Share

Pelayan Kurang Ajar

last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-11 16:29:07

Keesokan harinya.

Arunika dan Raynar sudah berada di mobil untuk meninggalkan hotel. Mereka kini sedang dalam perjalanan menuju ke mansion yang ditinggali Raynar.

Arunika memperhatikan jalanan yang mereka lewati. Dia melirik pada Raynar yang hanya diam sejak mereka keluar dari hotel, atau lebih tepatnya sejak mereka masih di kamar.

Arunika tidak tahu kapan Raynar kembali ke kamar. Semalam setelah Raynar pergi, Arunika bergegas beristirahat karena sangat lelah.

Saat bangun di pagi hari, Arunika terkejut melihat Reynar sudah kembali ke kamar itu dan sedang berkemas, pria itu lalu memintanya segera bersiap saat melihat Arunika sudah bangun.

Perjalanan itu lumayan lama bagi Arunika, apalagi tidak ada perbincangan sama sekali di antara Arunika dan Raynar. Semuanya terasa begitu canggung, meski mereka suami-istri, tetapi mereka tak mengenal satu sama lain. 

Ya, memang begitu juga kondisinya.

Mereka baru saling mengenal satu hari sebelum pernikahan.

Arunika menghela napas kasar, saat itu dia menyadari jika Raynar menoleh padanya. 

“Ternyata perjalanannya lumayan lama, ya.” Arunika langsung tersenyum seraya memberi alasan untuk berinteraksi dengan Raynar meski tidak mendapat respon, lalu sedetik kemudian menoleh pelan ke arah luar dengan rasa canggung. 

Raynar menatap sejenak pada Arunika yang baru saja mengalihkan pandangan darinya, lalu dia ikut memandang ke luar jendela.

Akhirnya mobil yang mereka tumpangi memasuki halaman mansion.

Arunika memandang mansion mewah itu, ada beberapa pelayan yang sudah berdiri di depan untuk menyambut kedatangan Raynar dan Arunika.

Ketika mobil sudah berhenti di depan mansion. Raynar melihat Arunika yang malah diam melamun seraya memandangi mansion.

“Turun,” ajak Raynar.

Arunika baru saja tersadar dari kekaguman pada mansion mewah itu. Dia segera melepas sabuk pengaman, lalu buru-buru turun mengikuti Raynar.

Saat berjalan menuju pintu masuk, Arunika melihat para pelayan yang berjajar di sana langsung membungkuk pada Raynar dan dirinya.

Arunika mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan mansion itu, sampai tidak sadar kalau Raynar berhenti melangkah dan membuatnya hampir menabrak punggung Raynar.

“Lakukan apa pun yang mau kamu lakukan di rumah ini.” Raynar menatap Arunika yang tampak terkejut, setelah itu dia memilih kembali melangkah menuju ruang kerjanya.

Arunika mengangguk-angguk pelan, lalu kembali memandangi setiap sudut ruangan di mansion itu. Sekarang dia harus apa? Mungkin membuat sarapan, apalagi dia dan Raynar belum sarapan sejak dari hotel.

Arunika melihat para pelayan berjalan masuk menuju ke arah belakang. Dia menghampiri pelayan paruh baya yang berjalan paling belakang.

“Maaf, Bibi. Dapurnya di mana?” tanya Arunika ke wanita paruh baya itu dengan sopan.

Pelayan paruh baya bernama Sarah itu terkejut. Dia membungkuk sejenak lalu menjawab, “Ada di sebelah kanan ruang makan.”

“Oh ….” Arunika mengangguk-angguk. “Memangnya ruang makan di sebelah mana?”

Wajar jika Arunika bertanya, ‘kan? Dia benar-benar tidak tahu karena ini adalah kali pertamanya dirinya datang ke mansion ini.

Sarah menatap pada Arunika yang berwajah polos.

“Biar saya antar,” kata pelayan itu.

Arunika mengangguk. Dia ingin menjadi istri yang baik dengan membuatkan sarapan, meskipun Raynar sepertinya tidak benar-benar menganggapnya sebagai istri.

Saat akan melangkah lebih jauh, Arunika melihat seorang pelayan menatap aneh padanya. Namun, meski begitu Arunika tak acuh dan memilih segera mengikuti langkah pelayan paruh baya tadi.

“Memangnya Anda mau apa di dapur?” tanya pelayan yang mengantar Arunika. “Jika Anda membutuhkan sesuatu, katakan saja pada saya,” ucap Sarah lagi.

Arunika tersenyum kecil.

“Sebenarnya aku mau membuat sarapan untuk Pa … maksudku untuk Ray,” jawab Arunika sempat meralat panggilannya karena tak ingin pelayan itu berpikiran aneh jika mendengar sebutannya pada Raynar.

“Membuat sarapan itu tugas kami, Nyonya. Biar kami saja,” kata Sarah.

“Tapi aku istrinya, jadi biarkan aku yang membuatnya,” balas Arunika tetap ingin memasak.

Pelayan paruh baya itu bingung, tetapi akhirnya dia mengiyakan saja.

