MasukRuang kuliah berisik oleh obrolan para mahasiswa yang menunggu kedatangan dosen mereka pagi itu.
Awal semester baru setelah mereka naik tingkat menimbulkan debaran dalam dada karena rumor yang berhembus tentang dosen Ilmu Hukum Tata Negara kurang sedap. "Girls, tahu nggak sih kalau kita tuh kuliah bareng banyak kakak senior yang mengulang mata kuliah ini? Tuh liat ke bangku belakang!" ucap Devi, sahabat Candy sejak awal masuk kuliah. Spontan kedua gadis lainnya di kanan kiri Devi menoleh ke belakang. Dan memang benar ada selusin lebih kakak senior mereka duduk di deretan bangku belakang atas. Ruang kuliah mereka ditata berbentuk setengah tribun dengan mimbar dosen berada di sisi paling bawah depan. "Apa sesulit itu dapat nilai B atau C di mata kuliah ini? Kalau ngulang berarti nilai mereka D apa malah E 'kan, Dev?" celetuk Candy gelisah. "Yap, seseram itu rumornya. Banyakan sih yang dapat nilai C sudah puas dan ogah ngulang mata kuliah yang diampu sama si emprof!" jawab Devi. Namun, Yolanda menyahut cepat, "Ehh ... ada tapinya yang belum dimention si Devi tuh. Dosen killer yang ngajar mata kuliah ini ganteng bingits lho, minus galak dan pelit ngasi nilai!" Candy menghela napas berat. Dia berpikir mau seganteng apa pun kalau nilainya pelit, dia pasti ilfil. Belum sempat dia menanggapi obrolan kedua temannya, sosok yang dibicarakan memasuki kelas mereka. "Selamat pagi, Adik-adik Mahasiswa dan Mahasiswi sekalian. Perkenalkan nama saya Profesor Joseph Levine, dosen yang mengajar Ilmu Hukum Tata Negara selama satu semester ke depan. Mohon kerja samanya agar nilai kalian memuaskan di akhir semester nanti ya!" sapa sang dosen killer dengan suara keras tanpa perlu bantuan mikrofon. Bisik-bisik di bangku mahasiswi pun mulai terdengar. "Wuih ganteng!" "Mau dong jadi pacar Prof. Joseph!" "Beneran boleh seganteng ini, tapi killer?!" Joseph pun berdehem lalu mengambil mikrofon di mimbar untuk mulai kegiatan perkuliahan. Dia belum menyadari kehadiran gadis yang semalam dia kejar-kejar di night club justru berada di salah satu bangku kelasnya. Berkebalikan dengan Candy yang panik setengah mati. Dia memang agak teler semalam karena pil party pemberian temannya di night club, tapi otaknya belum pikun untuk mengenali Joseph. 'Matilah aku! Sial ... si Om ternyata dosen killer-ku. Semoga Prof. Joseph Levine nggak tahu kalau aku mahasiswinya!' batin Candy gelisah seraya menutupi wajahnya dengan telapak tangan kiri dan sibuk menulis menggunakan tangan kanan. Kebetulan dia duduk di baris ketiga sisi tengah tribun, artinya posisinya sangat mungkin terlihat oleh dosen tersebut. "Baik, tolong jangan ribut selama saya mengajar atau saya tidak segan mengeluarkan siapa pun dari kelas ini!" Kalimat ancaman mulai ditebar oleh Joseph dan sontak membuat ruang kuliah sunyi senyap. Tatapan mata Joseph memindai seisi kelas dan sosok seorang mahasiswi yang nampaknya menghindarinya justru membuat dia tertarik. Maka Joseph pun berkata, "Perkenalkan diri kalian, nama lengkap beserta nomor induk mahasiswa bergantian satu per satu. Mulai dari pojok kanan bawah, silakan!" Detak jantung Candy berpacu kencang dan dirinya merinding disko, dia tak tahu lagi bagaimana caranya untuk