Share

Bab 176: Monster di Dalam Mesin

Author: Murufu
last update Last Updated: 2025-11-30 16:49:02

Laboratorium Bawah Tanah Black Tower berdengung rendah, dipenuhi aroma ozon dan sihir kuno. Di tengah ruangan, dua tabung kapsul transparan berdiri tegak, terhubung dengan ribuan kabel serat optik yang menyala biru neon.

Di layar hologram raksasa, Finn sedang memijat pelipisnya yang berdenyut.

"Yang Mulia... tolong jangan hancurkan controller simulasinya lagi. Itu unit ketiga yang Anda remukkan dalam sepuluh menit."

Darrius mendengus kasar, melempar sisa-sisa plastik dan logam dari tangannya ke lantai. Dia sedang berdiri di dalam platform simulasi realitas maya, mencoba beradaptasi dengan konsep "tubuh android" yang akan dipakainya nanti.

"Benda ini lambat," keluh Darrius, matanya menyala tajam. "Respon sarafnya tertinggal 0,02 detik dari perintah otakku. Bagaimana aku bisa membunuh musuh jika tubuhku bergerak seperti siput?"

Rania, yang sedang mengetik kode enkripsi di konsol utama, menahan senyum. "Itu tubu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Permaisuri Gila! Kaisar Tak Bisa Melepaskanmu   Bab 208: Balita Bencana dan Krisis Pengasuh

    [TIME SKIP: 3 TAHUN KEMUDIAN]BRAAAAK!Pintu kayu mahoni Ruang Makan Istana (yang baru diganti minggu lalu) terbang lepas dari engselnya, mendarat di atas meja prasmanan, menghancurkan tumpukan pancake.Di ambang pintu yang kini bolong, berdiri seorang bocah laki-laki berusia tiga tahun. Rambut hitamnya berantakan, pipinya gembil, dan matanya berbinar polos."Maaf, Ibu," cicit Alaric, memegang gagang pintu yang patah di tangan mungilnya. "Pintunya macet. Ric cuma mau dorong sedikit."Rania, yang sedang menyesap kopi hitam (cangkir ketiga pagi ini), memejamkan mata. Urat di pelipisnya berdenyut."Itu pintu kayu Ironwood, Alaric," kata Rania tenang namun menakutkan. "Butuh kapak untuk memecahkannya. Kau mendorongnya 'sedikit'?""Dia kuat! Itu anakku!" seru Darrius dari ujung meja, tertawa bangga sambil bertepuk tangan. "Teknik dorongan bahu yang bagus, Jagoan! Nanti Ayah ajari cara mendobrak benteng musuh!""Darrius, jangan menyemangatinya!" bentak Rania. "Minggu lalu dia tidak sengaja

  • Permaisuri Gila! Kaisar Tak Bisa Melepaskanmu   Bab 207: Tangisan Pertama yang Membunuh Dewa

    Hujan telah berhenti, tapi langit di atas Aethelgard masih merah membara sisa energi kelahiran si kembar.Di dalam kamar tidur yang atapnya bolong, suasana hening dan sakral.Rania bersandar lemah di bantal, rambutnya lepek oleh keringat, tapi wajahnya bersinar. Di lengan kanannya, dia menggendong bayi laki-laki yang montok dengan rambut hitam tebal seperti ayahnya. Di lengan kirinya, bayi perempuan mungil dengan rambut perak halus seperti ibunya.Darrius berlutut di sisi ranjang, menatap kedua makhluk kecil itu dengan takut-takut. Tangannya yang biasa meremukkan leher musuh kini gemetar saat menyentuh jari-jari mungil mereka."Mereka... sangat kecil," bisik Darrius. "Apa mereka akan pecah kalau aku pegang?""Mereka anak-anakmu, Darrius. Tulang mereka sekeras titanium," Rania terkekeh pelan. "Lihat Pangeran ini... dia sudah mencoba meremas jariku."Bayi laki-laki itu menggeliat, tinju kecilnya bersinar Emas samar. Dia tidak menangis, tapi menggeram pelan, seolah kesal karena popoknya

  • Permaisuri Gila! Kaisar Tak Bisa Melepaskanmu   Bab 206: Pedang Terbang dan Ketuban Pecah

