Share

Tidak Tertarik Pada Wanita?

last update Last Updated: 2025-02-11 16:28:29

Arunika menahan napasnya ketika Raynar hanya menatapnya tanpa ekspresi hingga Arunika tidak bisa menebak pikiran pria itu.

Apa seharusnya Arunika tidak bertindak gegabah seperti tadi, ya?

“Bukankah kamu sudah tahu soal rumor itu. Lalu, apa yang kamu harapkan?” tanya Raynar datar.

Arunika gelagapan ketika Raynar justru melangkah perlahan, mengikis jarak di antara dirinya dengan Raynar.

Wanita bukan prioritas utamaku,” kata Raynar pelan.

Arunika tertegun. Tatapan mata pria itu mengisyaratkan sesuatu, tetapi kenapa seperti tak sejalan dengan sikap dan cara bicaranya?

Dia meremat jemarinya dengan bola mata bergerak ke kanan dan kiri tak beraturan, mencoba mencari kalimat yang tepat untuk membalas perkataan Raynar.

Arunika benar-benar tidak bisa menebak sebenarnya apa yang Raynar pikirkan tentang dirinya?

Akan tetapi, Arunika tidak boleh ceroboh! Dia harus hati-hati, karena satu kalimat yang menyinggung bisa membuat nyawa ibunya melayang. Arunika juga menguatkan sikap, dia tidak boleh terlihat takut atau risih di hadapan pria ini.

“Pak Ray pasti tahu, menikah denganku bukankah bisa membuat rumor buruk itu meredup?” Arunika mulai berbicara dengan tenang. “Pernikahan ini tentunya sangat menguntungkan untukmu. Setidaknya orang-orang akan berpikir jika kamu tidak seperti yang dibicarakan di luar sana.” Suara Arunika lembut meski jantungnya berdetak cepat menghadapi pria di depannya ini. “Dan, karena itu aku merasa kamu jangan pergi, apalagi jika sampai ada yang tahu kalau kamu meninggalkan pengantinmu di malam pertama.” 

Satu sudut alis Raynar tertarik ke atas. Dia menatap pada manik mata Arunika dalam. 

Raynar melangkah pelan, merapat pada Arunika.

Arunika terkesiap melihat Raynar terus melangkah ke arahnya. Secara impulsif dia juga mundur meski hanya sebuah langkah kecil. Dia tetap ingin memberikan jarak di antara mereka karena saat ini Arunika begitu panik ditatap intens sedalam itu oleh pria ini.

Untuk apa pria itu mendekat ke arahnya? Apakah mungkin dia berubah pikiran dan akan menghabiskan malam bersama Arunika? Tetapi, apa itu mungkin?

Atau, rumor itu memang benar adanya? 

Arunika refleks menutup mata, ketakukan mengingat bahwa Raynar memang tidak pernah tertarik pada wanita dan akan menyiksanya.

Jika itu benar, bagaimana hidup Arunika setelah ini?

“Ah!”

Arunika jatuh terduduk pada kursi berlengan dan pandangannya langsung tertuju pada Raynar yang begitu dekat di hadapannya.

Kedua tangan Raynar berpegangan pada lengan kursi, mengurung Arunika di dalamnya.

Raynar kembali menaikkan satu sudut alisnya dan senyum tipis tersemat di bibirnya melihat ekspresi ketakutan di wajah Arunika.

Raynar memandang wajah Arunika yang hanya berjarak sejengkal darinya, menelisik wajah wanita itu. Dilihat sedekat ini, wajah istrinya ternyata lebih cantik. Lalu pandangan Raynar berpindah memandang tubuh Arunika yang langsing tetapi tetap terlihat menarik.

Raynar meneguk ludahnya.

Pandangan Raynar kembali terangkat menatap wajah Arunika. “Jika kamu berpikir kita akan melakukannya malam ini.” Ucapan Raynar terhenti sementara kepalanya menggeleng kecil. “Kita tidak melakukannya jika tanpa persetujuan apalagi paksaan. Itu juga berlaku untukku.”

Entah berapa lama Arunika menaha napasnya. Tetapi, ketika Arunika menghembuskan napas, aroma musk dari tubuh Raynar tercium di hidungnya dan membuatnya ingin kembali menahan napas.

Terlebih ditatap begitu intens dan sedekat ini membuat Arunika tidak tahu harus berbuat apa.

“Satu lagi.” Raynar kembali bersuara dengan pelan dan tegas, lalu matanya melirik lengannya, seolah mengingatkan akan kejadian tadi di saat Arunika menahan lengannya. “Jangan menyentuhku tanpa seizinku.”

