Share

Bab 3: Mata Air Dewa

Author: Runa
Dulu Yang Mulia selalu bicara dengan lembut, tapi sekarang majikan mereka tampak agak dingin. Yang paling membuat mereka bingung adalah, dari mana Nyonya mendapat semua benda aneh ini?

Viola pun merasa pusing, tidak pernah menyangka alur dalam novel akan terjadi pada dirinya sendiri.

Dia sendiri sebenarnya masih gadis muda yang belum lulus kuliah. Kini nasibnya bukan cuma harus membesarkan anak, tapi juga bertahan hidup di istana pengasingan. Ini terlalu sulit baginya.

Untungnya Langit memberinya "jari emas" legendaris. Begitu pikirannya berjalan, tubuhnya sudah masuk ke dalam ruang.

Viola membuat beberapa lubang kecil, menanam gandum, mentimun, dan tomat, tiba-tiba muncul sebuah notifikasi di hadapannya.

[Apa ingin menggunakan Sumber Spiritual untuk menyiram?]

Tanpa berpikir panjang, dia langsung memilih [Ya]. Air dari Sumber Spiritual tiba-tiba terbang keluar tepat menyiram tanaman. Lalu, keadaan mengejutkan terjadi di depan mata Viola.

Benih yang baru saja ditanam mulai tumbuh terlihat oleh mata telanjang, terlebih lagi dalam sekejap menjadi hijau subur.

Memang pantas dijuluki Sumber Spiritual!

Viola senangnya bukan main. Dia segera menanam lagi dan mengulangi cara yang sama dengan menyiram memakai Sumber Spiritual.

Setelah sibuk selama dua jam, dia pun lelah. Dia menadahkan tangan untuk mengambil seteguk air mata air. Selesai meminumnya, rasanya sejuk menyegarkan, seluruh tubuh penuh tenaga.

Jadi Sumber Spiritual ini punya fungsi penyembuhan juga?

Viola memandang air itu, merasa ruang ini makin luar biasa.

Agar tidak ketahuan orang, dia tidak berlama-lama di sana, bekerja sebentar lalu keluar dari ruang itu.

Nadia dan Bibi Asih sedang mengajak bayi bermain di ruang luar. Viola merasa tenang usai mendengar suara mereka.

Mendadak dia teringat air itu. Kalau diberikan kepada Bibi Asih, Nadia, dan anaknya, bukankah bisa membuat mereka sehat dan kuat? Dia pun langsung berkata, "Nadia, ambilkan sebuah baskom untuk wadah air."

Begitu membuka mulut, Viola menyadari suaranya kini lebih mantap.

Nadia menjawab, "Ya", setelah itu dia membawakan sebuah baskom porselen putih.

"Nyonya, mau buat apa?"

Viola merasa perlu memberi penjelasan dalam menghadapi gadis kecil yang rasa penasarannya tinggi ini. Kalau tidak, ke depannya sulit mengeluarkan barang-barang lain.

Dia pun menjawab dengan suara lirih, "Semalam sebelum bayi lahir, aku bertemu seorang Kakek Dewa. Dia memberiku kantong ajaib yang cuma bisa kupakai sendiri. Di dalamnya ada banyak makanan enak dan sebuah mata air dewa. Sekarang aku akan memberimu dan Bibi Asih sedikit buat diminum."

Nadia ternganga kaget, bahkan matanya hampir melotot keluar.

"Nyonya, su-sungguhan?"

"Tentu, kalau tidak, dari mana mie yang kalian makan itu?"

Viola menjawab dengan tegas, lalu lanjut menurunkan suaranya, "Cuma kita bertiga yang tahu tentang hal ini. Kalau sampai orang lain dengar, pasti akan bawa bencana yang mematikan, mengerti?"

Nadia segera mengangguk sembari menjawab dengan hati-hati, "Hamba mengerti."

Viola tersenyum tipis melihat gadis kecil ini cepat percaya. Memang orang zaman dulu mudah diyakinkan.

"Kalau begitu keluarlah, aku akan mengambil air untuk kalian coba," ucap Viola dengan tegas.

Viola menyuruh Nadia keluar, lalu masuk lagi ke ruang. Saat melihat pohon tomat dan mentimun, ternyata keduanya sudah berbunga.

Dengan kecepatan seperti ini, besok sudah bisa dipanen.

Viola merasa senang saat dirinya membayangkan tidak perlu lagi makan sisa basi dan sayur busuk.

