangan kirinya turun ke meja dan mulai menatap ke arah Joseph.

'Ahh kena kau!' batin Joseph bersorak.

Wajah Candy merona karena tahu pria itu mengenalinya. Dia pun berkata, "Maaf, Pak Dosen. Nama saya Maria Candini Wijaya, NIM 1080333!"

"Kamu temui saya di kantor dosen seusai kuliah, next!" ujar Joseph tak mau menyia-nyiakan kesempatan emas untuknya.

Kedua sobat Candy melirik tajam ke arahnya lalu Devi berbisik, "Jangan bikin si emprof tersinggung, Candy. Nanti jaga bicaramu ya!"

Kepala Candy terangguk pelan. Bukan tentang attitude atau manner yang jadi persoalan di antara dirinya dan si dosen killer. Akan tetapi, tadi malam pria itu nyaris membungkus dia pulang dari night club ke apartemen kalau Paul tidak menjaganya.

"Okay, cukup. Pelajaran hari ini kita mulai saja. Perhatikan materi kuliah di layar LCD!" kata Joseph lalu dia mulai menerangkan istilah-istilah dalam ilmu hukum yang banyak dipakai dalam lembaga konstitusi negara.

Demokrat, monarki, republik, dan beberapa jenis pandangan politik negara yang dipilih bangsa-bangsa di dunia juga dijelaskan dengan sangat gamblang oleh Joseph. Keahliannya mengajar tak diragukan oleh siapa pun di ruang kuliah tersebut.

Candy mencatat hal-hal penting yang diterangkan oleh Josh. Mau tak mau beberapa kali tatapan mata mereka bertemu. Sepasang mata biru pria blasteran itu sungguh memabukkan dan membuat jantungnya berdetak tak tentu.

"Demikian materi yang bisa saya sampaikan. Sampai bertemu di perkuliahan selanjutnya. Jangan lupa, Maria Candini Wijaya, kamu menghadap ke kantor saya setelah ini!" ujar Joseph sebelum membubarkan kelas.

Yolanda menepuk bahu sahabatnya seraya berpesan, "Good luck, Candy. Jangan nyolot, ingat nilai kamu yang pegang si emprof galak!"

"Iya ... iyaa!" sahut Candy lalu mengemasi barang-barangnya ke tas ransel. Dia yakin bukan karena kejadian sepele di kelas tadi yang membuatnya harus menghadap dosen, tetapi justru peristiwa tadi malam di night club.

Dengan langkah ringan penuh percaya diri Joseph melenggang kembali ke kantor dosen yang berada di lantai empat. Dia memiliki ruangan pribadi karena menjabat sebagai Kepala Departemen Ilmu Hukum Tata Negara. Total ada empat dosen di bagian itu, tiga pria dan satu wanita.

Hari masih pagi, ketiga dosen lain masih sibuk mengajar di kelas lain. Joseph pun bersiul-siul senang, dia memiliki waktu pribadi berdua dengan Candy sekali lagi. Sambil menunggu kedatangan mahasiswi favoritnya, dia duduk membuka laptop.

Beberapa menit kemudian pintu ruang kerjanya diketok dari luar. Josh berseru, "Masuk!"

Tepat dugaan Josh, gadis yang semalam menghiasi mimpi indahnya telah berdiri di hadapannya sekarang. "Hai, Candy. Tutup pintunya dan silakan duduk, kita perlu bicara!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (29)
goodnovel comment avatar
Endah Spy
cindy di panggil keruanganmu untuk apa sii jos?
goodnovel comment avatar
Marimar
modus nih pasti si Josh
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
apes y Candy.. ternyata om² yg semalam mau bungkus dia adalah dosennya sendiri.. siap² bakal diajak pulang y Candy..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Permainan Panas: Obsesi Dosen Killer   Malam yang Sempurna (21+)

    Ketika Candy sampai di apartemen, nampaknya Josh telah sampai duluan. Dia melihat sepatu kerja suaminya di rak. Maka Candy pun memanggil Josh dengan nyaring, "Hubby, apa kamu sudah pulang?!"Pria itu keluar dari kamar mandi dengan kemeja yang telah dilepaskan untuk menyambut Candy. "Hai, Sayang. Ada kejutan kecil dalam rangka merayakan kesuksesan ujian skripsi kamu tadi. Ayo ke kamar mandi!" ajak Josh seraya menarik tangan Candy agar mengikutinya."Wah, apa nih kejutannya?" sahut Candy penasaran. Dia mengikuti Josh masuk ke kamar mandi lalu melihat bathtub berisi air wangi bertabur kelopak bunga mawar merah. Ada sepasang gelas bertangkai tinggi dengan sebotol champagne yang telah dibuka dan beruap sedikit di ujungnya."Masuk ke dalam air yuk!" ajak Josh seraya melepaskan celana panjangnya ke lantai. Dia lalu membantu Candy masuk ke dalam bathtub duluan.Kemudian Josh yang duduk di belakang tubuh Candy menuangkan champagne dingin ke dua gelas bertangkai tinggi. Mereka mendentingkan gel

  • Permainan Panas: Obsesi Dosen Killer   Perselisihan Sengit Di Ruang Kantor Pak Hans

