Arunika baru saja selesai dikuret. Raynar menunggu Arunika di samping ranjang, dia terus menggenggam tangan sang istri yang masih tertidur karena pengaruh obat bius.Bola mata Raynar berkaca-kaca. Dia bersalah karena sudah mencurigai istrinya karena tak berpikir ke rencana Andre dan Hendry yang memberinya obat.Raynar percaya dengan spekulasi Briella, memang bisa saja obat itu sejak awal ditujukan untuk Arunika, jika Hendry tahu kalau Arunika hamil.Cukup lama Raynar duduk diam, bahkan dia tak makan atau sekadar minum. Sampai akhirnya Arunika mulai membuka mata perlahan.Samar-samar Arunika melihat Raynar yang tersenyum padanya. Arunika masih bingung karena efek obat bius saat operasi.“Bagaimana perasaanmu? Apa terasa mual, pusing, atau yang lainnya?” tanya Raynar mencoba mengajak bicara Arunika. Dia menatap penuh perhatian pada Arunika.Arunika masih merasakan tubuhnya yang sangat lemas. Dia menggeleng pelan dengan mata sayup-sayup dan tatapan kabur ketika menatap Raynar.Raynar beg
Di rumah Nenek Galuh. Wanita tua itu duduk diam di ruang keluarga menunggu kepulangan Hendry dan Laras. Malam semakin larut, akhirnya Hendry pulang sambil bercanda bersama Laras saat baru saja masuk rumah. Saat mereka akan melewati ruang keluarga, Hendry dan Laras terkejut melihat Nenek Galuh duduk sambil menatap dingin pada mereka. “Kenapa Mama tidak tidur? Oh ya, kenapa Mama meninggalkan pesta?” tanya Hendry yang setengah mabuk. Nenek Galuh berdiri, lalu menghampiri Hendry yang bersikap seperti anak remaja labil. “Bahkan di saat keponakanmu terkena musibah, kamu masih bisa mabuk-mabukan,” ucap Nenek Galuh dengan ekspresi wajah dingin. Senyum Hendry dan Laras menghilang, bahkan Laras langsung memasang wajah tak senang. “Ini hari perayaan pernikahan kami, apa kami harus menderita karena musibah orang lain?” Nenek Galuh mencengkram erat tongkat yang dipegangnya. Ternyata Hendry tetap tak berubah. “Lagian, memangnya kenapa dengan istrinya? Dia mengacaukan pesta kami saja,” ucap
“Apa yang kamu katakan, Aru? Aku hanya bertanya, kenapa kamu marah seperti ini?” tanya Raynar menuntut penjelasan.Arunika menatap Raynar dengan air mata yang mulai menetes dari kelopak matanya. Ada perasaan marah, sakit, dan hancur yang kini bercampur menjadi satu.“Tapi itu fakta, kan? Memang benar kalau kamu berharap aku punya anak agar kamu mendapat warisan. Apa hanya sebatas itu hubungan kita? Kamu kecewa karena aku keguguran, tapi apa kamu tidak memikirkan, bagaimana hancurnya hatiku mengetahui ini semua?” Arunika menyentuh piyama bagian depannya, lalu merematnya kuat.Raynar terkejut mendengar semua ucapan Arunika.“Siapa yang memberitahumu?” tanya Raynar memastikan.Arunika tersenyum getir, jadi ternyata semua yang dikatakan Laras benar.“Apa itu penting sekarang?” tanya Arunika. Dia mengusap air mata yang menetes dari kelopak matanya. “Aku sudah kehilangan bayiku, mau apa lagi kamu?”Arunika memalingkan muka dari Raynar, lalu memejamkan matanya.Raynar diam, dia sadar jika su
Briella sangat yakin kalau apa yang terjadi pada Arunika, pasti ada hubungannya dengan Andre dan Hendry. Briella memandang Andre yang sedang tertawa terbahak-bahak bersama Hendry, dia memutuskan untuk mencari tahu.Briella pun menghampiri Andre dan Hendry.“Pa, aku bosan, apa kita bisa pulang sekarang?” tanya Briella mencoba mengajak bicara ayahnya.“Kenapa buru-buru, pestanya baru juga dimulai?” tanya Andre.“Benar, nikmati saja dulu pestanya,” timpal Hendry.“Malas, Paman. Raynar pergi, lagian ada apa sih dengan istrinya itu, mengganggu momen saja,” gerutu Briella berpura-pura agar sang papa dan paman Raynar percaya kalau Briella benar-benar sudah dekat dengan Raynar dan berharap memiliki Raynar.Andre dan Hendry saling lirik sambil tersenyum. Mereka mulai memercayai Briella berhasil mendekati Raynar dan punya ambisi untuk mendapatkan Raynar.“Istrinya sedang hamil, tadi katanya perutnya sakit dan ada yang melihat darah, mungkin keguguran,” jawab Hendry lalu tersenyum penuh arti.“
Sesampainya di rumah sakit. Raynar menggendong Arunika masuk IGD dan langsung mendapat pelayan dari dokter dan perawat di sana.“Istri saya tiba-tiba merasakan perutnya sakit dan mengeluarkan darah,” ucap Raynar langsung menjelaskan.“Apa dia sedang hamil?” tanya dokter memastikan.Raynar mengangguk dengan raut wajah ketakutan.Dokter segera memeriksa kondisi Arunika, sedangkan Raynar terus berdiri di samping ranjang sambil menggenggam telapak tangan Arunika dengan erat.“Ray,” lirih Arunika dengan suara lemas, bahkan kelopak mata Arunika terus tertutup dan hanya bibirnya yang bergerak.“Aku di sini, tenanglah,” ucap Raynar mempererat genggaman tangan Arunika.Raynar mengalihkan pandangan ke dokter, dia melihat dokter menggeleng pelan.“Kita lakukan USG untuk memastikan kondisi janinnya,” ucap dokter lalu meminta perawat untuk menyiapkan ruang USG.Raynar membeku. Apa mereka kehilangan janin di rahim Arunika?Arunika dibawa ke ruang USG. Di sana dokter mulai melakukan pemeriksaan, hin
Di ballroom. Briella mendekati Raynar untuk meyakinkan sang ayah. Dia menyapa dan berbincang biasa, begitu hanya ada mereka berdua, Briella mulai menyampaikan informasi yang dimilikinya. “Jika ada pelayan yang memberimu minum, jangan meminumnya dan jangan makan apa pun di pesta ini,” ucap Briella dengan tenang, bahkan dia tersenyum untuk menyamarkan gerakan bibirnya seperti biasa. “Kamu tahu apa yang ayahmu dan pamanku rencanakan?” tanya Raynar. Briella mengamati Andre dan Hendry yang berdiri tak jauh di belakang Raynar kini sedang memandang ke arahnya. Dia tersenyum sambil menyelipkan rambut ke belakang telinga lalu berkata, “Aku mendengar Papa bicara di telepon kalau dia menyiapkan obat, aku yakin obat itu ditujukan untukmu.” Raynar geram tetapi tetap berusaha tenang. “Sepertinya benar kalau pesta ini juga untuk menjebakku.” “Ke mana istrimu?” tanya Briella kemudian. “Dia ke kamar mandi,” jawab Raynar. “Sepertinya cukup aku mendekatimu, setidaknya papaku dan pamanmu tidak me