Yessi harusnya menyadari jika Wira menikahinya hanya untuk menutupi aibnya saja. Adalah Yessi Ananda, seorang gadis cantik, baik hati serta ceria. Suatu hari ia menemukan jika dirinya tengah mengandung seorang janin. Menjadikan ayahnya yang seorang pengusaha terkenal amat murka dan menjodohkanya dengan anak seorang temannya. Di sinilah masalah itu bermula. Hidup serumah dengan ibu mertua yang kejam membuatnya semakin menderita. Namun, seiring berjalannya waktu, Yessi akhirnya menemukan kelicikan demi kelicikan yang terjadi di belakangnya. Terlebih, ia juga mengetahui jika lelaki yang dinikahinya ternyata memiliki hubungan dengan masa lalunya. Dari sinilah, ia mengetahui sebuah rahasia besar yang telah membuat hidupnya hancur berantakan.
View MoreKekesalannya semakin bertambah usai dia merasa lelah dengan dunia sekolah. Pasalnya, Ayra sering kali dibuat pulang nyaris malam sebab tugas tak kunjung selesai. Gadis yang sebentar lagi memasuki usia delapan belas tahun itu juga harus mengejar banyak pelajaran yang sempat tertinggal untuk menghadapi ujian dua bulan lagi.
“Sial! Mana mungkin aku punya baju seksi?” kesalnya.Sudah beberapa kali mencari baju-baju di dalam sana. Ayra baru mengingat kalau selama ini dirinya selalu memakai pakaian tertutup.
Ide cemerlang tiba-tiba datang ke otak gadis itu. Ayra segera pergi ke kamar seseorang di rumah tersebut. Dia menemukan banyak pakaian wanita yang layak untuk pergi ke pesta ataupun klub malam.Setelah membersihkan diri, Ayra memakai salah satu dari banyaknya baju yang diambil dari lemari tadi. Kemudian berdandan sekadarnya saja karena memang sudah memiliki paras dasar yang cukup cantik. Sebelum gadis itu keluar dari rumah, langkah kakinya terhenti secara tiba-tiba saat seorang asisten rumah tangga menanyakan dirinya.“Mau ke mana, Non?” tanya seorang wanita paruh baya dari belakang Ayra.“Mau ke klub malam, Mbok. Kalau Pak Attar mencari saya, bilang saja sedang jenuh,” jawab Ayra. Tanpa basa-basi lagi, dia langsung meninggalkan rumah tersebut dengan mengendarai sepeda motor seorang diri.Dalam hati Ayra, dia mencoba meyakinkan dirinya sendiri apapun yang terjadi, akan dia hadapi dengan berani. Sebenarnya Ayra takut pergi ke dunia seperti ini. Dia memang dikenal sebagai gadis rumahan dan pendiam.
Sampailah di sebuah klub, yang mana menjadi tempat perjanjian antara Ayra dengan teman-temannya untuk menantang gadis tersebut agar berani terlibat dengan dunia malam. Akhirnya sosok Ayra dengan tubuh terbalut dress berwarna merah terang tanpa lengan, muncul di depan orang-orang yang selalu menganggapnya terlalu lugu.Kaki Ayra bergetar saat memasuki area yang mulai ramai didatangi orang-orang. Kedua tangannya mengepal kuat. Dia menunduk sambil terus melangkah mendekati gerombolan manusia yang telah menantang dirinya. Jantungnya berdegup kencang. Dalam hatinya mengutuk diri, mengapa harus senekat ini demi mendapatkan atensi seorang mantan kekasih?Di sana ada mantan kekasih Ayra yang baru saja memutuskan hubungan mereka berdua. Semua laki-laki dan perempuan itu merupakan teman satu sekolah dengan Ayra. Bukan teman, lebih tepatnya adalah murid yang seringkali mengganggu kepribadian Ayra. Kata mereka, Ayra hanya seorang perempuan cantik yang ditutup dengan keluguan.“Kita sambut, Ayra!”“Wuaaw!"“Mulus banget lo, Ra.”Beberapa orang menyambut kedatangan Ayra dengan meriah karena puas melihat penampilan gadis itu yang jauh berbeda dari biasanya. Mereka berhasil memancing Ayra. Sementara, hati gadis itu hanya mengutuk ocehan-ocehan remaja di depannya.“Makhluk laknat!” batin Ayra.“Gila, akhirnya lo berani keluar dengan pakaian selutut gitu, Ra. Kirain bakal dibungkus terus badan lo itu,” ucap Reti yang merupakan saingan Ayra karena sedang dekat dengan mantan kekasihnya. Penampilannya jauh lebih dewasa dibanding Ayra. Dia merasa puas saat sukses menyeret gadis lugu seperti Ayra ke pergaulan mereka.“Gini, dong. Kan enak dilihatnya,” sambung seorang lelaki sambil mendekati Ayra. Melihat dengan penuh kekaguman. Tangannya yang iseng hampir menyentuh dagu Ayra secara lancang.“Jangan macam-macam denganku! Aku nggak sepolos yang kalian pikir!” bentak Ayra sembari was-was kalau saja ada dari mereka yang benar-benar menyentuh bagian tubuhnya. Dia sedikit memundurkan kakinya untuk menjauhkan jarak dengan beberapa orang yang mulai mendekatinya.“Wahh, bisa-bisa Rendra minta balikan sama lo, Ra.”Perkataan seseorang mengalihkan atensi Ayra. Gadis itu menoleh ke sumber suara. Lelaki tersebut sedang berdiri di sebelah Rendra.
