Share

4. Dira?

Suara pintu yang dibuka dari luar membuat wanita cantik itu tersadar dari lamunan. Dengan kasar, Cassandra menghapus jejak air mata di pipinya. Alfian mendekat dan ikut menghenyak di sisi ranjang, menatap wajah sembab sang istri dengan rasa kasihan.

"Sayang, kamu masih shock ya sama kejadian tadi?" tanya Alfian pada istri cantiknya itu.

"Ti-tidak kok, Mas. Aku hanya tak habis pikir, kenapa ada yang tega melakukan hal seperti itu pada kita," kilah Cassandra berusaha menutupi rasa gugup.

"Entahlah sayang, aku juga tak habis pikir. Siapa yang bisa melakukan hal sekeji itu."

"A-apa mungkin ini semua ulah Dira ya, Mas. Tadi siang dia kelihatan marah banget sama aku." Celetukan Cassandra membuat Alfian sedikit terkejut, bagaimana mungkin istrinya bisa berpikiran seperti itu. Alfian tahu betul watak Dira, tak mungkin gadis itu bisa melakukan ini semua.

"Aduh, Sayang. Itu nggak mungkin banget, Dira bukan tipe orang pendendam seperti itu. Meskipun judes tapi sebenarnya dia baik banget lho." Alfian menyangkal pendapat istrinya.

Secara spontan, Cassandra mengerucutkan bibirnya karena sang suami lebih mempercayai orang lain dibanding dirinya.

"Kok kamu malah belain dia sih, Mas. Udah jelas kita ini diteror setelah berantem sama dia, kalau bukan Dira lalu siapa lagi pelakunya?" kesal wanita itu memutar badannya memunggungi sang suami.

Alfian yang melihat wajah cemberut sang istri justru semakin dibuat gemas olehnya. Lelaki itu langsung memeluk tubuh ramping Cassandra dari belakang dan merebahkannya ke ranjang. Namun, saat Alfian hendak mengecup bibir ranum pink alami itu, sang pemilik malah memalingkan mukanya ke arah lain.

"Nggak jadi ada jatah malam pertama, aku kesel sama kamu." Cassandra mendorong tubuh sang suami dengan cukup kuat hingga membuatnya terguling ke samping.

"Ya ampun, Sayang. Kok gitu? Padahal Ibu udah pengen punya cucu lho," goda Alfian yang kembali memeluk tubuh sang istri.

Cassandra tak bergeming, hanya diam tanpa membalas ataupun menepis pelukan dari sang suami. Alfian yang merasa tak lagi mendapat penolakan mulai melancarkan aksinya. Disibaknya rambut panjang sang istri, lelaki itu mulai mendaratkan ciumannya di leher jenjang nan putih milik Cassandra yang hanya bisa memejamkan mata merasakan hangatnya hembusan napas sang suami yang membuat bulu kuduknya meremang.

Tangan kekar milik Alfian mulai memutar tubuh sang istri menghadapnya, kedua sudut bibirnya tertarik kala melihat wajah sayu sang istri yang membuatnya semakin bergairah. Dikecupnya bibir tipis nan ranum itu dengan lembut namun semakin lama berubah menjadi ciuman yang menuntut hingga entah siapa yang memulai, keduanya telah sampai di puncak permainan. Saling berbagi peluh penuh kenikmatan hingga Cassandra terkulai lemas dalam pelukan Alfian sampai pagi menjelang.

********

Sang bagaskara telah kembali menyapa bersama harum aroma embun pagi yang menetes di dedaunan, diiringi kicauan merdu burung-burung yang berhasil mengusik nyenyak tidur seorang pria tampan berhidung bangir dan beralis tebal yang masih asyik bergelung di bawah selimut setelah nikmatnya pertempuran semalam.

Alfian membuka mata kala tangannya meraba dan mendapati sisi ranjang di sampingnya telah kosong. Lelaki itu segera beranjak untuk membersihkan diri dan buru-buru turun ke lantai bawah saat melihat jam di dinding sudah menunjukan pukul tujuh pagi. Kedua sudut bibir lelaki itu tertarik kala melihat sang istri dan ibunya tengah menikmati sarapan sembari sesekali bercanda.

