Share

Suamiku Dan Masa Lalu

Akhirnya, rencana kami untuk pergi ke psikiater pun batal. Tanggung juga mengingat waktu praktik dokter Maura yang sudah hampir habis. Ujung-ujungnya Mas Wira malah membawaku keliling-keliling.

Tak ada percakapan sedikitpun selama di perjalanan. Aku sibuk dengan pikiranku sendiri, sementara Mas Wira sibuk ... menyetir.

Setidaknya, itu yang kutangkap dari visualnya yang terlihat sedang serius mengemudi. Tak tahu isi dalamnya bagaimana, apakah sama seperti diriku yang juga sibuk berpikir. Memikirkan ucapannya yang tadi, hingga sampai sekarang pun masih terngiang-ngiang di telingaku.

"Sudah makan?" tanyanya.

"Sudah," ceplosku tiba-tiba saking hilangnya konsentrasi.

Ah, mestinya kujawab belum, karena aku memang belum makan siang tadi. Bisa-bisanya mulutku ini memfitnah lambungku yang sudah kelaparan.

Tiba-tiba,

krruuuukk!

"Eh!" Aku sontak memegangi perutku yang baru saja bernyanyi. Sementara Mas Wira tampak mengulum senyum ketika aku meliriknya. Sembari menggosok dagunya dengan tangan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status