“Jangan mimpi. Walaupun dia udah mengubah penampilan, masih aja keliatan lugu gitu,” kata Rendra yang sedang duduk tak jauh dari tempat Ayra berdiri. Lelaki itu bersama beberapa temannya. Dia tersenyum sinis lalu melempar tatapan ke arah lain.Ayra dibuat kesal setengah mati atas sikap mantan kekasihnya yang mendadak berubah. Dia tidak sanggup mengatakan apapun lagi. Nyalinya sedikit menciut. Namun, gadis itu tetap harus melawan rasa kurang percaya dirinya agar Rendra masih mau melihat dirinya lagi sebagai seorang gadis bahkan mau meminta supaya mereka balikan. Ide gila memang.Tanpa ada sahutan lagi, perbincangan mereka berakhir. Ketiga wanita di sana menantang Ayra untuk menikmati alunan musik. Termasuk Reti yang menantang Ayra berjoget di tengah keramian.Ayra menerima tantangan Reti dengan sangat terpaksa. Ingin menunjukkan kepada Rendra bahwa dia bukan anak kecil dan bukan gadis lugu. Dia juga bisa mengenal dunia dewasa. Akan tetapi, tubuhnya menolak. Jiwanya berontak.Ayra bukanlah gadis seperti itu. Dia tumbuh dengan caranya sendiri. Dia nyaman berada di dalam kamar seorang diri. Gadis itu merasa terlindungi saat berada di areanya. Bukan malah keluar ke tempat yang sudah jelas bukan lingkungannya.Di tengah kepura-puraannya Ayra menikmati alunan musik, tiba-tiba dia merasa bahwa tangannya diseret lalu diajak keluar dari sana. Gadis itu tidak tahu siapa yang membawa dirinya seenak jidat. Ayra terpaksa mengikuti irama langkah orang di depannya yang tidak lain adalah seorang lelaki.***Perlahan namun pasti, kedua mataku akhirnya terbuka. Aku lantas mengedarkan pandangan ke sekeliling dan menyadari bahwa aku tengah berada di sebuah ruangan yang tampak sangat asing.Sontak aku pun bangun dan terduduk, sembari berusaha mengingat kejadian yang telah menimpaku.Rasa takut kembali menyergap kala kusadari kedua tanganku sudah dalam kondisi terikat.Aku lantas berteriak meminta tolong, namun hanya suara gumaman yang berhasil keluar, mulutku disumpal kain.'Ya Allah, siapa yang telah tega berbuat jahat terhadapku? Apa salahku sampai orang itu tega memperlakukanku seperti ini?' Batinku menjerit.Air mataku sudah tumpah ruah saking takutnya.Di tengah rasa keputus-asaanku, mendadak terdengar suara pintu berderit, menandakan ada orang yang akan masuk. Seorang laki-laki berkepala plontos serta berpenampilan serba hitam telah berdiri di hadapanku. Perawakan dan gayanya persis seperti pemeran penjahat di film-film. Bibirnya yang berwarna hitam menyeringai kala menatapku. Ia lanta
POV Yessi."Mas, aku boleh nanya sesuatu sama kamu, nggak?" tanyaku hati-hati."Boleh. Mau nanya apa?" tanyanya seraya mengalihkan tatapan dari ponsel miliknya.Inilah salah satu yang kusukai dari Mas Wira. Sedikit pun tidak pernah merasa keberatan dengan pertanyaan yang hendak kuajukan. Tak peduli jika ia bisa menjawabnya atau tidak, bahkan apabila pertanyaannya itu akan menyinggung perasaannya, ia tak peduli. Yang pasti jika aku meminta izin mau bertanya, ia akan langsung memperbolehkan."Mas kenal sama Bram?" Lelaki itu tak langsung menjawab. Diletakkannya ponselnya di atas meja, lantas sorot matanya menatapku lekat."Kenal. Dia temanku."Jawabannya cukup membuatku terkejut. "Teman? Kok Mas nggak pernah cerita?" tanyaku seraya mengernyitkan dahi. "Memangnya harus?" Dia malah balik bertanya sambil memamerkan senyum tipis."Eng ... ya nggak harus, sih. Cuman, kan ...." Aku sengaja tak meneruskan kalimatku. Rasa gugup membuatku bingung mengeluarkan kata-kata.Suamiku tertawa melih