"Sayang, kok aku nggak dibangunin sih?" rengek Alfian setelah menghenyak di samping sang istri.

"Tadi aku bantuin Ibu masak, lagian ngapain kamu bangun pagi-pagi? Kan masih libur kerja sampai seminggu ke depan," balas Cassandra sembari mengambilkan makanan untuk sang suami.

Bu Yuni menyunggingkan senyum melihat kebahagiaan sepasang pengantin baru itu.

"Mumpung masih cuti, kalian jalan-jalan gih. Atau mau liburan sekalian honeymoon?" tawar Bu Yuni pada keduanya.

"Nggak usah, Bu. Honeymoon di rumah kan sama saja, malah bisa sama-sama Ibu terus lagi," tolak Cassandra secara halus.

"Kalau gitu nanti siang kita jalan-jalan aja gimana, Sayang? Belanja sama nonton, biar kayak masih pacaran." Alfian memberikan sebuah alternatif yang langsung mendapat persetujuan dari sang istri.

"Boleh tuh, aku pengen nonton Sewu Dino. Film horor yang lagi viral itu lho," jawab Cassandra antusias.

"Boleh, nanti siang kita berangkat ya." Alfian langsung menyetujui keinginan sang istri.

Hari telah menjelang siang, Cassandra telah siap dengan sebuah mini dress berwarna navy tanpa lengan yang memperlihatkan paha mulusnya. Rambut panjangnya ia biarkan tergerai dengan sentuhan curly pada ujungnya, wajah yang sudah cantik alami ia poles dengan sentuhan make natural yang menyempurnakan kecantikan parasnya. Sementara Alfian duduk di tepi ranjang, menatap kagum pada sang istri yang tengah mengambil tas selempang kecil dari dalam lemari.

"Ayo berangkat, Sayang," ajak Cassandra seraya tersenyum lebar memamerkan deretan gigi putihnya yang rapi.

"Ayo, istriku ini memang cantik sekali."

Alfian menggandeng tangan sang istri menuju ke lantai bawah untuk pamit pada Bu Yuni. Wanita paruh baya itu menarik kedua sudut bibirnya kala melihat pasangan yang begitu serasi itu.

"Ibu, Cassandra sama Alfian mau keluar dulu. Nanti malam Ibu nggak usah masak ya, biar kita bawain makanan aja," pamit Cassandra mencium tangan Ibu mertuanya.

"Iya sayang, hati-hati ya kalian. Alfian, kamu jagain istri kamu baik-baik ya," pesan wanita paruh baya itu pada putranya.

"Siaap, Ibu." Alfian meletakan empat jarinya di dahi seolah memberi hormat.

Kedua sejoli itu bergandengan tangan menuju ke mobil yang terpakir di car port. Alfian terlebih dahulu membukakan pintu untuk Cassandra, kemudian masuk dan menghenyak di kursi kemudi. Lelaki itu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang untuk menuju salah satu pusat perbelanjaan. Tujuan utama mereka tentunya adalah bioskop, sesuai dengan permintaan Cassandra. Sepanjang perjalanan, tangan Alfian terus menggenggam jemari sang istri. Bahkan tak jarang, mencuri ciuman kala berada di lampu merah hingga tanpa terasa mobil yang mereka tumpangi telah sampai di tempat tujuan.

"Mau belanja dulu, atau mau nonton dulu nih?" tawar Alfian pada istri cantiknya itu.

"Emb, langsung ke bioskop aja deh, Mas. Aku lagi nggak mood buat belanja," jawab Cassandra dengan gaya bicaranya yang manja.

Setelah mendapatkan dua tiket bioskop dan beberapa cemilan, keduanya segera masuk. Suasana film horor yang cukup mencekam membuat Cassandra merapatkan tubuhnya pada sang suami hingga Alfian malah salah tingkah karena merasakan dua buah melon kenyal milik sang istri menempel di lengannya. Mati-matian Alfian harus menahan hasrat sampai film selesai diputar. Lelaki itu bernapas lega ketika lampu ruangan bioskop kembali menyala dengan terang.

