“Nenek yang selalu menjebak cucunya,” tukas Stefan.Olivia membela sang nenek, “Kapan Nenek jebak kamu? Semua yang Nenek lakukan juga untuk kebaikan kalian sendiri. Coba kamu katakan dalam hal apa Nenek jebak kamu?”Usai berkata, Olivia ingin mendorong Stefan dengan tangannya. Namun, Stefan segera meraih pergelangan tangannya dan berkata, “Oliv, kamu tadi pegang anjing itu, belum cuci tangan. Cepat pergi cuci tangan dulu. Jangan pegang aku dengan tangan yang penuh bulu anjing itu. Aku paling nggak suka dengan bulu.”Olivia, “....”Bi Lesti tertawa dan berkata, “Non Oliv cuci tangan dulu saja. Aku sudah siapkan camilan untuk Non. Habis cuci tangan Non bisa langsung makan.Begitu mendengar ada makanan, Olivia tidak perhitungan lagi dengan rasa jijik suaminya. Dia menarik tangannya dari tangan Stefan, lalu pergi mencuci tangan.“Bi Lesti bikin cemilan apa?” tanya Olivia sambil mencuci tangan.“Pokoknya Non Oliv pasti suka.”Bi Lesti memberi isyarat agar Chloe kembali ke kandangnya. Chloe
Setelah membuat Yenny ketakutan dan pergi, Daniel melihat lagi pintu toko yang tertutup rapat. Kemudian, dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon Odelina. Odelina yang berada di ujung telepon lainnya dengan cepat mengangkat telepon.“Odelina, kenapa kamu nggak buka hari ini?” Suara Daniel saat bertanya terdengar lebih berat.“Aku dan Olivia pulang ke rumah lama kami. Perkara rumah orang tuaku sudah selesai, jadi aku istirahat satu hari, nggak buka hari ini. Ada apa?”Daniel mengucapkan oh dan bertanya, “Masalah rumah orang tuamu sudah diselesaikan? Nggak usah bawa ke pengadilan?”Daniel berpikir jika Odelina mau mengajukan gugatan, dia bisa membantu Odelina.“Sudah diselesaikan dengan negosiasi. Pak Daniel, aku urus masalah di sini dulu. Lain kali kita baru ngobrol lagi.”“Oke.”Daniel mengakhiri panggilan itu. Masalah di kampung halaman Odelina sudah diselesaikan. Dia tidak mendapat kabar apa pun, Odelina juga tidak memberitahunya. Akan tetapi, kenapa Odelina harus memberitahunya? Da
Baik itu urusan pribadi maupun urusan pekerjaan, Daniel tetap saja tidak dapat mengusir Cherly.“Kak Daniel belum sarapan, kan?”Cherly berjalan mendekat sambil tersenyum. Kemudian, dia meletakkan dua kotak bekal di atas meja Daniel.“Tante suruh aku bawa ini untuk Kak Daniel. Tante bilang Kak Daniel tidur larut malam, bangunnya juga kesiangan. Jadi sering nggak punya waktu untuk sarapan. Begitu tahu aku mau datang ke sini, Tante suruh aku bawakan sarapan sekalian.”“Tadi mobilku ada di belakang mobil Kak Daniel. Aku lihat Kak Daniel pergi ke toko sarapan Makan Sepuasnya. Kak Daniel biasa beli sarapan di sana?”Lain hari, Cherly akan pergi untuk mencicipi makanan di sana. Apakah makanan di sana sangat enak? Kalau bukan karena sarapannya yang enak, berarti orang yang buka toko sarapan itu membuat Daniel selalu memikirkannya.“Bu Cherly, jadwalku hari ini terlalu penuh. Aku nggak punya waktu untuk bicarakan proyek denganmu. Sebentar lagi aku mau pergi rapat.”“Kalau begitu nanti aku akan
