Share

Bab 71 Mengagumi

Author: yourayas
last update Last Updated: 2025-08-27 10:50:31

Matahari pagi menembus celah gorden kamar, cahaya keemasan merambat perlahan di dinding, membentuk garis lembut yang menghangatkan suasana. Udara pagi bercampur dengan sejuknya AC masih menggantung, menciptakan keheningan yang damai. Elena membuka mata perlahan, kelopak matanya berat karena semalam ia hanya tidur setengah nyenyak. Begitu kesadarannya pulih, ia segera menyadari sesuatu yang berbeda: ada lengan kokoh yang melingkari tubuhnya, hangat, berat, seolah menahan agar ia tidak pergi.

Ia terdiam. Tubuhnya menegang sebentar, tapi lalu ia menyadari itu adalah lengan Gerald. Pria itu masih tertidur di sisinya, napasnya dalam, wajahnya lebih tenang dibanding semalam. Tidak ada lagi raut kelelahan yang menekan, tidak ada kerutan di dahi seperti saat ia menahan sakit. Elena menatap wajah itu cukup lama, dadanya terasa bergetar hebat. Ada ketulusan dalam senyum samar yang tampak bahkan saat Gerald tertidur.

Ia ingin bangkit perlahan, melepaskan diri tanpa membangunkannya. Namun baru sa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Anna Susanti
kenapa narasinya diulang 2 terus thor?
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 78 Masak Bersama

    Langkah kaki mereka terdengar pelan menuruni tangga. Elena berjalan lebih dulu, rambutnya yang sedikit berantakan setelah bangun tidur bergerak lembut mengikuti gerakan tubuhnya. Gerald mengikuti di belakang, dengan ekspresi tenang tapi dalam hatinya ia tidak berhenti tersenyum. Setiap gerak Elena, sekecil apa pun, terasa baru baginya—dan ia ingin mengingat semuanya.Mereka memasuki dapur. Ruangan itu luas, bergaya modern dengan dominasi putih dan kayu muda. Sinar matahari pagi masuk dari jendela besar di sisi timur, menyoroti meja marmer yang sudah rapi tanpa ada jejak kegiatan memasak semalam. Aroma segar dari kopi yang belum diseduh seakan sudah menunggu mereka.Elena mengikat rambutnya ke belakang dengan karet sederhana yang ia ambil dari laci. Ia tampak santai, mengenakan baju tidur longgar, tapi bagi Gerald, ia tampak memesona. Perempuan itu bergerak cekatan, membuka lemari pendingin, mengeluarkan beberapa bahan sarapan: telur, roti, sayuran segar, dan sedikit daging asap.Geral

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 77 Mencuri Kecupan

    Sinar matahari pagi menembus tirai tipis berwarna putih gading, menyebarkan cahaya lembut ke seluruh kamar. Burung-burung berkicau samar di kejauhan, berpadu dengan suara dedaunan yang bergesekan pelan tertiup angin. Udara pagi terasa segar, membawa aroma embun dan bunga dari luar jendela.Gerald membuka mata lebih dulu. Butuh beberapa detik baginya untuk menyadari di mana ia berada. Rasa hangat di lengannya, napas halus yang menyapu dada, dan berat lembut di sisi tubuhnya—semua itu membuatnya segera ingat: Elena.Ia menoleh perlahan. Elena masih terlelap, wajahnya damai, pipinya sedikit memerah seakan masih menyimpan sisa hangat tidur. Rambut hitamnya terurai berantakan di bantal, sebagian menutupi pipinya, sebagian lain jatuh ke bahu Gerald. Ada sesuatu yang begitu indah dalam ketidaksempurnaan itu, membuat Gerald tak bisa mengalihkan pandangannya.Ia membiarkan matanya menelusuri setiap detail: alis Elena yang tipis, bulu matanya yang panjang dan lentik, garis hidung yang lembut, h

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 76 Beruntung

    Elena terdiam. Matanya menatap kosong ke arah dada Gerald, tapi pikirannya melayang jauh ke masa lalu. Ada nama yang masih meninggalkan bekas pahit di hatinya—Leo. Pria yang dulu ia kira tulus, namun ternyata mengkhianati kepercayaannya dengan begitu mudah. Luka itu masih ada, tak kasat mata tapi terasa nyata setiap kali ia mengingatnya.Jemari Elena meremas ujung baju tidur Gerald, tanpa sadar. “Aku dulu… pernah percaya pada seseorang,” bisiknya lirih, hampir tenggelam oleh keheningan kamar. “Aku benar-benar membuka hati, bahkan merasa dialah orang yang akan bersamaku. Tapi nyatanya… dia mengkhianati kepercayaanku. Setelah itu… aku pikir aku tidak akan bisa percaya lagi pada siapa pun.”Gerald menegang sejenak. Tatapannya melembut, menunduk menatap Elena yang kini tampak rapuh. Ia tidak perlu bertanya siapa orang itu; ia tahu nama itu adalah bagian dari masa lalu yang menyakitkan.“Elena…” Gerald mengangkat tangan, mengusap pelan rambut istrinya, jari-jarinya menyelip lembut di antar