"Mas, kamu kenapa? Kok keringetan begitu?" heran Cassandra melihat keringat yang mengucur di dahi sang suami.

"Emb, gara-gara kamu mepetin aku. Aku malah jadi keringat dingin karena harus nahan hasrat biar nggak makan kamu di sana," jawab Alfian kemudian nyengir, memamerkan deretan giginya yang rapi.

"Ihh ... dasar mesum." Cassandra mencubit gemas pinggang sang suami.

"Ya udah, sekarang kita makan dulu yuk. Nanti malam giliran aku makan kamu." Lelaki itu mengerlingkan sebelah matanya nakal menatap sang istri, membuat pipi mulus Cassandra kembali merona.

"Ayuk, aku pengen makan sushie donk," pinta Cassandra yang sudah bergelayut manja di lengan sang suami.

"Oke, kebetulan di sini ada restoran jepang yang enak lho."

Alfian mulai mengayunkan langkah kakinya memasuki sebuah restoran jepang yang cukup terkenal bersama sang istri yang mengekor di belakangnya.

Ting.

Sebuah notifikasi pesan dari aplikasi berlogo huruf W berwarna hijau membuat wanita itu menghentikan langkah untuk mengambil handphone dari dalam tas kecilnya. Lagi-lagi kebahagiaan Cassandra harus dirusak oleh pesan dari pria yang sangat ia kenal sebelumnya.

Sepertinya kamu bahagia sekali bisa nonton film dengan suamimu itu. Apa kalian juga melakukan hal panas seperti yang selalu kita lakukan saat di bioskop dulu?

"Mas Randa, kenapa kamu bisa tahu semua yang aku lakukan. Apa jangan-jangan kamu memata-mataiku," batin Cassandra yang meremas kuat benda pipih di tanganya.

Karena terlalu lama melamun, Cassandra sampai tak menyadari jika Alfian sudah lebih dahulu duduk di sebuah meja. Buru-buru wanita itu menyusul sang suami hingga tanpa sengaja menabrak seorang pelayan restoran yang tengah membawa minuman. Baju Cassandra seketika basah karena terkena tumpahan minuman yang dibawa oleh pelayan tadi.

"Maaf, Mbak. Saya nggak sengaja," ujar pelayan wanita itu dengan wajah takut.

"Eh, nggak apa-apa, Mbak. Saya yang salah karena jalan nggak lihat-lihat."

"Sayang, kamu kenapa?" tanya Alfian yang segera menghampiri sang istri setelah melihat kejadian tadi.

"Nggak apa-apa kok, tadi aku jalan nggak lihat-lihat jadi nabrak Mbak ini," jawab Cassandra dengan senyum tipis.

"Terus gimana, Sayang? Itu baju kamu kotor lho kena tumpahan minuman begitu? Apa kita beli baju baru aja buat ganti baju kamu yang kotor itu?" tawar Alfian pada sang istri yang dibalas dengan sebuah gelengan kepala oleh sang istri.

"Nggak usah, Mas. Aku coba bersihin dulu di toilet ya, kalau nggak bisa biar aku beli yang baru. Kamu tolong pesenin makanan buat aku ya," pinta Cassandra dengan lembut, Alfian langsung mengangguk mengiyakan permintaan sang istri.

Cassandra kembali menyeret langkah kakinya menuju sebuah toilet yang sepi untuk membersihkan bajunya yang terkena tumpahan minuman tadi. Namun, saat tiba di sebuah lorong yang cukup sepi, tangannya ditarik oleh seseorang untuk masuk ke dalam sebuah toilet yang di pintunya sudah ditempeli dengan tulisan toilet rusak.

Wanita itu hendak berteriak, namun sebuah tangan kekar telah lebih dahulu membekap mulutnya. Mata Cassandra melotot, seolah ingin lepas dari tempatnya kala tahu siapa yang telah melakukan hal itu. Rasa takut merasuk ke dalam hatinya, membuat air mata meleleh begitu saja dari kedua netra indah miliknya.

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status