Share

Bab 5

Author: Lonceng Bulan
Suara teriakan itu membuat aktivitas di dalam paviliun harus terhenti.

Pangeran Steve memelototi dengan marah. Ia tidak seharusnya memercayai kata-kata wanita di depannya. “Tadi kau bilang .…”

Jihan Kin memotong ucapannya dengan cepat, sebelum pria itu bisa berkata lebih banyak, “Hamba juga tidak tahu. Pangeran juga mendengar hamba memerintahkan pelayan untuk membatalkan rencananya, kan?”

Jihan Kin segera turun dari ranjang, mengambil jubah luar berwarna putih dan melemparkannya ke pria di ranjang. “Pangeran cepat pakai ini.”

Sementara itu, ia sendiri mengambil jubah lain dari lantai dan memakainya dengan tergesa-gesa. Ia lalu membungkus sisa tumpukan kain dengan pakaian dalamnya, memeluknya erat-erat. Dengan ujung kakinya, ia menendang kedua pasang sepatu ke bawah ranjang. Ia mendongak menatap pria di ranjang yang masih duduk diam dengan wajah tidak senang.

Jihan Kin mengerutkan kening dan berkata dengan nada galak, “Cepat berpakaian! Pangeran mau menunggu ayah dan ibu hamba datang dan melihatnya?”

“Kamu melempar bajumu padaku!!”

'Astaga, salah lempar!!'

Jihan Kin terkejut dalam hati, tetapi ia memasang wajah datar, memaksakan suaranya agar terdengar tegas, “Sama saja bajunya, jangan banyak alasan.” Setelah berkata demikian, ia merapatkan jubah tebal berwarna hitam yang ia kenakan tanpa peduli, lalu buru-buru melangkah ke arah jendela di belakang paviliun, seolah mengakhiri pembicaraan dan tidak membiarkannya bertanya lebih lanjut.

Pangeran Steve hanya bisa mendengus, memakai pakaian dalam kecil itu, sambil melangkah mengikuti. “Lalu bagaimana kau akan kabur?”

“Pangeran gunakan ilmu meringankan tubuh untuk membawa hamba keluar.”

Sudut bibir Pangeran Steve berkedut. “Ke mana?”

Jihan Kin menjawab dengan suara datar, “Untuk melanjutkan di paviliun hamba.”

Pangeran Steve, “…”

****

“Tuan Hue! Nyonya!” Kunto berteriak memanggil para tamu, berdoa dalam hati agar orang di dalam paviliun mendengarnya dan segera bertindak.

Nyonya Hue, atau Sheila Lin, ibu dari Jihan Kin, bertanya dengan bingung, “Apa yang kau lakukan di sini? Kenapa tidak menjaga putriku?”

Kunto menjawab dengan suara pelan, “Uh, Nona Muda Kedua khawatir dengan Pangeran, jadi ia meminta hamba datang untuk menanyakan apakah Pangeran membutuhkan sesuatu yang lain.”

Tuan Hue mengangkat alisnya. “Jadi, kau baru sampai?”

“Ya, hamba baru saja sampai,” jawab Kunto sambil menundukkan kepala. Tangannya terkepal erat di depan perutnya.

Tuan Hue meletakkan tangannya di belakang punggung dan bertanya, “Berarti di Vila Bumi hanya ada Pangeran, begitu?”

Kunto menenangkan dirinya dan mengulangi jawaban yang sama, “Hamba tidak yakin, karena hamba baru sampai.”

“Pengurus Tony, ketuk pintunya,” perintah Tuan Hue dengan suara datar.

“Baik, Tuan Hue,” Tony, sang Pengurus Rumah Tangga Vila Bumi melangkah naik tangga satu per satu.

Sementara itu, Kunto melangkah mundur untuk bergabung dengan kerumunan yang berdiri di belakang Tuan Hue dan Nyonya, berusaha tidak menarik perhatian.

“Saudari Amy, ada apa? Kenapa banyak sekali orang datang menemui Pangeran?” Kunto berbisik pada Amy, pelayan setia Nyonya.

Amy berbisik balik, “Ada pelayan yang melapor pada Pengurus Tony bahwa ia mendengar suara laki-laki dan perempuan melakukan hal tidak senonoh di Vila Bumi.”

Kunto terkejut. “Jadi, Tuan Hue membawa orang untuk menangkap mereka? Apa pantas menyerbu vila yang ada Pangeran sebagai tamu seperti ini?”