    'Josh, aku mungkin akan pulang telat ke rumah. Ada urusan di kantor papaku sebentar!' ketik Candy di layar ponselnya ketika dia berhenti di antrean perempatan lampu merah.Setelah lampu berubah hijau, Candy melajukan mobil Mini Coopper itu menuju arah gedung perkantoran di Kawasan Kuningan. Masih pukul 14.10 WIB ketika dia sampai di parkiran underground gedung bertingkat milik papanya.Tujuannya langsung ke kantor Pak Hans di lantai paling atas. Dia ingin mendengar langsung cerita dari Gisella Kartika tentang perlakuan tak baik Kelly yang ingin memecat karyawati tersebut seenak jidatnya."TOK TOK TOK.""Masuk!" sahut Pak Hans dari meja kerjanya."Hai, Candy. Tumben kok siang-siang mampir ke kantor Papa. Apa kamu nggak ada kuliah?" sambut Pak Hans yang segera bangkit menghampiri putri bungsunya itu.Seperti biasa Candy memeluk cium papanya lalu dia duduk di so

  • Permainan Panas: Obsesi Dosen Killer   Ujian Sidang Skripsi Candy

    Pagi itu Candy mengenakan kemeja putih lengan pendek dan rok pensil warna hitam, rambutnya ditata dengan sanggul sederhana rapi. Dia menatap pantulan bayangan dirinya di cermin lebar wastafel dan menghirup udara sebanyak-banyaknya untuk mengontrol ketegangan yang merayapi saraf pusatnya."Cantik sekali, Nona Candy!" puji Josh yang bersandar di bingkai pintu kamar mandi. Pria itu tersenyum penuh kebanggaan karena istri sekaligus mahasiswi bimbingan skripsinya akan menjalani ujian sidang skripsi hari ini."Makasih, Hubby. Wish me a lot of luck!" balas Candy lalu melangkah mendekati Josh untuk memeluk suaminya itu.Josh mengecup kening Candy seraya berpesan, "Jangan tegang. Kamu sudah menguasai materi skripsi yang kamu susun dengan rapi sebelum ini 'kan? Dosen hanya memberimu pertanyaan yang sudah kamu ketahui jawabannya, Sayang!""Yeah ... seharusnya semua lancar!" tukas Candy seraya menghela napas. "Kita berangkat sekarang ke kampus. Semangat, Candy!" ujar Josh sembari menepuk-nepuk p

  • Permainan Panas: Obsesi Dosen Killer   Menghindari Kelly dan Donny

    "Pa, Candy nitip teman baikku buat kerja di kantor Papa ya. Jangan sampai ada yang cari gara-gara sama dia karena habis tertimpa kemalangan. Dia itu sebatang kara dan bayinya belum lama ini diculik orang jahat!" ujar Candy setelah menemani Gisella Kartika mengajukan lamaran kerja ke HRD sebagai resepsionis kantor firma hukum ternama di Jakarta.Pak Hans pun tersenyum lalu menjawab, "Oke, Sayang. Nanti biar Papa langsung yang pesan ke Pak Prasetyo, jangan ada yang mengganggu teman kamu ini selama di kantor!""Papa memang terbaik! Ya sudah, Candy pamit dulu ya buat balik ke kampus soalnya mau siap-siap ujian sidang skripsi hari Kamis nanti. Bye, Papa Sayang!" Candy bangkit berdiri lalu memeluk cium Pak Hans sebelum melenggang meninggalkan ruangan.Mulai hari berikutnya Gisella Kartika berangkat kerja dari mess karyawan. Dia menempati posisi resepsionis bersama dua rekan karyawati lainnya yang lebih senior. Betaria da

  • Permainan Panas: Obsesi Dosen Killer   Melanjutkan Hidup Seusai Badai

    Perlahan mata wanita itu terbuka dan melihat langit-langit kamar bercat putih dengan aroma antiseptik menguar di udara. "Di mana aku?" tanya Gisella Kartika.Candy yang sedari awal menemani mantan klien suaminya tersebut menjawab, "Bu, ini di rumah sakit. Tadi Bu Gisella pingsan setelah menelepon Pak Lukman!"Mendengar jawaban Candy, sontak Gisella menangis terisak-isak teringat akan bayinya yang diambil paksa oleh Pak Lukman Cakrabirawa. "Rasell nggak akan pernah kembali ke pelukanku, Candy. Entah ke mana kakeknya membawa dia sekarang!" ucapnya dengan suara sengau.Tangan Candy menggenggam telapak tangan dingin wanita malang itu. "Tabah ya, Bu. Setidaknya Rasell aman bersama keluarga besarnya. Bagaimana pun itu kakeknya, nggak mungkin melukainya. Bu Gisella nggak boleh patah arang dan berhenti melanjutkan hidup!" ujar Candy memberikan semangat."Makasih, Candy. Aku hanya masih sedih dan

  • Permainan Panas: Obsesi Dosen Killer   Menipu Randy

    Sepulang sekolah SMA di Singapura, Randy langsung pulang dijemput sopir keluarga Cakrabirawa. Dia tidak pernah pergi bermain bersama teman sekolahnya dan cenderung menutup diri. Siang jelang sore itu Randy masuk ke penthouse, tempat tinggalnya bersama orang tuanya di Singapura. Namun, ada yang berbeda kali ini. Suara tangis bayi membahana di ruangan yang hening. "Lho, Pa, Ma, bayi siapa itu?" tanya Randy penasaran sembari menarik langkah mendekati mereka di sofa ruang tengah. "Hai, Randy. Ini anak angkat Mama dan Papa. Namanya Nathan, kami sepakat mengadopsinya karena orang tuanya meninggal dalam kecelakaan baru-baru ini di Jakarta. Dia lucu ya? Masih syok perjalanan udara saja kali, makanya banyak nangis!" ujar Nyonya Vania membohongi putranya.Saat menatap ke sepasang mata jernih yang basah oleh air mata itu, Randy merasakan ketertarikan yang tak dia pahami. "Boleh Randy gendong Nathan nggak, Ma?" pinta pemuda remaja itu meskipun dia tak biasa mengurusi bayi."Nih, hati-hati ya .

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status