Seolah terhinoptis, Arunika mengangguk begitu saja. Arunika baru bernapas lega ketika Raynar menjauh dari dirinya, memandang Arunika sejenak sebelum pria itu tetap pergi meninggalkan dirinya sendirian di kamar hotel di malam pertama mereka.

Bahu Arunika luruh lalu menjatuhkan tubuh di sandaran kursi di belakangnya. Arunika menatap lama pintu kamar hotel mereka yang tertutup.

Apakah dirinya sudah salah bertindak? Tetapi, semoga ini tak berimbas pada keputusan Raynar untuk membiayai pengobatan sang mama.

“Pria itu menyeramkan,” gumam Arunika.

Arunika diam berpikir. Dia menggigit ujung kuku ibu jarinya saat mengingat apa yang Raynar katakan.

“Jadi benar? Meski dia tidak tua, tapi dia memang penyuka sesama jenis?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (9)
goodnovel comment avatar
Viva Oke
eh arunika jangan berspekulasi buruk dulu
goodnovel comment avatar
Saras
Ceritanya bagus
goodnovel comment avatar
eva nindia
jngan kemakan gosip aru
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pernikahan Dadakan : Dimanja Suami Presdir Yang Dingin   Andai Mati

    Pengacara Raynar bergerak cepat melaporkan Hendry dan membuka kembali kasus kecelakaan Jordan yang melibatkan ayah Arunika. Tim pengacara Raynar juga mendesak agar polisi segera mencari dan menangkap Hendry di mana pun pria itu berada.Sudah beberapa hari semenjak Raynar melaporkan Hendry, tetapi sampai detik ini, polisi belum bisa menangkap pria itu.“Saya sudah mengerahkan banyak orang, mengecek setiap tempat yang ada sangkutpautnya dengan Hendry, tapi belum ada satu pun yang mendapat petunjuk keberadaannya,” kata Tommy melaporkan pemantauan anak buahnya selama beberapa hari ini.Raynar diam sambil mengusap dagu. Tidak ada informasi kepergian Hendry ke luar negeri, berarti bisa dipastikan kalau Hendry masih ada di kota itu.“Tetaplah cari dan waspadai tempat-tempat yang mungkin didatangi pamanku,” perintah Raynar, “apa bibiku juga tak terlihat?” tanya Raynar lagi memastikan.“Menurut informasi yang saya dapat, Bibi Anda menarik uang dengan jumlah besar beberapa hari, tentunya sebelu

  • Pernikahan Dadakan : Dimanja Suami Presdir Yang Dingin   Bukti Dari Nenek

    Raynar mengerutkan alis. Belum juga merespon apa yang Arunika katakan, tangannya sudah digandeng Arunika lalu diajak menuju kamar.“Aku sedang tak ingin membahas sesuatu yang menyangkut soal Nenek,” ucap Raynar sambil terus mengayunkan langkah mengikuti Arunika.“Tapi kamu harus lihat yang ini. Bukan soal Nenek, tapi ini akan membuat perasaanmu lebih lega,” ucap Arunika.Dahi Raynar semakin berkerut halus. Mereka sampai di kamar, Arunika meminta Raynar duduk, lalu dia mengambil sesuatu dari bawah meja dan memberikannya pada Raynar.“Nenek memberi ini,” ucap Arunika memberikan sebuah kotak berukuran sedang.Raynar menatap kotak itu, dia enggan membukanya bahkan sampai memalingkan muka.Raynar masih tak bisa menerima kata maaf sang nenek apalagi kata bujukan dari wanita tua itu.“Ray, bukalah,” kata Arunika memaksa.Raynar menatap Arunika yang menunggunya. Dia akhirnya membuka meski dengan rasa malas. Dia tak berniat menatap apa pun yang diberikan sang nenek, tetapi begitu melihat sesua

  • Pernikahan Dadakan : Dimanja Suami Presdir Yang Dingin   Diprovokasi Raynar

    Raynar dan Erik sampai di rumah sakit. Mereka langsung menuju ruang inap Andre, di sana mereka bertemu dengan polisi yang berjaga di depan.“Ada apa lagi sekarang?” tanya Raynar.“Saudara Andre membuat pernyataan soal kasus percobaan pembunuhan pada saudari Arunika yaitu istri Anda dan keterlibatan orang lain di dalamnya,” kata polisi itu.Raynar dan Erik terkesiap, jangan sampai sekarang Andre memfitnah orang lain.“Nama siapa yang dia sebut?” tanya Raynar.“Saudara Hendry Mahendra, bukankah dia paman Anda?” tanya polisi itu.Raynar mengangguk, dia lega Andre ikut menyeret nama sang paman.“Apa saya boleh menemuinya?” tanya Raynar lagi.Polisi mengangguk lalu mengizinkan Raynar dan Erik masuk ke ruang inap Andre. Di sana Raynar melihat Andre yang duduk dengan tangan terborgol.Raynar menatap Andre yang memalingkan muka darinya. Dia bersikap santai, berjalan mendekat lalu berdiri di dekat ranjang Andre.“Akhirnya mau buka suara,” sindir Raynar.Andre langsung mengalihkan pandangan pad