“Awalnya, Tuan Hue akan membiarkannya saja karena semua orang tahu watak Pangeran Steve. Tapi ketika Pangeran Keanu mendengarnya, ia khawatir pada kakak laki-lakinya. Ia tidak berpikir Pangeran Steve yang melakukannya. Ia justru mengira ada orang yang mengganggu istirahatnya, jadi mereka semua datang untuk melihat.”

Kunto, “…”

Pangeran Keanu, kamu sama sekali tidak tahu watak kakakmu sendiri?!

“Tidak ada yang menjawab, Tuan Hue,” lapor Pengurus Rumah Tangga Tony setelah lama mengetuk pintu.

“Kalau begitu, aku akan membuka pintunya sendiri,” kata Pangeran Keanu yang berdiri di samping. Orang-orang di depan pun menyingkir untuk memberinya jalan naik ke tangga.

Kunto hanya bisa berdiri, menggertakkan giginya dan mengepalkan tangan erat. Keringat dingin mengalir di punggungnya. Namun, ia tidak berani keluar untuk menghalangi, karena itu hanya akan menimbulkan kecurigaan pada Nona-nya. Ia hanya bisa berdiri di tempat dan berdoa.

“Kakak, aku akan membuka pintunya ya,” kata Pangeran Keanu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Permaisuri Pangeran Nakal   Bab 100

    Jihan Kin“...”“Kenapa kamu menatapku seperti itu?” Liliana Hong balik bertanya. “Coba kamu bayangkan jadi pelayan tokoh utama seperti aku? Kehidupan seorang pelayan, kalau majikanmu mau menyiksamu sampai mati, ya bebas saja, kamu bisa mati dengan mudah tanpa disadari. Dan lagi pula di masa depan Joan Kin, harusnya yang menjadi Permaisuri? Kalau itu kamu, apakah kamu tidak akan melakukan hal yang sama?”“Ya, ya, kamu hebat,” Jihan Kin memaksakan pujian. “Lanjutkan ceritamu.”Setelah itu, Liliana Hong mengamati Jihan Kin secara khusus. Karena selama satu tahun dia berada di sana, dia telah melihat perilaku buruk, egois, bodoh, dan sama sekali tidak bermoral dari Nona Kedua Kediaman Tabib Hue ini.Ketika mengingat hari saat mereka pergi melihat festival, di mana Jihan Kin mengajak Joan Kin pergi dengan sangat ramah, semuanya semakin membuat Liliana Hong yakin bahwa Jihan Kin adalah orang yang menyeberang dimensi.Karena itu, Liliana Hong mulai mengurus Jihan Kin sesuai dengan alur drama.

  • Permaisuri Pangeran Nakal   Bab 99

    “Bagian mana?” Liliana Hong bertanya dengan suara pelan.“Mulai dari saat kamu menyeberang dimensi.”Liliana Hong pun mulai menceritakan segalanya dari awal ....Saat itu, Liliana Hong sedang duduk mengamati mereka syuting adegan terakhir yang ditentukan oleh Sutradara Guang. Adegan itu adalah ketika Jihan Kin jatuh ke air sesuai naskah. Begitu dia berkedip, dia membuka mata dan melihat Paviliun Kamboja milik Joan Kin.Joan Kin, yang sedang duduk menyulam di kursi di kediamannya, memanggil, ‘Benjo.’Ketika melihat dia belum bergerak, Joan Kin memanggil lagi, ‘Benjo ....’Liliana Hong yang sedang bingung, dipukul pelan di bahu oleh Benji untuk menyadarkannya. ‘Nona sudah memanggil. Kenapa kamu tidak masuk?’Liliana Hong menunduk melihat pakaian dan kulitnya, dan baru menyadari bahwa tubuh yang dia miliki sekarang bukanlah miliknya. Begitu dia melangkah masuk ke kediaman dan melihat bayangannya di cermin, dia semakin yakin bahwa dia telah menyeberang dimensi dan menjadi pelayan Joan Kin

  • Permaisuri Pangeran Nakal   Bab 98

    ’Sialan ....’‘Kenapa harus menjadi si Juliette Yan sialan ini’, pikir Liliana Hong dalam hati.Dulu, saat dia masih menjadi penata rias top paling muda, Liliana Hong sangat angkuh. Antrean pemesanan makeup dengannya untuk berbagai acara sangat panjang.Tetapi itu karena dia berutang budi kepada Sutradara Guang yang pernah membantunya, mendorongnya ketika Liliana Hong masih menjadi penata rias pemula hingga melompat menjadi penata rias top yang terkenal.Namun, siapa sangka suatu hari kehidupan Liliana Hong dan Sutradara Guang berbalik arah.Di saat Liliana Hong tumbuh dan bersinar di dunia tata rias, Sutradara Guang malah kehilangan naskah-naskah penting. Ditambah lagi, ada sutradara baru yang bersemangat dengan teknik syuting baru. Tak lama kemudian, tidak ada lagi yang membicarakan Sutradara Guang.Namun, karena kecintaannya pada profesi, Sutradara Guang memilih membuat drama pendek di platform online. Meskipun tidak terkenal, itu cukup untuk mencari nafkah. Oleh karena itu, dalam b

  • Permaisuri Pangeran Nakal   Bab 97

    Pelayan istana itu melipat tangan di dada, menunduk, dan menatap meremehkan. “Kamu ini bicara omong kosong. Kita sama-sama dari era modern. Masalah membunuh orang seperti itu, siapa yang bisa melakukannya dengan mudah?”Jihan Kin memotong “Lalu, kenapa kamu menculikku?”Pihak yang lain masih diam. “...”“Begini, karena kita berdua sama-sama tersesat ke dalam drama ini, bisakah kita bicara secara terbuka?” Jihan Kin angkat bicara. “Bagaimana kalau kita mencari cara agar kita berdua bisa memiliki kehidupan yang baik bersama?”Pelayan istana itu terdiam sejenak, berpikir keras, sebelum mengangguk lemas. “Baiklah. Aku sendiri juga sudah lelah.”“Kalau begitu, pertanyaan pertama: kamu siapa?”Pelayan istana itu tidak menjawab, tetapi memasukkan tangan ke lengan baju, lalu mengeluarkan tisu penghapus makeup dan mulai membersihkan riasan di wajahnya.Jihan Kin membelalakkan mata. “Kamu punya tisu penghapus makeup?”“Tentu saja,” jawabnya. Meskipun dia belum selesai membersihkan wajah, dia mem

  • Permaisuri Pangeran Nakal   Bab 96

    Kasim itu berbicara dengan suara gemetar. Sebelum Pangeran Steve bisa mengatakan apa-apa, dia buru-buru melanjutkan, “Tapi hamba sudah masuk ke ruangan, Calon Istri Pangeran aman, Yang Mulia. Beliau hanya sedikit terkejut. Beliau meminta hamba segera melapor kepada Pangeran.”Pangeran Steve tanpa sadar langsung meremas cangkir porselen di tangannya hingga pecah, lalu buru-buru berdiri. Hal ini menarik perhatian banyak bangsawan. “Ayahanda Kaisar, hamba merasa sedikit pusing. Mohon izin untuk istirahat sebentar di luar, Yang Mulia.”“Pergilah,” Kaisar William Sui melambaikan tangan mengizinkan.Pangeran Steve memberi hormat, lalu bergegas melangkah keluar segera. “Bawa saya ke sana.”Sama sekali tidak boleh ada yang tahu bahwa ada penjahat yang menyusup ke ruang tunggu Calon Istri Pangeran. Sebab, rumor tentang Jihan Kin sebelumnya sudah sangat membuat Ayahanda Kaisar marah.Calon Istri Pangeran kesayangan beliau sudah memiliki reputasi buruk di ibukota. Jika dia sampai menimbulkan keka

  • Permaisuri Pangeran Nakal   Bab 95

    “Kakak! Aku ini Adikmu,” Pangeran Keanu merengut. Namun, dia tidak bisa lagi menarik perhatian Pangeran Steve, karena pria itu hanya menatap Jihan Kin yang duduk di seberang.Pangeran Steve mengangkat cangkir arak-nya tinggi-tinggi, sebagai isyarat untuk bersulang dengan pihak seberang. Jihan Kin bergegas mengangkat cangkir teh-nya ke tingkat yang sama. Keduanya menggerakkan tangan, membenturkan cangkir mereka pelan di udara, lalu meminumnya, saling melempar senyum lembut yang menimbulkan kecemburuan bagi beberapa orang yang diam-diam memperhatikan.“Kaisar tiba!!” Suara kasim berteriak, membuat suasana pesta kembali serius. Semua orang di aula berdiri memberi hormat saat Kaisar dan Permaisuri melintas, diiringi alunan musik pujian.Kaisar William Siu duduk di Singgasana Naga, mengangkat tangan untuk mengizinkan semua orang duduk. Para bangsawan, pegawai istana, dan perwakilan dari berbagai wilayah secara bergiliran mengucapkan selamat ulang tahun dan memberikan hadiah kepada Kaisar.S

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status