Langkah ringannya menuju mata air, lalu mengambil satu baskom air.

Dia pun memuji wajahnya sendiri yang tanpa sengaja terpantul di air.

Pemilik tubuh asli ini memang cantik. Alisnya melengkung seperti daun dedalu, wajah oval, sepasang mata berkilau seolah bisa berbicara. Sayang sekali, kecantikan seperti ini malah harus memakai cara licik untuk tidur bersama pria bajingan itu, sungguh keputusan yang tidak bijak.

Terlebih anak ini dilahirkan dengan susah payah oleh pemilik tubuh asli, tidak mungkin diberikan begitu saja kepada Kaisar bajingan itu.

Lebih baik membawa ruang ini pergi ke Kota Sanda untuk mencari ayah pemilik tubuh asli, kemudian bersama keluarga membangun kekayaan dan hidup bahagia. Saat senggang, bisa mencari pria tampan lagi, lebih baik daripada harus berebut kekuasaan di istana.

Dia sama sekali tidak tertarik dengan kehidupan berebut pria dengan wanita lain.

Viola pun merasa hidupnya kini punya tujuan usai memikirkannya.

Dia membawa air itu keluar, lalu berkata kepada Nadia dan Bibi Asih, "Ini yang namanya mata air dewa, kalian juga minumlah."

Bibi Asih terkejut dan buru-buru berkata, "Nadia, cepat terima itu. Yang Mulia masih lemah, mana bisa mengangkat barang seberat ini."

Viola tersenyum santai.

"Tidak apa-apa, setelah minum mata air dewa, aku sudah pulih. Kalian juga cobalah."

Bibi Asih sudah mendengar cerita dari Nadia, tapi hatinya masih setengah percaya. Benarkah ada dewa di dunia ini?

Kalau benar ada, kenapa tidak muncul sejak awal? Mereka sudah berada di istana pengasingan selama setahun, bukankah mereka sudah cukup menderita?

Nadia sudah mengambil secangkir dan meneguknya. Rasanya manis dan jernih, tubuhnya terasa segar, semua lelah lenyap seketika.

Ia pun dengan gembira berucap, "Benar, Bibi, kamu juga coba."

Bibi Asih juga meminum dua teguk, lalu agak terkejut.

Rabun dekat yang dia derita bertahun-tahun pun menghilang, pandangannya jernih tanpa bayangan ganda. Kakinya yang tadi sakit juga tiba-tiba tidak lagi sakit, tubuhnya seakan menjadi muda kembali.

Dia mencoba melangkah dan berkata gembira, "Ternyata benar! Yang Mulia bisa mendapat anugerah seperti ini, Langit memang belum memutuskan keberuntungan Keluarga Zalin."

Setelah itu, dia berlutut dengan penuh semangat. "Yang Mulia, kalau Ibu Suri mendapatkan benda ini, pasti akan memperlakukan Yang Mulia dengan baik. Apalagi kita punya Putra Mahkota, ini kesempatan kita keluar dari istana pengasingan."

Viola memasang wajah serius. "Jangan ucapkan lagi kalimat seperti itu. Hati manusia yang paling serakah. Kamu kasih dia seteguk air, dia akan menginginkan tegukan kedua. Kalau aku tidak memberinya, dia tidak cuma tidak akan berterima kasih atas kebaikan sebelumnya, malah akan menyimpan dendam. Terlebih lagi, kita sudah berada di istana pengasingan selama lebih dari setahun, sama sekali tidak tahu kondisi di luar. Apalagi keluarga ibuku adalah pejabat yang terhukum. Kalau ada yang ingin mencelakakan kita, lalu bagaimana kita bisa melindungi diri? Kalian semua tahu kenapa Kaisar tidur denganku. Apa menurutmu dia akan melindungiku cuma karena seorang anak?"

Ucapan itu membuat Bibi Asih berkeringat dingin.

Dia cuma berpikir Viola bisa bertahan dan memberi jalan bagi Tuan Besar untuk kembali ke ibu kota, tanpa pernah memikirkan sedalam itu.

Kini jika mereka nekat keluar, memang sulit untuk kembali lagi, bahkan Putra Mahkota pun bisa tidak selamat.

Dia teringat kembali sikap Kaisar terhadap Yang Mulia, seketika dia segera berlutut berkali-kali.

"Yang Mulia, ampuni hamba, hamba kurang berpikir matang sampai hampir mencelakakan Yang Mulia."