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 75 Merasa Nyaman

    Gerald terkekeh, mendekat selangkah. “Tidak. Ini bukan kamar biasa. Ini ruang pribadimu. Dan kamu mengizinkanku masuk… itu bukan hal sepele bagiku.”Elena menunduk, bibirnya sedikit terkatup rapat. Ada sesuatu di dalam dadanya yang bergetar hebat. Gerald begitu tulus, dan itu membuatnya gugup sekaligus hangat.Gerald tak ingin membuat Elena semakin salah tingkah. Jadi ia menarik napas, lalu dengan tenang duduk di tepi ranjang. Elena sempat refleks menoleh, seolah ingin menegur, tapi kata-katanya tertahan ketika melihat ekspresi Gerald—tenang, tulus, seolah ia hanya ingin menikmati momen sederhana itu tanpa beban.“Aku duduk di sini boleh, kan?” tanya Gerald, setengah menggoda.Elena mendesah pelan, berpura-pura acuh. “Kalau aku sudah izinkan kamu masuk, ya tentu saja.”Gerald tersenyum. “Iya juga.” Ia menepuk kasur di sebelahnya. “Kamu juga duduk sini. Aku tidak akan macam-macam.”Elena memutar bola mata, tapi akhirnya menuruti. Gerald tersenyum lega ketika Elena akhirnya mau naik ke

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 74 Kamar Utama

    Pelukan itu bertahan lama. Begitu lama hingga Elena bisa merasakan degup jantung Gerald berdetak stabil di dadanya, seolah memberi irama baru bagi hatinya yang kacau. Aroma lembut parfum Gerald bercampur dengan kehangatan tubuhnya, menenangkan gejolak yang tadi membuatnya menangis.Akhirnya, dengan berat hati, Gerald menarik tubuhnya sedikit, hanya sekadar menciptakan jarak tipis di antara mereka. Ia ingin melihat wajah Elena. Dan di hadapannya, wajah itu tampak begitu rapuh: mata Elena masih basah, kelopaknya memerah, pipinya berkilat oleh sisa air mata. Namun anehnya, bagi Gerald, Elena tidak pernah terlihat seindah malam itu. Ada sesuatu dalam kesederhanaan tangisnya—kejujuran, kerentanan—yang justru membuatnya makin jatuh hati.Jari-jari Gerald yang hangat bergerak pelan, menyapu jejak air mata di sudut mata Elena. Sentuhannya ringan, nyaris seperti sapuan sayap kupu-kupu, tapi mampu membuat Elena menahan napas. “Jangan menangis lagi,” bisiknya, suaranya serak, hampir patah oleh

  • Pernikahan Bisnis Dua CEO   Bab 73 Lebih Dari Bisnis

    Udara malam itu terasa lebih ringan dibandingkan beberapa hari sebelumnya. Demam Gerald yang sempat membuat tubuhnya melemah kini sudah mulai menurun. Wajahnya tidak lagi pucat pasi, meski masih menyisakan letih di sudut mata. Elena yang sedari tadi sibuk mengawasinya akhirnya bisa bernapas sedikit lega.“Bagaimana rasanya sekarang?” tanya Elena, duduk di sebelah Gerald yang bersandar santai di sofa ruang tamu.Gerald menoleh, sudut bibirnya terangkat. “Lebih baik. Kepala tidak terlalu berat lagi. Aku bahkan merasa cukup lapar.”Elena tersenyum tipis. “Baguslah. Kalau begitu, mie instan ini tepat waktunya.”Di meja kecil di depan mereka, dua mangkuk mie instan mengepul. Aromanya sederhana, khas mie instan yang tidak pernah gagal membangkitkan selera. Bukan hidangan mewah, bukan pula santapan sehat yang penuh nutrisi. Namun malam itu, mie instan sederhana itu terasa istimewa.“Aku tahu dokter mungkin tidak akan setuju dengan pilihan makan malam ini,” ujar Elena sambil terkekeh kecil. “

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status