Saat sore hari. Arunika baru saja keluar dari kamar mandi saat melihat Raynar masuk membawa kue dan segelas jus.Selang infus di tangannya sudah dilepas, sehingga Arunika sudah bisa bergerak bebas tanpa harus meminta bantuan.“Duduklah,” ucap Raynar sambil meletakkan pelan nampan berisi kue dan jus di meja.Arunika segera mendekat sambil memulas senyum. Dia duduk di samping Raynar sambil menatap lezat ke kue di meja.“Minumlah biar lebih segar,” kata Raynar sambil memberikan jus strawbery pada Arunika.Arunika mengambil gelas jus, lalu meminumnya pelan. Senyum berhias di wajah Arunika, dia begitu senang mendapat perhatian-perhatian kecil dari Raynar.“Aku tidak menyangka masih bisa tidur dengan nyaman di kamar dan makan dengan tenang sekarang,” ucap Arunika, “saat aku diculik, aku sudah berpikir akan mati dan tidak bisa melihatmu untuk yang terakhir kali,” imbuhnya sambil menatap pada sang suami.Raynar diam menatap ekspresi wajah Arunika yang sedih tetapi juga ada kelegaan.“Aku tida
Hari berikutnya dokter dan perawat datang untuk mengecek kondisi luka di lengan Arunika. Perawat juga mengganti infus yang hampir habis dengan yang baru.“Kondisi lukanya tertutup bagus, kalau infusnya habis, nanti bisa dilepas saja. Ada perawat yang nanti akan berjaga di sini sampai infusnya bisa dilepas,” kata dokter menjelaskan.“Terima kasih,” ucap Raynar.Dokter itu permisi setelah memberi instruksi pada perawat untuk tetap di sana sampai infus yang baru saja dipasang habis.Raynar tidak masuk kerja hari ini. Dia ingin menemani Arunika di rumah sampai kondisi Arunika benar-benar pulih.“Kamu mau ke mana?” tanya Raynar saat melihat Arunika menggeser posisi duduk di ranjang.“Aku mau ke kamar mandi,” jawab Arunika.Raynar langsung mendekat, dia mengulurkan kedua tangan sampai membuat Arunika keheranan.“Mau apa?” tanya Arunika sambil menatap Raynar yang berdiri di depannya.“Menggendongmu ke kamar mandi,” jawab Raynar.“Aku bisa jalan sendiri, lagian tanganku yang sakit bukan kakik
Saat Raynar keluar mengantar Nenek Galuh, Arunika memilih mengecek ponsel barunya dari Raynar sambil menunggu suaminya kembali.Arunika tersenyum senang, tak perlu dia minta, Raynar sudah memberinya ponsel baru setelah ponsel sebelumnya rusak karena dilempar Nathan. Beruntung Arunika juga masih memiliki nomor lamanya sehingga sang bibi juga tidak bingung kalau nomornya tiba-tiba berubah.Saat Arunika sedang membuka-buka fitur di ponselnya, dia mendapat panggilan dari Klara.“Halo.” Arunika langsung menjawab panggilan itu.“Akhirnya kamu bisa dihubungi. Dari tadi aku mencoba menghubungimu, tapi kenapa ponselmu tidak aktif?”Suara Klara terdengar cemas dari seberang panggilan.Arunika tersenyum simpul.“Iya, ada apa?” tanya Arunika.“Apa kamu sudah tahu kabar kalau Kak Nathan meninggal karena kecelakaan di luar kota? Aku baru mendengar kabarnya tadi dari teman-teman, katanya dia mengalami kecelakaan sore tadi.”Arunika diam sejenak. “Aku turut berduka.”Arunika menyadari, ini pasti bagi
“Aku terkejut ada di kamar, aku pikir ada di rumah sakit,” kata Arunika sekarang sudah bisa duduk meski lengannya masih terasa nyeri.“Kamu bilang kalau trauma berada di rumah sakit dan tidak suka jika dirawat lama di sana, jadi aku yang memaksa agar kamu dibawa pulang dan dirawat dari rumah. Besok akan ada dokter dan perawat datang untuk mengecek kondisimu,” ujar Raynar menjelaskan.Arunika mengangguk-angguk paham. Sampai ingatannya berlarian ke kejadian sore tadi, terakhir dia melihat Nathan yang menembakkan senjata ke arah mereka.Arunika menatap Raynar yang sedang mengupas apel, lalu dia memberanikan diri bertanya, “Bagaimana dengan Kak Nathan?”Ekspresi wajah Raynar berubah kesal mendengar Arunika menyebut nama Nathan. Dia sejenak berhenti mengupas, tetapi kembali melanjutkan sambil bicara.“Apa kamu masih bisa memikirkannya padahal dia sudah berbuat jahat padamu?” tanya Raynar.“Bukan begitu,” sanggah Arunika, “aku hanya trauma dan takut kalau dia berbuat gila lagi dan melakukan