Cherly sudah menduga Daniel akan berkata seperti itu. Dia hanya tersenyum dan berkata, “Kak Daniel, Tante mau kamu yang temani dia. Aku nggak bisa gantikan kamu. Bagaimanapun, aku hanya anak teman Tante, bukan keluarga Tante. Sebenarnya aku juga nggak suka dengan pesta. Tapi sering kali kita nggak bisa menolak, mau nggak mau harus ke sana.”Daniel pernah menghadiri banyak pesta dalam dunia bisnis, tapi tujuannya hanya untuk membahas tentang bisnis. Terutama ketika Lumanto Group masih belum beroperasi normal. Demi bisnis perusahaannya, Daniel akan pergi ke pesta yang diadakan oleh siapa pun.Sekarang Lumanto Group sudah menjadi perusahaan besar yang terkenal di Kota Mambera. Sebagai bos besar, Daniel hanya berbicara tentang bisnis besar dengan bos-bos besar lainnya. Bisnis kecil biasanya diserahkan kepada manajemen di bawahnya.Sejak itu, Daniel mulai jarang menghadiri berbagai pesta. Kecuali dua temannya juga pergi ke pesta itu. Kalau ada teman, dia baru mau pergi. Namun, Stefan sering
Yanti tidak ke mana-mana hari ini, dia terus menunggu Cherly pulang di rumah. Dia ingin tahu apakah Daniel sudah makan sarapan yang Cherly antar. Begitu mendengar suara mobil, Yanti langsung keluar dari rumah.“Tante.”Setelah turun dari mobil, Cherly berjalan ke arah Yanti dengan membawa kotak bekal yang sudah kosong.Yanti menebak Daniel pasti sudah makan sarapan yang Cherly antar ketika melihat senyum lebar yang merekah di wajah perempuan itu. Mereka berdua kembali ke dalam rumah sambil berbincang. Cherly menyerahkan kotak bekal kepada pelayan, lalu dia menuntun Yanti ke sofa dan duduk di sana.“Kenapa nggak main di kantor Daniel lebih lama?”“Kak Daniel mau rapat, Tante. Aku nggak enak hati sita waktunya. Tante, Kak Daniel habiskan sarapan yang aku antarkan. Aku bilang Tante yang suruh aku antar, habis itu dia langsung makan. Dia bahkan tanya sama aku koki di rumah ganti, ya. Dia merasa keterampilan memasakku bagus.”Raut wajah Yanti seketika berseri-seri ketika mendengar cerita Ch
Cherly lanjut berkat, “Tante sendiri yang beri tahu aku. Olivia dan Odelina adalah saudara kandung. Olivia kehilangan orang tuanya ketika dia berusia sepuluh tahun. Sejak itu, dia dibesarkan oleh kakaknya. Jadi sifat Olivia terbentuk dari didikan kakaknya. Setelah tahu karakter Olivia dengan jelas, kita juga bisa lihat karakter Odelina dengan jelas.”“Aku percaya Odelina bukan perempuan orang seperti itu. Mungkin saja dia akan jadi sainganku, tapi bukan karena dia sengaja. Masalah hanya ada pada Kak Daniel.”Cherly bukan tipikal nona muda yang tinggal di rumah setiap hari. Dia adalah seorang eksekutif di perusahaan keluarganya. Boleh dibilang dia orang yang sering bepergian dan memiliki wawasan yang luas. Oleh karena itu, dia lebih bijaksana dalam menghadapi masalah daripada Yanti.“Tapi, karena aku sudah tahu hal-hal ini, ada baiknya aku ambil tindakan pencegahan lebih dulu.”Cherly berpikir sebelum ada apa-apa di antara Daniel dan Odelina, dia harus mendapatkan Daniel lebih dulu, aga
Adi dan istrinya masih harus bekerja sama dengan Odelina dan Olivia untuk menyelesaikan prosedur balik nama. Setelah semua prosedur sudah diselesaikan, di dalam sertifikat tanah tertera nama Odelina, mereka membayar lagi uang untuk membeli bagian warisan yang didapatkan kakek nenek mereka.Olivia ingin memberikan semua bagian yang dia dapat kepada kakaknya. Karena Odelina adalah putri sulung, dia ingin membiarkan kakaknya yang mewarisi rumah peninggalan orang tua mereka. Apalagi mengingat situasi sang kakak jauh lebih sulit daripada dirinya.Olivia belum memberi tahu Odelina tentang hal ini. Selesai mengurus semuanya, kepala desa berkata kepada kakak beradik itu, “Odelina, Olivia, kalian mau sewakan ladang kalian, nggak? Ada bos besar yang ingin sewa semua ladang di desa kita. Aku sudah adakan rapat dengan semua orang, nggak ada yang keberatan.”“Setelah mendapatkan uang sewa, nanti uang akan dibagikan sesuai dengan luas tanah yang kalian sewakan. Sistemnya terbuka, semua orang bisa ta