Pelayan itu akhirnya meninggalkan Arunika di dapur. Saat dia pergi untuk melakukan pekerjaan lain, wanita paruh baya itu bertemu dengan Sindy, pelayan lain yang lebih muda.

“Mau apa dia, Bi?” tanya Sindy.

“Oh, katanya mau masak sarapan buat Tuan,” jawab Sarah.

“Harusnya jangan diizinkan, Bi. Bagaimana kalau dia memasak sesuatu yang bisa membahayakan Tuan?”

“Itu tidak ….” Belum juga wanita paruh baya itu selesai bicara, tiba-tiba Sindy masuk dapur, lalu menghampiri Arunika.

Arunika sedang mengeluarkan bahan dari lemari pendingin. Dia menutup pintu, tetapi terkejut saat melihat beberapa pelayan berdiri seraya memandangnya.

“Lebih baik kamu jangan memasak apa pun di sini, kami tidak tahu ‘kan kamu ini bisa masak atau tidak,” cegah Sindy.

“Aku biasa masak kok,” balas Arunika.

Namun, balasan Arunika tidak disambut hangat. Sindy langsung mengambil bahan makanan dari tangan Arunika.

Arunika sangat terkejut. Dia menatap pada pelayan di depannya, kenapa pelayan ini sangat tidak sopan?

“Lebih baik kamu tidak usah melakukan apa pun. Jangan sampai kamu tidak paham lalu malah mencelakai Tuan.” Sindy bicara ketus seraya menatap sinis pada Arunika. 

“Tuan tidak bisa makan makanan sembarangan, apalagi dari wanita yang ….” Pelayan itu sengaja menjeda ucapannya, lalu menatap remeh.

“Apa?” balas Arunika cepat. Dia melihat tatapan tak suka dari pelayan di depannya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (10)
goodnovel comment avatar
Saras
minta digetok ini pembantu
goodnovel comment avatar
ORTYA POI
Baru masuk rumah suami sudah banyak yang sewot
goodnovel comment avatar
wardah
ini sindy pelayanan ko songong bener ,,jangan jangan si sindy suka sama ray lagi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pernikahan Dadakan : Dimanja Suami Presdir Yang Dingin   Dikira Berbohong

    Raynar menyiapkan buah dan jus saat Arunika sedang mandi. Begitu Arunika selesai mandi, Raynar langsung menghampiri istrinya itu.“Aku meminta Bibi Sarah membuatkanmu jus agar lebih segar,” kata Raynar.Arunika menatap datar, lalu mengangguk kecil dan berjalan ke sofa.Arunika duduk, saat akan mengambil gelas jusnya, Raynar sudah mengambilkan gelas jus lebih dulu.Arunika tidak memprotes sikap suaminya, meskipun dia masih marah. Dia berusaha tenang agar emosinya tidak melonjak yang bisa membuat kondisi tubuhnya menurun.Raynar memerhatikan Arunika yang sedang minum, begitu selesai minum, Raynar baru mulai bicara.“Apa kamu kurang sehat? Apa ada yang tidak nyaman?” tanya Raynar memastikan.“Aku baik-baik saja,” jawab Arunika sambil meletakkan gelas di meja.“Lalu kenapa sejak tadi diam? Apa ada masalah? Apa ada yang membuatmu kesal?” tanya Raynar memastikan.Arunika menoleh pelan pada Raynar, lalu menggeleng kepala.“Tidak ada,” jawab Arunika. Dia tidak jujur soal foto karena Raynar ju

  • Pernikahan Dadakan : Dimanja Suami Presdir Yang Dingin   Tidak Bisa Bicara

    Erik menunggu di kafe. Dia sesekali menengok pada arloji lalu menoleh ke pintu kafe karena menunggu Briella datang.“Apa dia membohongiku?” Erik bertanya-tanya karena dia sudah menunggu di sana cukup lama.Erik hendak beranjak pergi, tetapi urung saat melihat Briella masuk ke kafe lalu berjalan menghampirinya.“Maaf lama,” ucap Briella sambil menarik kursi di hadapan Erik.Erik hanya mengangguk tak mempermasalahkan.Briella memanggil pelayan, lalu memesan minuman sebelum kemudian kembali menatap pada Erik yang duduk di hadapannya.“Ada apa meminta bertemu?” tanya Briella.“Apa kamu sudah melihat kondisi Bie?” tanya Erik memulai percakapan.Briella diam sesaat sambil menatap pada Erik, lalu menggeleng pelan.“Aku tidak mau melihatnya,” jawab Briella.Erik cukup terkejut.“Kenapa kamu tidak mau melihatnya? Kamu yang menolongnya dan membawanya ke klinik, tapi kenapa kamu malah tidak mau melihat kondisinya?” tanya Erik memastikan.Briella ingin menjawab, tetapi melihat orang suruhan ayahn