Erik memacu kecepatan mobil semakin tinggi karena kondisi Arunika yang hampir tak sadarkan diri.Raynar terus menunduk dengan penuh penyesalan karena tak bisa melindungi istrinya. Dia menggenggam erat telapak tangan Arunika yang sudah berlumuran darah. Seumur hidupnya, ini adalah pertama kalinya dia sangat kehilangan semenjak Raynar kehilangan sang ibu.Bahkan tanpa sadar, air mata mulai menetes dari pelupuk matanya, membuat Raynar semakin menunduk sambil terus menggenggam tangan Arunika.Begitu sampai di IGD. Erik keluar dari mobil dengan cepat, lalu memanggil perawat untuk membantu Raynar.Dua perawat datang mendorong brankar. Erik membantu Raynar mengeluarkan Arunika dari mobil, kemudian membaringkan perlahan tubuh Arunika di atas brankar.“Dokter akan segera menanganimu,” ucap Raynar masih tak mau melepas tangannya dari Arunika.Arunika mengangguk lemar.Perawat segera mendorong brankar masuk ke IGD. Raynar berjalan cepat di samping brankar, mengikuti perawat membawa Arunika masuk
Arunika sangat syok mendengar suara tembakan. Dia melepas gigitannya dari tangan Nathan dan kedua kakinya melangkah mundur dengan jantung berdegup cepat.Arunika mengecek tubuhnya. Dia baik-baik saja. Lalu Arunika menoleh pada Raynar dengan ekspresi ketakutan, dan kelegaan tersirat dari sorot matanya saat melihat suaminya baik-baik saja.Jadi, tembakan itu melesat ke mana?Arunika menoleh lagi pada Nathan. Dia melihat Nathan luruh ke aspal dengan satu kaki berlumuran darah.Tommy berjalan dari belakang mobil. Dia sejak tadi mengawasi dan mencari celah untuk menyerang. Begitu melihat Nathan lengah karena digigit Arunika, Tommy langsung bergerak cepat melumpuhkan Nathan dengan menembak kaki pria itu.Arunika sangat lega akhirnya bebas dari Nathan. Dia segera berlari ke arah suaminya dengan senyum penuh kelegaan.Namun, tanpa Arunika duga. Nathan masih bisa melawan dengan mengarahkan pistol ke arah Arunika dan Raynar, dia bersiap menembak siapa pun yang bisa dilewati pelurunya.Melihat N
“Apa kamu pikir aku bodoh?” Nathan bicara dengan tatapan tertuju pada Raynar, tetapi tangannya tetap menodongkan senjata pada Arunika.“Aku tidak akan melawan, kamu bisa membawaku, tapi bebaskan Aru,” ucap Raynar masih mencoba bernegosiasi.Raynar melirik pada Arunika, mereka saling tatap dan terlihat jelas ketakutan begitu kentara di manik mata Arunika yang berkaca-kaca.Bukannya segera melakukan pertukaran, Nathan malah tersenyum miring, lalu telunjuknya perlahan bergerak ingin menarik pelatuk pistol yang terarah di kepala Arunika.Arunika memejamkan mata, kerutan di kelopak matanya menunjukkan ketidaksiapan atas kemungkinan yang akan terjadi padanya.Nathan semakin tersenyum lebar melihat Raynar yang hanya diam tak berkutik. Dia melihat kecemasan bercampur amarah di tatapan Raynar. Nathan ingin melihat, sampai mana reaksi Raynar melihat Arunika terancam, dan ingin melihat sampai mana pria itu mencintai Arunika.Saat telunjuk Nathan hampir menarik sempurna pelatuk senjatanya, ternya
Mobil Raynar berhasil menghadang mobil Nathan yang baru saja akan pergi.Posisi mereka saat melacak Nathan memang sudah dekat dengan lokasi Nathan berada, berbekal titik terakhir koordinat ponsel Arunika.Kedua mobil itu saling berhadapan meski berjarak, Erik memang sengaja tak merapat ke mobil Nathan karena takut akan mengancam keselamatan Arunika jika Nathan merasa terancam dan melakukan sesuatu pada istri atasannya itu.Apalagi Erik dan Tommy melihat Nathan yang menodongkan senjata ke kepala Arunika.“Dia menodongkan senjata pada Arunika, Pak,” ucap Erik sambil melirik bayangan Raynar dari pantulan spion tengah.Raynar mengepalkan telapak tangannya begitu erat. Dia menghubungi nomor Nathan lagi dan langsung dij
“Lepaskan dia.”Nathan tertawa mendengar perintah Raynar.“Lepaskan? Setelah susah payah aku berhasil membawanya dari pengawasanmu, kamu memintaku melepasnya begitu saja?” Nathan menatap Arunika yang diam dengan tatapan tajam ke arahnya. Dia tersenyum tipis melihat kemarahan Arunika.“Kamu yang sengaja menabrak mobil Aru?”Nathan tersenyum kecil mendengar tuduhan Raynar yang memang tepat sasaran.“Kamu pikir itu tak disengaja? Tidak ada sesuatu yang tak sengaja di dunia ini, termasuk semua masalah yang terjadi padamu akhir-akhir ini.”Nathan tak mendengar Raynar bicara. Dia menebak, pria itu pasti sudah tahu.“Aku bisa melakukan apa pun terhadapmu. Jadi lepaskan Aru sebelum semuanya terlambat.”Nathan tersenyum miring mendengar Raynar akhirnya kembali bicara. “Kamu tidak akan pernah bisa memerintahku apalagi menekanku.”“Aku tidak akan pernah melepasmu jika sesuatu terjadi pada Aru.”“Coba saja kalau bisa.”Di mobil Raynar. Ternyata ponsel Raynar terhubung dengan alat penyadap agar b