“Oke, kalau begitu sepakat, ya. Sebenarnya aku suka lihat kamu pas mabuk. Kalau sudah mabuk, kamu jadi sangat antusias.”Stefan mengucapkan kalimat terakhir dengan suara yang sangat pelan.Olivia, “....”Pria yang dulunya bagai gunung es ini benar-benar sudah banyak berubah. Dia bahkan bisa menggoda Olivia di telepon.“Semuanya lancar, kan? Mereka masih buat keributan lagi, nggak?”Stefan masih ingat penampilan nenek Olivia yang tidak tahu malu itu. Dia khawatir nenek itu akan bertindak kasar lagi. Namun, begitu teringat dia mengatur pengawal, pengacara dan yang lainnya untuk mengikuti Olivia, apalagi Olivia menguasai ilmu bela diri, Stefan pun tidak terlalu khawatir.“Sangat lancar, kakekku mungkin sudah kasih tahu nenekku tentang kata-kata yang anak cucunya ucapkan. Kali ini nenekku nggak buat keributan sama sekali, dia justru bekerja sama. Aku juga suruh orang jemput orang tua angkat mamaku ke sini. Mereka bilang mereka nggak mau warisan mamaku, semuanya kasih ke kami.”“Hmm.”Stefa
Asalkan Dikta membantu Felicia pulang ke keluarga Gatara dan memantapkan kedudukan dia sebagai penerus Patricia, Dikta bisa hidup dengan bebas tanpa harus terikat kepada siapa pun. Anggaplah ini sebagai akhir yang bahagia untuknya. “Cakra … kalau aku mati, dia juga harus ikut mati bersamaku, atau dia cuma akan menyalahgunakan kekuasaan yang dia punya. Mau gimanapun juga, Felicia tetap anaknya. Aku khawatir Cakra bakal menggunakan statusnya sebagai orang tua untuk menekan Felicia. Lalu soal tiga anak laki-lakiku … itu tergantung mereka sendiri.” Patricia memejamkan matanya. Dengan segala kuasa yang dia miliki saat ini, dia hanya bisa melindungi orang yang terpenting baginya. Cakra sudah berpesan kepada ketiga putranya yang tidak berguna itu untuk mengandalkan keberuntungan mereka sebaik mungkin. Jika mereka masih tidak mendengar nasihat ayah mereka, itu salah mereka sendiri. Cakra hanya peduli kepada ketiga putranya dan anak-anak dari mereka, karena mereka semua mewarisi marganya. Sed
“Bukannya Bu Patricia sendiri yang mengundang mereka?” Si pelayan rumah bertanya balik. Tanpa undangan langsung dari Patricia, para kru media ini untuk apa juga repot-repot datang ke kediaman keluarga Gatara? Toh tidak ada berita heboh juga yang perlu diliput. Seketika itu Patricia baru sadar siapa pelakunya. Dia tidak mengundang kru media, Felicia juga tidak mungkin karena saat itu dia sedang dibawa pergi meninggalkan Cianter. Suami dan ketiga anak lelakinya juga tidak mungkin punya nyali untuk melakukan itu. Satu-satunya orang yang bisa melakukan itu hanyalah Yuna, keponakannya sendiri. “Bilang ke kru media, malam ini aku nggak mengundang mereka, suruh mereka pergi dan jangan lupa kasih hadiah untuk mereka semua,” ujar Patricia. Pemberian hadiah itu tentu hanya pemanis agar para kru media ini tidak menciptakan rumor-rumor yang tidak benar. Kru media zaman sekarang mudah sekali membuat berita palsu atau informasi yang dilebih-lebihkan demi mengejar traffic pembaca. Reputasi keluar