    [WARNING: REACTOR OUTPUT AT 120%][HEAT LEVEL: CRITICAL][HULL INTEGRITY: 45%]Di dalam kokpit Imperius, Darrius bermandikan keringat. Bukan karena panas mesin, tapi karena dia sedang bergulat dengan Dewa Kematian.Imperius sedang ditahan. Empat tentakel raksasa Void Mother melilit tubuh robot itu, mengangkatnya dari permukaan laut."Lepaskan aku, cumi-cumi sialan!" teriak Darrius, menarik tuas kendali untuk menggerakkan lengan gergaji robotnya.ZRRRT!Gergaji itu berputar, tapi kulit Void Mother itu mengeras seperti berlian hitam. Percikan api berhamburan, namun tidak ada luka berarti."Khek... khek..." Makhluk itu mengeluarkan suara tawa yang memuakkan.Tentakel kelima meluncur keluar, ujungnya berbentuk jarum penyedot, menusuk langsung ke dada Imperius, tepat di atas reaktor nuklir.[ENERGY DRAIN DETECTED][OUTPUT DROPPING... 80%... 60%...]"Dia menyedot reaktorku!" Darrius memukul panel instrumen. "Jika reaktor ini mati, aku akan jadi peti mati besi di dasar laut!"Darrius bersiap

  • Permaisuri Gila! Kaisar Tak Bisa Melepaskanmu   Bab 205: Protokol Titan dan Ciuman Perpisahan

    "Deteksi tanda panas musuh di Sektor Laut 4! Jumlahnya... ribuan!" teriak operator radar di Ruang Komando Bawah Tanah.Rania duduk di kursi rodanya, dikelilingi layar hologram yang berkedip merah. Wajahnya pucat, keringat dingin membasahi pelipisnya. Kontraksi palsu (Braxton Hicks) mulai menyerangnya akibat stres, tapi dia menolak istirahat."Alihkan armada Leviathan ke koordinat 45-Utara!" perintah Rania, jarinya gemetar di atas keyboard. "Siapkan barikade ranjau laut! Dan aktifkan satelit untuk..."Tiba-tiba, sebuah tangan besar menutup layar laptop Rania.KLAP.Rania mendongak, matanya menyala marah. "Darrius! Apa yang kau lakukan?! Musuh sudah di depan pintu!"Darrius berdiri tegak dengan zirah tempur lengkap—bukan zirah seremonial emas, tapi zirah tempur hitam legam yang terbuat dari campuran titanium dan mithril, dirancang untuk menyerap dampak nuklir."Kau dibebastugaskan, Ratu," kata Darrius tenang namun tak terbantahkan."Apa?!""Detak jantungmu 120. Tekanan darahmu naik. Bay

  • Permaisuri Gila! Kaisar Tak Bisa Melepaskanmu   Bab 204: Gerhana yang Tidak Terjadwal

    [TIME SKIP: 7 BULAN KEMUDIAN]"Aku menolak keluar kamar," Rania bersedekap, duduk di tepi kasur.Perutnya yang dulu rata kini membuncit besar, sangat besar untuk ukuran tujuh bulan. Dokter istana sudah mengonfirmasi: Kembar.Rania menunjuk gaun upacara berbahan beludru merah marun yang disiapkan pelayan. Gaun itu indah, disulam dengan benang emas dan permata, tapi beratnya pasti lima kilogram."Aku terlihat seperti paus yang terdampar, Darrius," keluh Rania, matanya berkaca-kaca karena hormom. "Kakiku bengkak. Punggungku sakit. Dan jika aku memakai korset itu, aku akan membunuh seseorang."Darrius, yang sedang mengancingkan manset kemejanya di depan cermin, berbalik. Dia berjalan mendekat, lalu berlutut di depan Rania.Tangannya yang besar dan kasar memijat lembut kaki Rania yang bengkak."Kau tidak terlihat seperti paus, Ratu-ku," kata Darrius serius. Dia mendongak, menatap Rania dengan pemujaan murni. "Kau terlihat seperti Dewi Kesuburan. Kau membawa masa depan dinasti ini di dalam

  • Permaisuri Gila! Kaisar Tak Bisa Melepaskanmu   Bab 203: Kamar Bayi atau Bunker Anti-Nuklir?

    "Tutup matamu, Yang Mulia Ratu," pinta Seraphina dengan suara bergetar karena kegembiraan. "Hamba dan Finn bekerja lembur selama dua minggu untuk ini."Rania, yang dipapah oleh Darrius (karena Darrius menolak membiarkannya berjalan sendiri lebih dari 10 meter), menghela napas pasrah."Sera, jika aku membuka mata dan melihat dindingnya dicat warna merah darah atau hitam legam...""Tidak, tidak! Kami memilih warna yang sangat menenangkan!" potong Seraphina cepat. "Sekarang... Buka!"Rania membuka matanya.Dia berdiri di ambang pintu ruangan di sebelah kamar utama. Memang, dindingnya dicat warna Baby Blue pastel yang lembut. Ada lukisan awan dan biri-biri lucu di langit-langit.Tapi di situlah unsur "normal"-nya berakhir.Jendela kamar itu tidak terbuat dari kaca biasa. Itu adalah Kaca Lapis Baja Polikarbonat setebal 10 cm yang diambil dari sisa truk militer, diperkuat dengan teralis besi bermantra.Di setiap sudut ruangan, bukan boneka beruang yang duduk manis, melainkan Golem Penjaga M

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status