  • Pernikahan Dadakan : Dimanja Suami Presdir Yang Dingin   Marah karena Kecewa

    “Anda tidak mau mencoba menemui Tuan Raynar lagi, Nyonya?” tanya Miranda sambil menarik selimut untuk menutupi kaki Nenek Galuh.Nenek Galuh menatap Miranda, lalu mengembuskan napas kasar.“Meskipun ingin, apa Raynar mau menemuiku?”Miranda diam. Dia berdiri di samping ranjang sambil menatap sang majikan.“Tapi setidaknya Anda mencobanya, Nyonya. Mungkin Anda bisa sekalian menemui Nona Arunika untuk melihat kondisinya,” kata Miranda membujuk.Nenek Galuh diam sejenak, lalu menganggukkan kepala.Hari berikutnya Nenek Galuh dan Miranda sudah berada di mobil untuk pergi ke rumah Raynar. Sepanjang perjalanan Nenek Galuh hanya diam, gugup, takut, dan cemas jika Raynar mengusirnya.Saat sampai di mansion, Nenek Galuh baru saja turun dari mobil saat melihat Arunika yang berjalan keluar menghampirinya.“Nenek.” Arunika menyapa ramah sambil menghampiri Nenek Galuh.“Kenapa tidak kasih kabar dulu kalau mau datang?” tanya Arunika lalu menggandeng tangan Nenek Galuh.“Bagaimana bisa kamu segera k

  • Pernikahan Dadakan : Dimanja Suami Presdir Yang Dingin   Mencemaskan Satu Sama Lain

    Raynar pulang setelah memastikan kondisi Andre aman. Saat baru saja masuk kamar, Raynar terkejut melihat Arunika yang ternyata tidur di sofa.“Kenapa dia malah tidur di sana?” Raynar menghampiri Arunika, lalu berjongkok di depan istrinya sambil memandangi wajah sang istri yang tidur sangat lelap.“Aru, kenapa kamu tidur di sini?” tanya Raynar sambil mengusap lembut pipi Arunika.Raynar melihat Arunika menggerakkan kelopak matanya perlahan. Dia menunggu sampai istrinya itu bangun sempurna dengan terus menatap wajahnya.“Kamu sudah pulang.” Arunika menguap lalu dia berusaha bangkit dan duduk di sofa.Raynar beralih duduk di sofa, dia masih terus menatap Arunika yang tampak sangat mengantuk.“Bagaimana tadi?” tanya Arunika mengucek mata sambil menghadap ke arah Raynar.“Untungnya Andre tertolong karena respon sigap dari petugas polisi. Sekarang dia dirawat di rumah sakit dengan pengawalan ketat agar tidak kabur dan menjaganya dari orang yang ingin berbuat jahat,” jawab Raynar.Arunika m

  • Pernikahan Dadakan : Dimanja Suami Presdir Yang Dingin   Masih Diselidiki

    “Biar aku saja,” kata Erik saat melihat Briella hendak mencuci piring.“Aku bisa,” jawab Briella sambil menoleh Erik dan tetap menyalakan kran air.Erik hanya tersenyum, lalu dia berdiri di samping Briella untuk membantu mengeringkan piring yang dicuci Briella.Saat baru saja selesai mengelap satu piring, ponsel Erik berdering yang membuatnya segera menjawab panggilan itu.“Halo.”Briella mematikan kran air, dia menatap Erik yang sedang bicara dengan seseorang, lalu tiba-tiba Erik menoleh ke arahnya dengan ekspresi panik.“Baik, saya akan segera ke sana.” Erik mengakhiri panggilan itu.“Ada apa?” tanya Briella.Erik bingung bagaimana cara menyampaikan apa yang baru didengar, dia memilih menyimpang ponselnya di kantong celana lalu menatap Briella lagi.Briella masih menunggu dengan kening berkerut halus, lalu dia melihat Erik siap bicara.“Papamu keracunan dan kamu dituduh mengirim makanan yang dibubuhi racun untuk membunuhnya.”“Apa?” Briella sangat syok. “Bagaimana bisa aku mengirim

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status