Viola tahu pengasuhnya benar-benar sayang padanya, juga setia pada Keluarga Zalin, tangannya pun terulur untuk membantunya berdiri.

"Kita memang majikan dan pelayan, tapi sudah seperti ibu dan anak. Tidak perlu lagi memberi salam hormat seperti ini dan jangan pikirkan yang lain. Aku yang putuskan apa yang seharusnya kita lakukan."

Bibi Asih tertegun melihat tatapan Viola yang mantap.

Gadis kecil yang dibesarkannya sejak kecil ini, sepertinya seketika sudah dewasa.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Permaisuri Bangkit: Dari Istana Dingin Menuju Tahta   Bab 70: Kaisar, Tolong!

    Istana Cani.Ibu Suri duduk di sofa empuk, di sampingnya berdiri Jenar yang terus menangis tersedu-sedu."Ibu Suri, Kaisar sampai menyuruh ayahku pergi menanam di ladang, bagaimana dengan reputasi Keluarga Lukio kita?"Lima belas menit kemudian, begitu mendengar kabar itu, Jenar segera datang untuk mengadu kepada Ibu Suri.Wajah Ibu Suri juga terlihat sangat tidak enak dilihat.Dia sudah tahu kabar bahwa Wijaya sedang ditahan di kediamannya, kini Kaisar mulai mengarahkan sasaran ke Keluarga Lukio, benar-benar keterlaluan dan tidak tertahankan.Seandainya tahu begini, hari itu dia tidak seharusnya berbelas kasihan. Kalau saja anak itu juga dihabisi, takhta pasti sudah menjadi milik Wijaya.Dia teringat ketika mendiang Kaisar masih hidup, pernah berkata sendiri bahwa menjadikan Yosa sebagai putra mahkota hanyalah untuk diperlihatkan kepada para menteri, sebenarnya tahta akan diwariskan pada Wijaya, anak sahnya.Siapa sangka, saat ajal menjemput, pria tua itu malah berubah pikiran, entah

  • Permaisuri Bangkit: Dari Istana Dingin Menuju Tahta   Bab 69: Semangka

    Setelah dua perintah ini keluar, para menteri tidak berani berbicara lagi.Yosa melirik semua orang dengan puas, lalu berucap dengan acuh tak acuh, "Kalau ada yang ingin disampaikan, sampaikan sekarang. Kalau tidak ada, bubar."Para menteri menunduk dan berkata, "Hamba tidak ada yang ingin disampaikan.""Bubar."Yosa bangkit dengan agung, lalu berjalan keluar dari Aula Permata.Saat ini Viola sudah mengikuti Andi untuk menunggu di Ruang Baca Kekaisaran.Dia kembali terpikirkan 2.000 tahil itu, yang membuatnya merasa sangat tidak nyaman. Ditambah lagi dengan kehilangan seratus poin yang tidak jelas, dia merasa makin tertekan.Andi melihatnya tidak gembira, jadi bertanya dengan suara rendah, "Ivo, ada apa? Apa ada yang mengganggu pikiranmu?"Viola menggelengkan kepalanya."Tidak apa-apa, aku hanya tiba-tiba teringat ibuku dan anakku. Hatiku merasa sedikit sedih."Andi menghela napas. "Kamu sungguh menyedihkan. Lebih baik seperti aku, tidak ada beban di hati. Hanya perlu perhatikan diriku

  • Permaisuri Bangkit: Dari Istana Dingin Menuju Tahta   Bab 68: Hamba Sangat Bersedia

    "Kamu juga berdirilah."Suara Yosa terdengar rendah, entah kenapa membawa kesan suram."Terima kasih, Kaisar."Viola berdiri dari bawah, tetapi matanya masih melirik ke arah uang itu hingga tanpa sadar menelan ludah.Nugraha yang masuk dari luar aula, kebetulan melihat gerakan menelan Viola, telinganya pun ikut memerah.Viola agak bingung saat melihat Nugraha menatapnya dengan ekspresi aneh, lalu dia bergeser ke tepi meja.Nugraha tidak berani memperlihatkan lebih banyak, dia buru-buru membantu Yosa berganti pakaian.Saat Yosa dalam posisi membelakangi, Viola segera menarik dua lembar uang, lalu cepat melipat dan menyelipkannya ke lengan bajunya.Meski hanya 200 tahil, setidaknya cukup membuat hatinya terasa lega.Sesaat kemudian, Yosa sudah berpakaian rapi.Mahkota kaisar dengan hiasan batu akik merah melambangkan kekuasaan tertinggi. Naga emas bercakar lima di dadanya tampak gagah dan penuh wibawa.Begitu mengenakan jubah kaisar, aura Yosa seketika menjadi tajam. Tiap gerakannya seak