mencegah Profesor Joseph Levine mengenalinya. Satu per satu rekan sekelasnya menyebutkan nama lengkap dan nomor induk mahasiswa berurutan dengan cepat. Tersisa delapan orang lagi sebelum gilirannya bicara. Senyuman puas tersungging di bibir Josh, dia tidak terlalu memperhatikan nama dan nomor induk mahasiswa yang telah disebutkan sejak tadi. Tatapannya tertuju pada satu gadis berambut hitam legam yang disanggul cepol di atas kepala itu. Dia tak akan salah lihat karena matanya jeli dan tak berkaca mata. "Next!" seru Josh penuh semangat. Suara pelan gadis itu seperti bergumam menyebut nama lengkap dan nomor induk mahasiswa. Josh tidak bisa mendengar dengan jelas, ditambah dia tak mau menatap ke arahnya. "ULANGI DAN HADAPKAN WAJAH KAMU KE ARAH SAYA. ITU TIDAK SOPAN!!" hardik Joseph dengan suara menggelegar di depan mimbar kelas. Hati Candy menciut, dia tak mungkin lagi menghindar. Perlahan tangan kirinya turun ke meja dan mulai menatap ke arah Joseph. 'Ahh kena kau!' batin Joseph bersorak. Wajah Candy merona karena tahu pria itu mengenalinya. Dia pun berkata, "Maaf, Pak Dosen. Nama saya Maria Candini Wijaya, NIM 1080333!" "Kamu temui saya di kantor dosen seusai kuliah, next!" ujar Joseph tak mau menyia-nyiakan kesempatan emas untuknya. Kedua sobat Candy melirik tajam ke arahnya lalu Devi berbisik, "Jangan bikin si emprof tersinggung, Candy. Nanti jaga bicaramu ya!" Kepala Candy terangguk pelan. Bukan tentang attitude atau manner yang jadi persoalan di antara dirinya dan si dosen killer. Akan tetapi, tadi malam pria itu nyaris membungkus dia pulang dari night club ke apartemen kalau Paul tidak menjaganya. "Okay, cukup. Pelajaran hari ini kita mulai saja. Perhatikan materi kuliah di layar LCD!" kata Joseph lalu dia mulai menerangkan istilah-istilah dalam ilmu hukum yang banyak dipakai dalam lembaga konstitusi negara. Demokrat, monarki, republik, dan beberapa jenis pandangan politik negara yang dipilih bangsa-bangsa di dunia juga dijelaskan dengan sangat gamblang oleh Joseph. Keahliannya mengajar tak diragukan oleh siapa pun di ruang kuliah tersebut. Candy mencatat hal-hal penting yang diterangkan oleh Josh. Mau tak mau beberapa kali tatapan mata mereka bertemu. Sepasang mata biru pria blasteran itu sungguh memabukkan dan membuat jantungnya berdetak tak tentu. "Demikian materi yang bisa saya sampaikan. Sampai bertemu di perkuliahan selanjutnya. Jangan lupa, Maria Candini Wijaya, kamu menghadap ke kantor saya setelah ini!" ujar Joseph sebelum membubarkan kelas. Yolanda menepuk bahu sahabatnya seraya berpesan, "Good luck, Candy. Jangan nyolot, ingat nilai kamu yang pegang si emprof galak!" "Iya ... iyaa!" sahut Candy lalu mengemasi barang-barangnya ke tas ransel. Dia yakin bukan karena kejadian sepele di kelas tadi yang membuatnya harus menghadap dosen, tetapi justru peristiwa tadi malam di night club. Dengan langkah ringan penuh percaya diri Joseph melenggang kembali ke kantor dosen yang berada di lantai empat. Dia memiliki ruangan pribadi karena menjabat sebagai Kepala Departemen Ilmu Hukum Tata Negara. Total ada empat dosen di bagian itu, tiga pria dan satu wanita. Hari masih pagi, ketiga dosen lain masih sibuk mengajar di kelas lain. Joseph