“Terima kasih banyak atas perhatiannya, Non Yohanna. Nenekku sudah berumur 80 tahun lebih, tapi badannya masih segar bugar dan nggak masalah bepergian naik pesawat. Tapi masalahnya anggota keluargaku terlalu banyak, rasanya nggak enak kalau kami semua datang,” kata Ronny. “Atau begini saja, aku coba bilang ke mereka kalau tahun ini aku nggak pulang. Kurasa mereka pasti bisa mengerti.” Sebelum menginjakkan kaki di Aldimo, Ronny sudah memikirkan soal ini. Begitu pun dengan para senior di keluarga Adhitama yang juga sudah mempersiapkan diri andaikan Ronny tidak bisa pulang untuk melewati tahun baru bersama. Di tahun depan, Ronny berniat untuk membawa Yohanna ke pulang ke Mambera untuk mengurus pernikahan mereka. Nenek Sarah memberi waktu satu tahun kepada Rony dan saudara-saudaranya. selama mereka memperlakukan calon istri mereka dengan baik, satu tahun sudah cukup untuk meluluhkan hati seorang wanita. “Soal gaji kerja di libur tahun baru, Non Yohanna sesuaikan saja dengan hari kerjaku
Christian tidak bersuara saat dia ditendang oleh Tommy, tetapi raut wajahnya tidak bisa menutupi rasa sakitnya. Christian mengira Tommy memang ingin belajar,bukan karena paksaan dari kakaknya. Yohanna sangat tegas dalam mendidik mereka, bahkan lebih tegas dari guru-guru mereka di sekolah. Para senior di keluarga saja sampai tidak berani ikut campur ataupun berkomentar di hadapan Yohanna. Tommy melampiaskan kekecewaannya ke nafsu makan. Dia makan banyak sekali, sampai-sampai Yohanna harus menghentikannya karena khawatir akan sakit perut. Tommy sengaja ingin membuat diri sendiri kekenyangan sampai sakit perut, karena dengan begitu dia punya alasan untuk kabur dari tugasnya. Setelah makan, Yohanna berkata kepada Ronny, “Ronny, habis istirahat siang, kamu bikinin dessert untuk bocah-bocah, ya. Oh ya, sisain sedikit untuk Dira juga. Dia paling suka sama dessert buatan kamu. Nanti malam aku nggak makan di rumah, kamu bebas mau pulang atau tetap di sini. Oh ya, aku mau diskusi tentang jadw
Yohanna menyudahi percakapan dia dengan teman baiknya dan masuk ke ruang makan. Dua adik dan ibunya sudah duduk di tempat mereka masing-masing. Di depan mereka sudah tersedia semangkuk sup hangat yang menunggu untuk segera dinikmati. Di tempat duduk yang biasa Yohanna tempati juga sudah tersedia semangkuk sup, sama seperti yang diberikan untuk yang lain, yang disajikan langsung oleh Ronny. Setelah Ronny memanggil Yohanna untuk makan, dia langsung kembali ke dapur karena di dapur masih ada dua lauk lagi yang harus dia masak agar hidangannya lengkap. Seusai makan siang, Yohanna beristirahat sejenak karena sebentar lagi dia harus segera kembali ke kantor. Sejujurnya Ronny juga sedikit lelah, tetapi dia masih harus melayani tunangannya itu, dan baru bisa benar-benar beristirahat ketika Yohanna sudah berangkat kerja. Di malam harinya, jika Yohanna tidak makan di rumah, Ronny diberi kebebasan untuk bekerja atau terus beristirahat karena keluarga Pangestu masih memiliki koki yang lain untuk
“Bawa juga suami kamu biar dia nggak salah paham. Takutnya nanti dia pikir kamu datang ke rumahku untuk selingkuh.” “... oke. Aku bakal ajak dia juga. Aku mau lihat cowok kayak apa sih yang punya suara merdu begitu. Seharusnya nggak jelek, ‘kan?” Setelah sejenak terdiam, Yohanna membalas, “Kayaknya mending kamu nggak usah datang, deh. Takutnya kalau kamu datang dan ketemu dia, kamu bakal menyesal sudah menikah karena kamu sudah nggak bisa lagi ngejar-ngejar cowok ganteng.” “Wah, berarti dia pasti ganteng banget, nih. Aku jadi makin nggak sabar main ke rumah kamu. Bisa bikin kamu ngomong begitu berarti dia pasti punya muka yang menarik. Yohanna, kalau kamu sudah nggak mau pakai koki yang ini lagi, jangan lupa kabari aku, ya. Biar aku yang pakai dia. Selama ada koki ganteng di rumahku, aku nggak bakal pernah kelaparan lagi.” “Untuk sekarang, aku masih bisa makan masakannya dia, masih belum muak. Dia memang dari dulu hobinya memasak. Mungkin di zaman dulu dia sempat hidup jadi koki bu
