Share

Bab 4

Author: Lonceng Bulan
Sementara Pangeran Steve masih merenungkan kata-kata Jihan Kin, ia merasakan sesuatu yang lembut menyentuh area sensitifnya.

“Berhenti!” Pangeran Steve mencoba bangkit untuk menghentikannya, sambil memegang tangan kecil yang terus mengusap tongkat gioknya.

Tapi siapa sangka, tangan kecil itu malah menepis tangannya dengan berani, lalu menggunakan tangan satunya untuk menggerakkan naik turun, seolah menghukumnya karena berani melawan.

“Uhuk, kau ini… ah .…”

Pangeran Steve hampir tidak percaya bahwa wanita muda seperti Jihan Kin bisa memiliki keterampilan yang begitu mahir.

Hanya dalam waktu singkat, Jihan Kin sudah bisa menemukan titik lemahnya. Dengan menggenggam, mengusap, dan menggoda hingga membuatnya tak berdaya. Tubuh kekarnya menegang berkali-kali, tanpa kekuatan untuk melawan kelembutan yang menyelimutinya.

‘Sosis Pangeran ini, kelihatannya enak sekali,’ suara manisnya bergumam pelan. Namun, Pangeran Steve mendengarnya dengan jelas, ‘Akan kumakan.’

Selesai berkata, wajah kecil itu menunduk. Bibir tipisnya terbuka lebar, lalu menghisap inti tubuh pria itu hingga ke pangkalnya.

“Mmmh,” Pangeran Steve hanya bisa mengerang dengan wajah memerah.

Ia telah berjuang dalam banyak pertempuran, tetapi belum pernah dikalahkan habis-habisan seperti ini.

Suara isapan dan gerakan naik turun terdengar di tengah keheningan, bercampur dengan kelembapan dan sentuhan lembut yang menyelimuti seluruh tubuhnya.

Pangeran Steve hanya bisa berbaring sambil meremas sprei dengan erat.

Ia telah sepenuhnya menjadi mangsa di antara bibir wanita itu .…

‘Sosis sebesar ini, benar-benar pas di mulut.’

Suara Jihan Kin terdengar lagi, padahal bibirnya sedang menempel erat.

Pangeran Steve mulai mengerti.

Ini artinya, ia bisa mendengar suara hati Jihan Kin?

Pangeran Steve bisa dengan cepat menerima keajaiban yang terjadi di hadapannya. Sebab ia selalu berada di garis depan pertempuran untuk melindungi negerinya.

Musuh negara Dasian tidak hanya negara tetangga dengan budaya dan kepercayaan yang sama, tetapi juga harus melawan berbagai suku yang menggunakan ilmu mistis sebagai taktik. Hal ini membuatnya belajar bahwa hal-hal bisa lebih dari yang terlihat.

Maka, keajaiban di depannya memang sulit diterima, tetapi bukan berarti ia tidak bisa menerimanya sama sekali.

'Sosis Pangeran ini benar-benar lezat .…'

Jadi, ia menyebutnya ‘sosis’?

Pangeran Steve mulai memahami sebutan aneh Jihan Kin. Ia mencoba bangkit, menahan napasnya, dan berkata dengan suara berat, “Jihan Kin, cu… cukup.”

Napas panasnya terputus saat mata indahnya melihat pemandangan di depannya.

Wajah kecil itu, yang dengan fokus menggunakan bibir dan lidahnya untuk menjilati dari ujung hingga ke pangkal, lalu menjilatinya kembali.

“Lagi… uhuk… tidak, cu… cukup.”

Ujung lidah itu begitu lihai hingga membuat pangeran seperti dirinya merasa mabuk dan terhanyut dalam sensasi itu.

'Cukup apanya? Aku masih belum kenyang.'

Selesai berkata, Jihan Kin kembali menunduk, menghisap seluruh bagian tubuhnya ke dalam mulutnya, dan menjilati dengan penuh kenikmatan sekali lagi.

Pangeran Steve menggertakkan gigi dan memanggil nama wanita itu, berharap ia sadar apa yang sedang ia lakukan. “Uhuk, Ji-Han-Kin!”

Tidak, harus dihentikan sekarang!

Pangeran Steve mengumpulkan kesadaran, bangkit untuk terakhir kalinya, dan menarik bahu ramping itu untuk mendongak, menghentikan Jihan Kin yang sedang menikmati ‘sosis’nya.

Paksaan yang tiba-tiba membuat bibir tipis wanita itu masih dalam posisi melingkar.

Pangeran Steve dengan jelas melihat benang air liur dari mulut Jihan Kin, dan ‘sosis’ dalam pikirannya.

Napasnya kembali terputus.

Keheningannya memberikan kesempatan bagi Jihan Kin untuk melepaskan diri dari cengkeramannya.

“Anak nakal, harus dihukum.”

Jihan Kin mengancam dengan suara ceria, lalu menekan bahu tebal pria itu ke ranjang dan membalikkan tubuhnya hingga menindihnya.

“Kau ini!” Hanya itu yang bisa diucapkan Pangeran Steve.

Mata indahnya terbelalak ketika melihat Jihan Kin tidak peduli dengan larangannya, tetapi malah fokus pada bagian tengah tubuh mereka berdua.

Pinggulnya melayang tepat di atas tubuhnya. Pinggang rampingnya perlahan turun, membuat Pangeran Steve menelan ludahnya, membayangkan adegan yang akan terjadi di detik berikutnya.

Tetapi sebelum terjadi apa-apa, suara Kunto terdengar terkejut di depan paviliun.

“Tuan Hue!! Nyonya!!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Permaisuri Pangeran Nakal   Bab 100

    Jihan Kin“...”“Kenapa kamu menatapku seperti itu?” Liliana Hong balik bertanya. “Coba kamu bayangkan jadi pelayan tokoh utama seperti aku? Kehidupan seorang pelayan, kalau majikanmu mau menyiksamu sampai mati, ya bebas saja, kamu bisa mati dengan mudah tanpa disadari. Dan lagi pula di masa depan Joan Kin, harusnya yang menjadi Permaisuri? Kalau itu kamu, apakah kamu tidak akan melakukan hal yang sama?”“Ya, ya, kamu hebat,” Jihan Kin memaksakan pujian. “Lanjutkan ceritamu.”Setelah itu, Liliana Hong mengamati Jihan Kin secara khusus. Karena selama satu tahun dia berada di sana, dia telah melihat perilaku buruk, egois, bodoh, dan sama sekali tidak bermoral dari Nona Kedua Kediaman Tabib Hue ini.Ketika mengingat hari saat mereka pergi melihat festival, di mana Jihan Kin mengajak Joan Kin pergi dengan sangat ramah, semuanya semakin membuat Liliana Hong yakin bahwa Jihan Kin adalah orang yang menyeberang dimensi.Karena itu, Liliana Hong mulai mengurus Jihan Kin sesuai dengan alur drama.

  • Permaisuri Pangeran Nakal   Bab 99

    “Bagian mana?” Liliana Hong bertanya dengan suara pelan.“Mulai dari saat kamu menyeberang dimensi.”Liliana Hong pun mulai menceritakan segalanya dari awal ....Saat itu, Liliana Hong sedang duduk mengamati mereka syuting adegan terakhir yang ditentukan oleh Sutradara Guang. Adegan itu adalah ketika Jihan Kin jatuh ke air sesuai naskah. Begitu dia berkedip, dia membuka mata dan melihat Paviliun Kamboja milik Joan Kin.Joan Kin, yang sedang duduk menyulam di kursi di kediamannya, memanggil, ‘Benjo.’Ketika melihat dia belum bergerak, Joan Kin memanggil lagi, ‘Benjo ....’Liliana Hong yang sedang bingung, dipukul pelan di bahu oleh Benji untuk menyadarkannya. ‘Nona sudah memanggil. Kenapa kamu tidak masuk?’Liliana Hong menunduk melihat pakaian dan kulitnya, dan baru menyadari bahwa tubuh yang dia miliki sekarang bukanlah miliknya. Begitu dia melangkah masuk ke kediaman dan melihat bayangannya di cermin, dia semakin yakin bahwa dia telah menyeberang dimensi dan menjadi pelayan Joan Kin

  • Permaisuri Pangeran Nakal   Bab 98

    ’Sialan ....’‘Kenapa harus menjadi si Juliette Yan sialan ini’, pikir Liliana Hong dalam hati.Dulu, saat dia masih menjadi penata rias top paling muda, Liliana Hong sangat angkuh. Antrean pemesanan makeup dengannya untuk berbagai acara sangat panjang.Tetapi itu karena dia berutang budi kepada Sutradara Guang yang pernah membantunya, mendorongnya ketika Liliana Hong masih menjadi penata rias pemula hingga melompat menjadi penata rias top yang terkenal.Namun, siapa sangka suatu hari kehidupan Liliana Hong dan Sutradara Guang berbalik arah.Di saat Liliana Hong tumbuh dan bersinar di dunia tata rias, Sutradara Guang malah kehilangan naskah-naskah penting. Ditambah lagi, ada sutradara baru yang bersemangat dengan teknik syuting baru. Tak lama kemudian, tidak ada lagi yang membicarakan Sutradara Guang.Namun, karena kecintaannya pada profesi, Sutradara Guang memilih membuat drama pendek di platform online. Meskipun tidak terkenal, itu cukup untuk mencari nafkah. Oleh karena itu, dalam b