Kudapati mama yang tengah duduk santai di teras sembari membaca majalah. Ia tampak terkejut melihat kedatanganku. Mungkin heran karena aku pulang cepat hari ini."Mana Yessi, Ma?!" tanyaku tanpa basa-basi."Nggak tau. Di dalem kali,"jawab mama acuh tak acuh. Ia kembali fokus menatap majalah.Aku bergegas masuk ke dalam rumah. Tampak Bik Inah mendatangiku dengan tergopoh."Mas! Non Yessi nggak ada," ujarnya panik."Kok bisa? Mungkin di kamarnya?!" sahutku sambil bergegas menaiki anak tangga. Baru dua langkah, seruan Bik Inah sontak menghentikanku."Nggak ada, Mas! Bibik barusan ke kamar nggak ada juga. Non Yessi kabur. Tadi Rahma ngeliat Non Yessi keluar dari pintu samping." Bi Inah kembali menangis."Astaga! Kenapa nggak dilarang??!" Nada suaraku meninggi saking paniknya."Bibik juga nggak tau, Mas. Rahma cuman ngeliat sekilas tadi," jawab Bi Inah takut-takut."Mana Rahma?! Panggilkan dia, Bik!" titahku sambil memijat pelipis. Aku benar-benar tak menyangka jika situasinya akan jadi g
Malam itu ponselku tiba-tiba berdering. Alisku bertaut menatap sebaris angka yang tertera di layar ponsel. Feelingku langsung tidak enak. Mungkin karena beberapa hari ini sering diteror.[Halo!] kujawab panggilan tersebut.Terdengar suara kekehan tawa seorang pria di seberang sana. Aku mengenali suaranya. Dia merupakan orang yang tempo hari menerorku. Kebetulan Yessi sedang keluar kamar. Aku bergegas menuju balkon sebelum ia kembali.[Breng*ek!! Aku tau siapa dirimu. Kau jangan macam-macam. Aku bisa melaporkanmu ke polisi!] ancamku.[Silakan. Aku tidak takut. Yang jelas kau harus tau mengenai satu hal, bahwa akulah yang pertama kali meniduri istrimu. Bukan kau! Sepertinya akan jadi menarik kalau aku juga meneror istrimu,] ejeknya seraya terkekeh.[Ba*ing*n! Jangan pernah ganggu istriku! Kau hanya bisa merusaknya saja! Ke mana pun kau lari, aku akan terus mengejarmu!][Haha! Kau pikir aku takut dengan ancamanmu. Kau harus tau satu hal! Aku tidak akan melepaskan kalian begitu saja! Te
"Bram!" Pria itu lantas menoleh ketika aku memanggilnya. Senyum sinis mengembang di salah satu sudut bibirnya ketika melihatku."Sudah lama tidak kelihatan, sekali ketemu udah jadi suami orang. Gimana enak teman makan teman?" sindirnya.Rupanya ia telah mendengar kabar pernikahanku dengan Yessi. Entah dari mana dia tahu. Padahal kami tidak mengundangnya. "Kami dijodohkan. Aku juga tidak tau kalau jadinya akan seperti ini. Maafkan aku kalau kau tidak berkenan."Bram membuang ludah tepat di depanku. "Cuih! Jelas saja aku tidak berkenan. Tak kusangka kau ternyata seorang pecundang. Pagar makan tanaman. Kau tidak pantas disebut sebagai teman!" ucapnya marah. Setelahnya ia berlalu begitu saja. Padahal aku ingin bertanya sesuatu mengenai Yessi. Apakah sebelum kami menikah ia pernah bertemu dengan Yessi? Aku tidak menuduh Bram yang melakukannya. Namun, setidaknya ia pasti tahu ke mana saja Yessi pergi dan dengan siapa perginya sebelum peristiwa itu terjadi.***"Saudari Yessi mengalami t
"Dengar Wira! Saya titipkan anak saya. Dalam artian, saya tidak ingin kalau anak saya sampai terluka barang secuil pun," pesan calon ayah mertuaku sembari menyodorkan amplop cokelat tebal ke hadapanku.***Pernikahanku dengan Yessi memang berjalan lancar, namun tidak dengan hatiku. Rasa sesak terus-menerus kurasakan hingga napasku nyaris tersendat-sendat sepanjang kami duduk bersanding di pelaminan. Kulihat wajahnya muram. Ah, terang saja. Mungkin ia juga terpaksa menerima pernikahan ini. Karena setahuku ia juga masih memiliki kekasih. Berharap menikah dengan Bram, namun malah dijodohkan denganku. Tidak ada malam pertama. Menggauli gadis yang sedang mengandung anak orang lain, siapa yang selera? Yang ada, aku malah semakin merasa benci dengannya. Meskipun aku tak memungkiri jika ayahnya telah banyak berjasa pada keluargaku, namun tetap saja keegoisanku mengalahkan segalanya.Kami tidak tidur bersama. Aku memilih tidur di sofa, sementara dia kubiarkan tidur di ranjangku.Hingga pada
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments