Teman-teman, jangan lupa tinggalkan komentar kalian, ya. Aku akan sangat-sangat berterima kasih kalau kalian bisa meluangkan waktu memberikan komentar dan kesan kalian pada kisah Aru dan Ray. Makasih
Erik memacu kecepatan mobil semakin tinggi karena kondisi Arunika yang hampir tak sadarkan diri.Raynar terus menunduk dengan penuh penyesalan karena tak bisa melindungi istrinya. Dia menggenggam erat telapak tangan Arunika yang sudah berlumuran darah. Seumur hidupnya, ini adalah pertama kalinya dia sangat kehilangan semenjak Raynar kehilangan sang ibu.Bahkan tanpa sadar, air mata mulai menetes dari pelupuk matanya, membuat Raynar semakin menunduk sambil terus menggenggam tangan Arunika.Begitu sampai di IGD. Erik keluar dari mobil dengan cepat, lalu memanggil perawat untuk membantu Raynar.Dua perawat datang mendorong brankar. Erik membantu Raynar mengeluarkan Arunika dari mobil, kemudian membaringkan perlahan tubuh Arunika di atas brankar.“Dokter akan segera menanganimu,” ucap Raynar masih tak mau melepas tangannya dari Arunika.Arunika mengangguk lemar.Perawat segera mendorong brankar masuk ke IGD. Raynar berjalan cepat di samping brankar, mengikuti perawat membawa Arunika masuk
Arunika sangat syok mendengar suara tembakan. Dia melepas gigitannya dari tangan Nathan dan kedua kakinya melangkah mundur dengan jantung berdegup cepat.Arunika mengecek tubuhnya. Dia baik-baik saja. Lalu Arunika menoleh pada Raynar dengan ekspresi ketakutan, dan kelegaan tersirat dari sorot matanya saat melihat suaminya baik-baik saja.Jadi, tembakan itu melesat ke mana?Arunika menoleh lagi pada Nathan. Dia melihat Nathan luruh ke aspal dengan satu kaki berlumuran darah.Tommy berjalan dari belakang mobil. Dia sejak tadi mengawasi dan mencari celah untuk menyerang. Begitu melihat Nathan lengah karena digigit Arunika, Tommy langsung bergerak cepat melumpuhkan Nathan dengan menembak kaki pria itu.Arunika sangat lega akhirnya bebas dari Nathan. Dia segera berlari ke arah suaminya dengan senyum penuh kelegaan.Namun, tanpa Arunika duga. Nathan masih bisa melawan dengan mengarahkan pistol ke arah Arunika dan Raynar, dia bersiap menembak siapa pun yang bisa dilewati pelurunya.Melihat N
“Apa kamu pikir aku bodoh?” Nathan bicara dengan tatapan tertuju pada Raynar, tetapi tangannya tetap menodongkan senjata pada Arunika.“Aku tidak akan melawan, kamu bisa membawaku, tapi bebaskan Aru,” ucap Raynar masih mencoba bernegosiasi.Raynar melirik pada Arunika, mereka saling tatap dan terlihat jelas ketakutan begitu kentara di manik mata Arunika yang berkaca-kaca.Bukannya segera melakukan pertukaran, Nathan malah tersenyum miring, lalu telunjuknya perlahan bergerak ingin menarik pelatuk pistol yang terarah di kepala Arunika.Arunika memejamkan mata, kerutan di kelopak matanya menunjukkan ketidaksiapan atas kemungkinan yang akan terjadi padanya.Nathan semakin tersenyum lebar melihat Raynar yang hanya diam tak berkutik. Dia melihat kecemasan bercampur amarah di tatapan Raynar. Nathan ingin melihat, sampai mana reaksi Raynar melihat Arunika terancam, dan ingin melihat sampai mana pria itu mencintai Arunika.Saat telunjuk Nathan hampir menarik sempurna pelatuk senjatanya, ternya
Mobil Raynar berhasil menghadang mobil Nathan yang baru saja akan pergi.Posisi mereka saat melacak Nathan memang sudah dekat dengan lokasi Nathan berada, berbekal titik terakhir koordinat ponsel Arunika.Kedua mobil itu saling berhadapan meski berjarak, Erik memang sengaja tak merapat ke mobil Nathan karena takut akan mengancam keselamatan Arunika jika Nathan merasa terancam dan melakukan sesuatu pada istri atasannya itu.Apalagi Erik dan Tommy melihat Nathan yang menodongkan senjata ke kepala Arunika.“Dia menodongkan senjata pada Arunika, Pak,” ucap Erik sambil melirik bayangan Raynar dari pantulan spion tengah.Raynar mengepalkan telapak tangannya begitu erat. Dia menghubungi nomor Nathan lagi dan langsung dij
“Lepaskan dia.”Nathan tertawa mendengar perintah Raynar.“Lepaskan? Setelah susah payah aku berhasil membawanya dari pengawasanmu, kamu memintaku melepasnya begitu saja?” Nathan menatap Arunika yang diam dengan tatapan tajam ke arahnya. Dia tersenyum tipis melihat kemarahan Arunika.“Kamu yang sengaja menabrak mobil Aru?”Nathan tersenyum kecil mendengar tuduhan Raynar yang memang tepat sasaran.“Kamu pikir itu tak disengaja? Tidak ada sesuatu yang tak sengaja di dunia ini, termasuk semua masalah yang terjadi padamu akhir-akhir ini.”Nathan tak mendengar Raynar bicara. Dia menebak, pria itu pasti sudah tahu.“Aku bisa melakukan apa pun terhadapmu. Jadi lepaskan Aru sebelum semuanya terlambat.”Nathan tersenyum miring mendengar Raynar akhirnya kembali bicara. “Kamu tidak akan pernah bisa memerintahku apalagi menekanku.”“Aku tidak akan pernah melepasmu jika sesuatu terjadi pada Aru.”“Coba saja kalau bisa.”Di mobil Raynar. Ternyata ponsel Raynar terhubung dengan alat penyadap agar b
“Salahkan itu pada suamimu!”“Kamu egois! Kamu mengambinghitamkan orang lain atas kekecewaan dan ketidakpuasanmu! Kenapa kamu tidak menyalahkan ayahmu yang berpikiran sempit!” Emosi Arunika meledak.“Diam! Kamu tidak tahu apa-apa, jadi lebih baik diam saja!” bentak Nathan.Arunika benar-benar geram. Dia melirik ke pintu, lalu mencoba membuka pintu mobil untuk loncat, tetapi pintu itu dikunci otomatis.“Lebih baik kamu duduk diam dengan tenang,” ucap Nathan tanpa ekspresi dan tanpa menoleh pada Arunika. “Kalau kamu mengikuti ucapanku, aku janji tidak akan menyakitimu sama sekali,” ucap Nathan membujuk.Arunika menatap benci pada Nathan, setelah semua yang pria itu lakukan padanya, Nathan masih bicara dengan sangat tenang?“Siapa yang akan percaya padamu?” sanggah Arunika penuh emosi.Arunika melihat Nathan yang hanya diam, lalu dia kembali berkata, “Aku sangat memercayaimu, tapi apa yang kamu lakukan? Kamu ingin memanfaatkanku saja. Kamu menyebut suamiku iblis, tapi sebenarnya kamulah
Raynar melihat titik koordinat Arunika yang berhenti. Dia mencoba menghubungi Arunika, tetapi alangkah terkejutnya dia saat mendengar suara otomatis yang memberitahukan kalau nomor Arunika tidak aktif.Kecemasan Raynar memuncak berkali-kali lipat, sampai Raynar melihat status yang dibuat Arunika terakhir kali, bunga mawar dengan caption sebuah keinginan.Rasa bersalah merayap di hatinya, andai Raynar tak menyuruh Arunika pulang lebih dulu, saat ini sang istri pasti masih di sampingnya.Raynar mengepalkan telapak tangan erat saat menyadari kalau titik koordinat itu berhenti di tengah jalan raya.“Pacu mobilnya lebih cepat!” perintah Raynar.Erik menginjak pedal gas semakin dalam, membuat mobil yang mereka tumpangi melesat lebih cepat.“Apa mungkin Arunika dibawa Nathan, Pak?” tanya Erik sambil melirik ke kaca spion tengah untuk melihat ekspresi wajah Raynar.“Aku tidak akan memberi ampun padanya jika terjadi sesuatu pada Aru!” geram Raynar dengan emosi yang meledak.**Di mobil Nathan.
“Cari dan tangkap dia!” perintah Raynar sambil memberikan foto yang Raynar pegang pada Tommy–orang kepercayaannya.Tatapannya begitu tajam penuh amarah karena semua kecurigaan tentang Nathan terbukti. Bahkan Raynar semakin emosi setelah mengetahui kalau wartawan yang menyebar berita buruk tentangnya, terbukti pernah bertemu dengan Nathan.Setelah Tommy menerima foto Nathan, ponsel Raynar berdering dan membuatnya langsung mengecek siapa yang menghubungi.Raynar melihat nama sopirnya terpampang di layar. Dia segera menjawab panggilan itu.“Ada apa?” tanya Raynar begitu ponsek menempel di telinga.“Tu-Tuan.” Raynar mengerutkan kening mendengar suara Pak Dodi terbata.“Ada apa? Kenapa ada suara sirine?” tanya Raynar dengan ekspresi wajah begitu tegang.“Tu-Tuan, kami menga-lami kece-lakaan. Saya bera-da di ambulans menuju rumah sa-kit, tapi saya ti-dak tahu Nyonya ada di ma-na. Saya ti-dak me-lihatnya saat pe-rawat menge-vakuasi saya,” ucap Pak Dodi terbata-bata dari seberang panggilan.
Arunika menyentuh kepalanya yang berdenyut perih. Saat merasakan sesuatu yang basah di keningnya, dia baru menyadari kalau keningnya berdarah.“Pak … Pak Dodi,” panggil Arunika mencoba membangunkan sopirnya yang tak sadarkan diri.Arunika semakin menekan kepalanya yang sakit. Dia menoleh ke luar, melihat banyak orang berkerumun menyaksikan kecelakaan yang terjadi.Arunika sangat lemas dan pusing karena masih syok dengan yang terjadi. Saat dia ingin sekali memejamkan mata, tiba-tiba ada yang membuka pintu mobilnya.“Aru.”Arunika menoleh, dia melihat Nathan membungkuk lalu meraih tangannya agar Arunika keluar dari mobil.“Kak Nathan,” lirih Arunika.Nathan membantu Arunika keluar dari mobil, sedangkan yang lainnya membuka pintu bagian depan untuk melihat kondisi Pak Dodi tetapi tidak ada yang berani mengeluarkannya karena satu kaki Pak Dodi terjepit bagian mobil yang ringsek.“Apa kamu baik-baik saja? Mana yang terluka?” tanya Nathan sambil mengeluarkan sapu tangan lalu menyeka darah d