  • Pernikahan Dadakan : Dimanja Suami Presdir Yang Dingin   Ada Sesuatu

    Arunika masih melihat-lihat semua foto yang didapatnya. Dia terdiam dengan ekspresi datar, lalu mencoba mengirim pesan pada Raynar. [Siang ini mau makan di mana?] Arunika mencoba memastikan dengan mengirim pesan pada suaminya. Cukup lama Arunika menunggu, sampai akhirnya Raynar membalas. [Aku sedang ada di luar, ada urusan pekerjaan. Kamu makan siang di kantin tidak masalah, kan? Atau mau aku pesankan makanan dari luar?] Arunika menggenggam erat ponselnya, apa Raynar sedang membohonginya? Arunika diam cukup lama, sampai akhirnya memilih meletakkan ponselnya tanpa membalas pesan dari suaminya lagi. Saat jam makan siang, Arunika pergi ke kantin bersama Winnie, meskipun dia sebenarnya malas. Arunika masih memikirkan foto-foto yang didapatnya. Di sana terlihat jelas Raynar dan Briella sedang berbincang, bahkan Briella terus tersenyum pada Raynar. “Aru, apa kamu tidak cocok dengan makanannya? Kok nggak dimakan?” tanya Winnie. Arunika langsung menatap pada Winnie, lalu mencoba terse

  • Pernikahan Dadakan : Dimanja Suami Presdir Yang Dingin   Tawaran Kesepakatan

    Raynar pergi dari perusahaan sebelum jam makan siang tiba. Dia sekarang sedang berjalan masuk ke kafe yang didatanginya, lalu mengedarkan pandangan.Raynar melihat Briella duduk sambil melambai ke arahnya. Dia berjalan menghampiri, begitu duduk berhadapan dengan Briella, Raynar langsung bertanya, “Kenapa kamu ingin bertemu hanya berdua denganku?”Briella melirik ke luar jendela kaca yang ada di sisi kanannya, dia melihat orang suruhan ayahnya sedang memantau.“Seperti yang kukatakan di pesan, aku ingin membuat kesepakatan denganmu,” ucap Briella sambil tersenyum agar gerakan bibirnya tersamarkan.Raynar mengerutkan alis.“Aku tidak suka berbasa-basi, apalagi masuk ke permainan yang sama sekali tidak menguntungkan,” ucap Raynar, “dan aku mungkin perlu menegaskan satu hal padamu. Bagaimana kedekatan kita dulu, tidak akan berpengaruh pada sikapku sekarang. Bagiku, kamu hanya masa lalu.”Briella lagi-lagi tersenyum, lalu membalas, “Ya, aku tahu, tidak akan ada kejadian sama kedua kali.”“

  • Pernikahan Dadakan : Dimanja Suami Presdir Yang Dingin   Punya Maksud

    “Apa kamu yakin mereka mau datang?” tanya Laras sambil menatap Hendry yang baru saja akan naik ranjang.“Jika mereka tidak berniat mempermalukan keluarga Mahendra, mereka pasti datang,” balas Hendry sambil menutupi kakinya dengan selimut.“Lagi pula aku sangat yakin kalau Raynar masih memikirkan perasaan neneknya,” ucap Hendry lagi.Laras diam mengangguk-angguk.“Jadi kamu akan memanfaatkan kesempatan ini?” tanya Laras lagi.“Kenapa tidak?” Hendry menoleh dengan senyum miring. “Tidak ada yang boleh menghalangi jalanku,” imbuhnya.“Ya, kamu benar. Dia juga harus tahu posisinya,” balas Laras lalu segera membaringkan tubuhnya dan mulai memejamkan mata.Hendry diam menatap Laras, lalu dia diam mengingat kenangan bertahun-tahun lalu yang membuatnya menjadi seperti ini.‘Jangan salahkan aku, salahkan semua orang sudah tak adil padaku,’ batin Hendry lalu dia membaringkan tubuhnya untuk ikut beristirahat.**Keesokan harinya. Raynar baru saja bangun saat mendengar suara Arunika terus muntah.

  • Pernikahan Dadakan : Dimanja Suami Presdir Yang Dingin   Penuh Tekanan

    “Terima kasih mau membantuku memberinya nama,” ucap Briella saat duduk di coffee shop bersama Erik.“Tidak masalah,” balas Erik lalu menyesap kopinya.Briella mengamati sekitar, lalu melihat sebuah mobil terparkir dengan bayangan orang di dalam mobil itu.Briella terlihat tenang, lalu dia sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah meja.“Erik.”Erik langsung menatap pada Briella. “Ada apa?”“Apa kamu bisa sedikit bersikap seperti sedang serius bicara denganku?” tanya Briella.Dahi Erik berkerut halus. Dia tak paham apa maksud Briella.“Apa maksudmu?” tanya Erik sambil meletakkan cangkir di meja.“Ya, bicaralah seperti itu seolah-olah kita sedang bicara serius.”Erik semakin bingung dengan apa maksud Briella.“Kamu tahu, kamu sangat aneh,” ucap Erik dengan kedua alis berkerut sampai saling bertautan.“Ya, karena ada beberapa hal yang tak bisa dijelaskan,” balas Briella, “anggap saja aku memang aneh dan kamu tidak bisa bicara santai denganku.”Erik bingung. Dia mengamati gestur tubuh Briell

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status