  • Permaisuri Bangkit: Dari Istana Dingin Menuju Tahta   Bab 67: Nugraha Salah Paham

    Yosa menekan pergelangan tangan Viola dengan satu lutut. Tangan kanannya sudah mengunci leher wanita itu, lalu sepasang mata tajamnya gelap dan setajam pisau.Viola melihat bayangan hitam raksasa yang menaunginya, membuat jantungnya berdebar seperti genderang."Kaisar, ini aku..."Viola mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mengeluarkan suara yang tercekik.Dalam kegelapan, bibir merah muda Viola sedikit terbuka. Dia berusaha keras melepaskan tangan besar Yosa yang seperti penjepit besi.Yosa menyipitkan mata tajamnya, kemudian perlahan melepaskan tangannya.Dia bertanya dengan suara berat, "Kenapa kamu ada di sini?""Hamba berjaga malam bersama Kasim Andi hari ini. Saat hamba mendengar suara Kaisar, hamba pikir Kaisar sakit, jadi hamba masuk untuk melihat kondisi Kaisar."Viola bangkit dengan tergesa-gesa sambil batuk beberapa kali.Mata tajam Yosa sedikit menyipit dengan tatapan tidak menentu.Viola buru-buru berlutut di bawah."Kaisar, hamba sungguh masuk karena mendengar suara. Ham

  • Permaisuri Bangkit: Dari Istana Dingin Menuju Tahta   Bab 66: Kehilangan 100 Poin

    Jangan-jangan hujan tadi adalah hasil tukar poin darinya?Astaga!Apa-apaan ini?Viola tiba-tiba teringat saat dia menukar susu bubuk untuk Garong, papan di samping toko poin sempat memperbarui beberapa tulisan, sepertinya ada kata tentang Sumber Spiritual. Waktu itu dia buru-buru, makanya tidak sempat memperhatikan.Apa mungkin Sumber Spiritual itu telah meningkatkan suatu fungsi lagi?Makin dipikir Viola makin gelisah. Dia segera berkata pada beberapa orang, "Aku mau ke WC, kalian tunggu di sini sebentar."Seorang kasim muda sambil tersenyum berkata, "Pergilah, kalau Kaisar bertanya, kami akan bantu cari alasan buatmu.""Terima kasih."Viola keluar dari Ruang Baca Kekaisaran. Sekitar dua ratus meter jauhnya ada sebuah WC khusus untuk para pelayan kaisar, baik kasim maupun dayang.Saat berpikir demikian, Viola tiba-tiba menyadari sesuatu.Yang melayani Wijaya sepertinya semuanya kasim, sama sekali tidak ada dayang.Biar saja, siapa pun yang dipakai tidak penting, sekarang dia hanya in

  • Permaisuri Bangkit: Dari Istana Dingin Menuju Tahta   Bab 65: Sumber Spiritual Menurunkan Hujan?

    Yosa meletakkan alat tulisnya, kemudian melangkah cepat ke pintu.Aroma segar rerumputan bercampur tanah meresap ke dalam hidungnya, membuat Yosa merasa segar.Andi dan yang lainnya berdiri di halaman. Mereka semua melompat kegirangan melihat hujan turun."Hujan! Hujan turun!""Sejuk sekali!"Beberapa orang itu sejenak lupa diri.Saat mereka berbalik dan melihat Kaisar, mereka semua langsung terdiam.Yosa tidak menyalahkan mereka. Setelah lama tidak hujan, hatinya juga sama gembiranya.Saat ini, Nugraha juga kembali membawa es raksasa. Dia berlari sambil berkata, "Kaisar, hujan lebat dari langit ini adalah pertanda keberuntungan. Pasti karena Kaisar sepenuh hati melayani rakyat, sehingga menyentuh surga dan menurunkan hujan ini."Viola berdiri di belakang Yosa. Dia mencibir saat mendengar ucapan ini, 'Orang tua ini sungguh pandai menjilat.'Wajah Yosa tampak tenang, matanya masih menatap tetesan hujan yang jatuh dari langit.Tadi pagi, dia secara khusus bertanya pada Biro Pengawas Astr

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status