"Mas?" Panggilan Kanara yang baru saja terbangun dari tidurnya setelah pergelutan panas mereka berhasil membuat Arayi menoleh. Lelaki itu menatap Kanara yang berada di pelukannya. Keduanya masih berada di balik selimut dengan badan yang tak memakai sehelai kain apapun."Ya?" respon Arayi dengan suara serak khas bangun tidurnya. Jam telah menunjukkan pukul 5 subuh ketika keduanya bangun.Kanara tampak berdehem sesaat sebelum mengatakan, "Aku .... suka yang kemarin."Arayi mengerutkan keningnya dengan senyum samar yang menghiasi wajah tampannya. "Walaupun kamu nangis-nangis sampe minta berhenti?" Kanara mendengkus kasar, ia menutup wajahnya yang memerah akibat malu. "Jangan dibahas yang itu .... intinya setelah itu aku suka," ujarnya.Arayi tersenyum, ia semakin mengeratkan pelukannya pada sang istri. Tangannya mengusap punggung polos Kanara, lalu memberikan kecupan pada pucuk kepala sang wanita. "Mau lagi?"Kanara kontan memukul lengan atas Arayi pelan, "Mas! Jangan terlalu terang-ter
"Pagi Mas Arayiiiii," sapa Kanara dengan mata berbinar. Ia menyengir pada Arayi yang membuat suaminya kontan terkekeh geli.Sebuah cubitan mendarat di pipi mulus Kanara, "Pagi juga Kanara cantik."Senyum Kanara semakin mengembang. Ia membalik telur ceplok yang ia buat, lalu mengangkatnya setelah matang.Sementara Arayi duduk di meja makan seraya menikmati teh yang dibuat oleh asisten rumah tangga mereka.Kanara meletakkan piring berisi toast dengan telur ceplok serta alpukat ke depan Arayi. "Ini sarapannya ya, Mas.""Kamu seharusnya gak perlu repot-repot begini, biar Bi Ani yang ngurus urusan rumah," kata Arayi.Kanara duduk di depan Arayi, "Terus aku ngapain dong kalau Bi Ani yang ngurus?" tanya Kanara balik."Rebahan, mungkin?" balas Arayi yang kontan mengundang tawa dari Kanara."Rebahan kadang juga bikin capek lho, Mas. Aku gak mau badanku jompo di usia yang masih muda gara-gara jarang gerak," ujar Kanara.
"Siapa sih Jessica itu? Gue sih gak masalah ya kalau dia biasa aja sama gue. Tapi, Al, masalahnya tuh dia natap gue kaya seakan menilai gitu. Kaya lo ngerti gak sih? Dia mungkin ngerasa gue gak cocok kali ya sama Mas Arayi?" gerutu Kanina sembari memeriksa pesan yang masuk melalui emailnya."Pernah pacaran kali sama Mas Arayi. Siapa tahu dia belom move on, makanya natap lo kaya gak suka gitu," balas Alea di seberang sana. Perempuan itu tengah berada di kubikelnya sembari mengerjakan kerjaan kantor.Kanara menghela napasnya, merasa tak sepemikiran dengan Alea. "Masa sih? Kok gue ragu ya?""Ragu kenapa? Menurut gue sih begitu, kan Mas Arayi juga bilang kalau mereka temen kuliah kan? Itu artinya mereka udah kenal lama," ujar Alea."Ya iya sih." Kanara menggigiti jari-jari tangannya seraya berpikir. "Gue ngerasanya dia tuh cuma gak suka karna gue gak sesuai ekspektasi dia? Tatapan dia ke Mas Arayi juga bukan yang tatapan cinta gitu. Mungkin
Arayi menghela napasnya kasar. Ia mengacak-acak rambutnya yang telah berantakan. Ucapan Jessica siang tadi masih memenuhi isi kepalanya, yang membuat dirinya sekarang jadi sedikit kacau.Mobil yang dikendarai Arayi perlahan memasuki garasi rumah. Kanara telah pulang sejak sore tadi, sementara Arayi masih ada kerjaan yang mengharuskannya pulang larut malam.Lampu rumah sudah padam. Tampaknya Kanara telah tidur. Arayi memasuki rumahnya tatkala menemukan Kanara yang terduduk di atas sofa ruang tengah sembari menyemil keripik kentang. Televisi di depannya menyala, menayangkan sebuah kartun pinguin kecil.Perhatian Kanara beralih, ia melempar senyum pada Arayi seraya beranjak dari posisinya. Wanita itu berjalan menghampiri sang suami yang masih terdiam di tempat."Hai, Mas," sapa Kanara sambil mengecup singkat bibir Arayi. Ia mengambil jas serta tas kerja Arayi untuk dibawa ke kamar.Arayi mengekor dengan alis yang masih menyatu keheranan. "Ka