  • Permaisuri Pangeran Nakal   Bab 97

    Pelayan istana itu melipat tangan di dada, menunduk, dan menatap meremehkan. “Kamu ini bicara omong kosong. Kita sama-sama dari era modern. Masalah membunuh orang seperti itu, siapa yang bisa melakukannya dengan mudah?”Jihan Kin memotong “Lalu, kenapa kamu menculikku?”Pihak yang lain masih diam. “...”“Begini, karena kita berdua sama-sama tersesat ke dalam drama ini, bisakah kita bicara secara terbuka?” Jihan Kin angkat bicara. “Bagaimana kalau kita mencari cara agar kita berdua bisa memiliki kehidupan yang baik bersama?”Pelayan istana itu terdiam sejenak, berpikir keras, sebelum mengangguk lemas. “Baiklah. Aku sendiri juga sudah lelah.”“Kalau begitu, pertanyaan pertama: kamu siapa?”Pelayan istana itu tidak menjawab, tetapi memasukkan tangan ke lengan baju, lalu mengeluarkan tisu penghapus makeup dan mulai membersihkan riasan di wajahnya.Jihan Kin membelalakkan mata. “Kamu punya tisu penghapus makeup?”“Tentu saja,” jawabnya. Meskipun dia belum selesai membersihkan wajah, dia mem

  • Permaisuri Pangeran Nakal   Bab 96

    Kasim itu berbicara dengan suara gemetar. Sebelum Pangeran Steve bisa mengatakan apa-apa, dia buru-buru melanjutkan, “Tapi hamba sudah masuk ke ruangan, Calon Istri Pangeran aman, Yang Mulia. Beliau hanya sedikit terkejut. Beliau meminta hamba segera melapor kepada Pangeran.”Pangeran Steve tanpa sadar langsung meremas cangkir porselen di tangannya hingga pecah, lalu buru-buru berdiri. Hal ini menarik perhatian banyak bangsawan. “Ayahanda Kaisar, hamba merasa sedikit pusing. Mohon izin untuk istirahat sebentar di luar, Yang Mulia.”“Pergilah,” Kaisar William Sui melambaikan tangan mengizinkan.Pangeran Steve memberi hormat, lalu bergegas melangkah keluar segera. “Bawa saya ke sana.”Sama sekali tidak boleh ada yang tahu bahwa ada penjahat yang menyusup ke ruang tunggu Calon Istri Pangeran. Sebab, rumor tentang Jihan Kin sebelumnya sudah sangat membuat Ayahanda Kaisar marah.Calon Istri Pangeran kesayangan beliau sudah memiliki reputasi buruk di ibukota. Jika dia sampai menimbulkan keka

  • Permaisuri Pangeran Nakal   Bab 95

    “Kakak! Aku ini Adikmu,” Pangeran Keanu merengut. Namun, dia tidak bisa lagi menarik perhatian Pangeran Steve, karena pria itu hanya menatap Jihan Kin yang duduk di seberang.Pangeran Steve mengangkat cangkir arak-nya tinggi-tinggi, sebagai isyarat untuk bersulang dengan pihak seberang. Jihan Kin bergegas mengangkat cangkir teh-nya ke tingkat yang sama. Keduanya menggerakkan tangan, membenturkan cangkir mereka pelan di udara, lalu meminumnya, saling melempar senyum lembut yang menimbulkan kecemburuan bagi beberapa orang yang diam-diam memperhatikan.“Kaisar tiba!!” Suara kasim berteriak, membuat suasana pesta kembali serius. Semua orang di aula berdiri memberi hormat saat Kaisar dan Permaisuri melintas, diiringi alunan musik pujian.Kaisar William Siu duduk di Singgasana Naga, mengangkat tangan untuk mengizinkan semua orang duduk. Para bangsawan, pegawai istana, dan perwakilan dari berbagai wilayah secara bergiliran mengucapkan selamat ulang tahun dan memberikan hadiah kepada Kaisar.S

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status