pun bersiul-siul senang, dia memiliki waktu pribadi berdua dengan Candy sekali lagi. Sambil menunggu kedatangan mahasiswi favoritnya, dia duduk membuka laptop. Beberapa menit kemudian pintu ruang kerjanya diketok dari luar. Josh berseru, "Masuk!" Tepat dugaan Josh, gadis yang semalam menghiasi mimpi indahnya telah berdiri di hadapannya sekarang. "Hai, Candy. Tutup pintunya dan silakan duduk, kita perlu bicara!""K—kak Kelly, kok ... kok belum tidur sih?" ucap Candy terbata-bata karena terpergok baru pulang menjelang tengah malam.Perempuan yang berusia lima tahun lebih tua dari Candy itu pun bersedekap dengan tatapan tajam menyelidik ke penampilan adiknya. "Kamu sekarang tambah liar ya, mentang-mentang papa mama belum pulang dari Bali, hmm! Awas aja nanti pasti kuaduin tingkah polah kamu yang nggak bener ini, Candy!" hardik Kelly sengit."Jangan ... jangan dong, Kak. Please, ini nggak seperti yang kamu pikirkan. Tadi aku ngerayain pesta ultah temen sekampusku di rumahnya kok. Saking serunya jadi pulangnya terlalu malam begini!" kelit Candy berusaha menyembunyikan fakta sebenarnya mengenai pertemuan rahasia bersama si dosen killer.Kelly menghela napas dengan ekspresi wajah seolah-olah tak percaya alasan Candy. "Ahh ... yang bener? Siapa nama temen kamu? Biar kutanyain apa memang ada pesta ulang tahun malam ini!" cecar kakak Candy itu tak mempercayai perkataan adiknya begitu saja."Ini ultahn
"Candy, ini baru hari pertama kita kencan. Sabar ya, besok kita masih bisa bertemu dan bermain-main lagi. Apalagi kamu nggak mau hilang keperawanan, saya ini masih normal, mana kuat menahan godaan yang sedemikian dahsyat dari gadis secantik kamu semalaman!" Josh merangkul bahu ramping gadis itu lalu mendudukkannya di kloset untuk dibersihkan organ intimnya dengan sprayer air toilet.Diam-diam Candy mengamati sang dosen yang biasanya punya image dingin dan killer di kampus hingga terkenal ke semua angkatan itu. Dia tak menyangka bisa sangat perhatian dan lembut memperlakukannya begini."Kalau sama pacar-pacar sebelumnya, apa juga dibersihin kayak aku gini, Prof?" celetuk Candy spontan karena terbawa suasana intens di dalam kamar mandi.Josh mendongak melihat wajah mahasiswinya itu, dia pun menjawab, "Nggak sih. Mereka sudah biasa melakukan hal intim dengan lelaki yang bukan pasangannya. Kamu beda, ini pertama 'kan?" "Iyalah, bisa digantung di tiang bendera kalau sampai papaku tahu put
Perlahan-lahan selapis demi selapis pakaian Candy terlepas dari tubuhnya. Jantungnya berdetak kencang bak kuda balap di rongga dadanya, sementara lidahnya kelu untuk menolak perlakuan berani sang dosen muda berparas tampan itu.Air liur Josh ditelan dengan kasar ketika melihat bulatan kembar yang kencang dan besar di hadapannya. Tanpa merasa perlu meminta izin, dia mulai mengulum pucuk merah muda kecoklatan milik Candy."Sshh ... aakh, Josh. Sakiit!" racau Candy sembari menjambak rambut tebal kecoklatan di kepala Joseph.Namun, Josh tak menyerah untuk menaklukkan mahasiswinya yang sok jual mahal itu. Jemarinya bermain di lipatan lembut di antara paha Candy. 'Dia sudah basah, kenapa tidak jujur saja?!' batin Josh gemas. Ada rasa mendamba untuk disentuh lebih dalam lagi di area pribadinya yang berdenyut-denyut. Candy mendesah-desah dengan tubuh menggelinjang karena perlakuan Josh. "Bilang kamu mau apa, Candy Sayang!" bujuk Joseph sambil tersenyum provokatif."Puaskan aku, Prof. Tapi,