Jam makan siang ini Kanara pergi makan di luar sekaligus bertemu dengan Alea. Mereka memutuskan untuk bertemu di sebuah rumah makan yang berada di tengah-tengah antara kantor Kanara dan Alea."Gue heran, kenapa Mas Arayi tuh manis banget ya, Al?" Kanara berucap dengan wajah cengengesan.Alea berdecak mendengar pertanyaan itu. Ia menyandarkan badannya pada sandaran kursi sembari memandang Kanara sebal. "Yeuu, dasar pengantin baru! Udah bucin aja lo," cibir Alea."Mas Arayi tuh ya, Al, orangnya tuh perhatian banget. Dia juga sering muji gue, selalu mengapresiasi apa yang gue lakuin. Duh, gue jadi klepek-klepek sama dia." Kanara mesem-mesem sendiri mengucapkan hal itu.Alea menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, ia mengelus dadanya agar tak kaget melihat sahabatnya yang berubah drastis setelah menikah."Lo ngomong gitu kaya udah cinta aja."Mendengar hal itu, Kanara jadi berpikir. Kunyahannya terhenti, sendok dan garpu yang ia gengga
Hari ini Wina pergi ke rumah Arayi dan Kanara untuk berkunjung. Bermaksud memastikan bahwa hubungan Arayi dan Kanara baik-baik saja. Kanara yang kala itu baru saja pulang bekerja menyambut Wina dengan ramah. Ia izin mandi sebentar dan meminta Bi Ani selaku asisten rumah tangga untuk menemani Wina. Setelah selesai mandi, Kanara turun menghampiri Wina yang tengah mengobrol dengan Bi Ani sembari menonton film. Kanara duduk di samping Wina yang kini telah mengalihkan perhatiannya pada sang menantu. Bi Ani setelahnya pamit untuk melanjutkan pekerjaannya memasak makan malam. “Gimana?” tanya Wina antusias, tontonan televisi di depannya sudah tak lagi ia pedulikan. Kanara mengernyit, “Gimana apanya, Ma?” tanya Kanara keheranan. “Itu lho, Arayi gimana sikapnya? Baik aja kan sama kamu? Kamu gak dimacam-macamin kan sama dia?” tanya Wina penasaran. Mengingat bahwa Arayi dan Kanara menikah karena perjodohan. Ia merasa khawatir jika saja
Hari Minggu adalah hari yang tepat digunakan untuk bersantai. Seperti yang dilakukan oleh kedua suami istri yang usia pernikahannya baru saja menginjak dua minggu ini. Dibanding keluar rumah untuk jalan-jalan, Arayi dan Kanara lebih memilih untuk menonton film di ruang tengah yang ada di rumah mereka. Kanara menyandarkan punggungnya pada dada bidang Arayi dengan mata yang fokus pada layer di depan sana. Tangannya memegang kedua tangan Arayi yang melingkar di perutnya. “Mas suka filmnya?” tanya Kanara, ia menoleh pada Arayi yang menaruh dagu di bahunya dengan pandangan bertanya. Tanpa pikir panjang, Arayi langsung menggeleng. “Gak suka sama sekali.” Kanara mendengkus kesal, ia memukul tangan Arayi yang masih bertengger di perutnya. “Terus kenapa nonton?” “Supaya kamu ada temennya,” jawab Arayi. Ia mengeratkan pelukannya sembari menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Kanara. “Kalau boleh jujur, aku lebih seneng peluk kamu kaya gini dibanding h
“Mbak, mau rujak gak?” Seorang siswi magang menengok ke dalam kubikel Kanara untuk menawari rujak buah padanya. Kanara yang sejak tadi fokus pada pekerjaannya kontan menoleh, ia memberi senyum pada siswi magang itu sembari mengangguk. “Mau, ngambilnya di mana, Syif?” tanya Kanara pada Syifa selaku siswi yang magang di kantornya. “Di Mbak Anin, mau aku ambilin aja gak, Mbak?” tawar Syifa yang langsung ditolak oleh Kanara. “Gak usah, kamu fokus aja sama apa yang lagi kamu kerjain, nanti saya ambil sendiri,” ujar Kanara. “Abisnya lagi gak ada yang dikerjain nih, Mbak. Biar saya ambilin aja ya?” Melihat Syifa yang bersikeras mengambilkan rujak buah untuknya, mau tak mau Kanara mengangguk. “Ya sudah kalau kamu gak keberatan, makasih ya, Syifa.” “Sama-sama, Mbak. Aku ambilin bentar ya.” Sesaat setelahnya, Syifa pergi mengambilkan rujak buah untuk Kanara. Sementara Kanara kembali sibuk dengan pekerjaannya. Tak lama, Syif