Masalahnya, dengan harta dan kedudukan yang ketua kelas miliki sekarang pun, jarak antara dia dan Yohanna masih terlalu jauh. Yohanna berpikir sejenak dan menjawab, “Ketua kelas kita mukanya yang kayak gimana? Aku nggak ingat sama sekali.” Ketika masih bersekolah, ada banyak sekali kaum pria yang berusaha mendekati Yohanna, tetapi Yohanna sedikit pun tidak memiliki perasaan terhadap mereka. Jadi setiap hari dia hanya memasang wajah yang kaku dan dingin. Dari situ dia mendapat julukan “Ice Princess”, dan makin sedikit orang yang berani mendekatinya. Karena terlalu banyak pria yang menyukainya, Yohanna tidak ingat seperti apa wajah mereka semua. Itu karena Yohanna tahu, mereka bukanlah pria yang dia inginkan. Jadi tidak aneh jika Yohanna tidak ingat seperti apa paras ketua kelasnya. “... ketua kelas kita itu dianggap sebagai cowok terganteng di kelas. Masa kamu nggak ingat? Kita kan sekelas sama dia selama dua tahun, lho,” ujar Ruth. “Cowok yang sekelas sama aku selama dua tahun kan
“Sebentar lagi kan tahun baru, yang tua-tua setiap hari kerjanya telepon aku minta aku cepat pulang. Makanya sekarang aku sudah pulang.” Setelah Ruth menjawab pertanyaan Yohanna, sekarang gantian giliran dia yang bertanya, “Kamu kan baru pulang dari perjalanan bisnis, masa sudah langsung ke kantor lagi tanpa istirahat? Kamu terlalu keras kerjanya, kan kamu punya banyak adik-adik yang bisa bantu kamu. Bagi saja tugas kamu sebagian ke mereka. Jangan semuanya kamu tanggung sendiri. Nggak perlu bikin capek diri sendiri.” Ruth sangat memedulikan Yohanna. Mereka berdua adalah teman baik, tetapi semenak Yohanna mengambil alih bisnis keluarga, mereka jadi jarang bertemu karena Yohanna terlalu sibuk. Sering kali mereka hanya berhubungan melalui chat untuk tetap menjaga pertemanan. Untung saja mereka adalah teman sekelas sejak SD. dengan pertemanan yang sudah terjalin selama bertahun-tahun, tentu tidak akan putus hanya karena Yohanna sibuk bekerja. Yohanna juga sering menjalin hubungan kerja
Yohanna harus membahas masalah pendidikan adiknya dengan kedua orang tuanya. Dia hanya punya satu adik kandung, jadi dia akan sangat mementingkan pendidikan adiknya. Sesibuk apa pun pekerjaan Yohanna, dia akan selalu meluangkan waktu untuk bertanya tentang kegiatan belajar adiknya. Apabila Tommy melakukan kesalahan dan malah dimanja oleh orang tuanya, maka Yohanna yang mau tidak mau harus memarahinya. Tidak peduli Tommy menangis atau merengek manja, kalau sampai Yohanna tahu adiknya bersalah, dia akan memberi pelajaran tegas agar kesalahan itu tidak terulang lagi. Lalu Yohanna juga akan menyuruh Tommy untuk menuliskan apa saja kesalahannya di atas kertas. Apabila orang tua atau om tante juga melindungi Tommy, mereka juga harus ikut menulis kesalahan mereka. Lihat saja siapa yang masih berani melindungi Tommy ketika dia berbuat kenakalan. Namun tentu Yohanna tidak akan menegur jika Tommy melakukan kenakalan kecil yang masih bisa diterima. Sebagai anak kecil, khususnya anak lelaki, waj