"Kalau aku menolak ikut pulang ke apartemenmu, apa kau akan marah?" tanya Candy takut-takut melirik ke arah Joseph Levine, dosen killernya."Ckk ... kita sudah sepakat, bukan? Ikuti permainanku saja, aku janji akan tetap dalam zona aman. Percayalah!" sahut Josh mendesak Candy agar mau ikut pulang bersamanya malam ini. Dia memiliki berbagai fantasi liar tentang mahasiswinya yang masih ijo royo-royo tersebut.Candy menurunkan bahunya lesu, itu benar ... dia memang telah sepakat. Belum sempat dirinya menjawab, waitress telah mengirimkan sepiring hidangan pembuka; assorted seafood mix platter. Dia lebih tertarik melihat dan mencicipi sajian khas fine dining restoran di hadapannya.Sebuah scalop putih yang dipanggang, daging kepiting, seekor lobster air tawar warna merah, dan beberapa kerang bambu ditemani irisan rumput laut berwarna hijau dan alga merah menjadi sebuah karya seni di bidang kuliner di atas piring keramik putih lebar.Melihat partner kencannya yang lebih tertarik mengulik is
"Can ... Candy, kok kamu bengong sih?! Lagi mikirin apa?" tegur Yolanda seraya mengibas-ngibaskan tangan di depan wajah sahabatnya yang sedang larut dalam lamunan.Dengan sedikit gelagapan gadis berambut panjang yang dicepol di pucuk kepalanya tersebut menjawab, "Ehh ... ohh, aku mesti pulang cepet nih abis ini, Yola, Devi. Si papa ngajakin ke acara pesta koleganya sesama lawyer beken!" Sedikit kebohongan demi kebaikannya sendiri dilontarkan oleh Candy. Dia ada rencana berkencan makan malam bersama Prof. Joseph Levine beberapa jam lagi. "Ohh ... gitu, bilang dong kirain ada apa kok kamu jadi kebanyakan bengong, nggak fokus diajakin kami ngobrol!" sahut Devi maklum.Sesaat kemudian Prof. Joseph justru lewat di dekat meja mereka bertiga lalu menyapa para mahasiswinya ramah, "Asyik bener kalian ngobrolnya. Semangat kuliah ya, Adik-adik!" Yolanda yang ngefans berat kepada Prof. Joseph segera bangkit dari kursinya dan menjawab, "Pasti dong semangat, Prof!" Namun, Josh justru melirik si
"Ayo ... tunggu apa lagi?!" seru Profesor Joseph Levine ke Candy yang masih duduk terdiam di pangkuannya."Saya mau pakai baju dulu, Prof. Nanti masuk angin bugil-bugil di ruang ber-AC!" sahut Candy seraya beringsut mencari bra serta kemejanya di lantai bawah meja dosen.Di luar dugaan, Joseph membuka sabuk dan resleting celana panjangnya. Dia mulai mengeluarkan bagian kebanggaannya sebagai kaum Adam di hadapan Candy yang sedang berjongkok. "Ehm ... coba lihat ini, Cantik!" ucap Josh berdehem meminta perhatian Candy. Gadis yang sedang merangkak di lantai sembari mencoba meraih tali bra miliknya dekat kaki meja itu mendongak dan sontak terkesiap menutup mulutnya dengan telapak tangan. Kepalanya nyaris terantuk bagian bawah meja jika tidak ditahan oleh telapak tangan Joseph."Ckk ... hati-hati, hampir aja kepala kamu benjol!" tegur Joseph, dia pun melanjutkan, "jadi gimana nih? Suka nggak sama yang gede begini?"Candy memelototi perangkat keras dosennya yang dalam kondisi siap tempur







