Kalau Jonas tahu apa yang barusan dikatakan Stefan, dia pasti akan berkata, “Stefan, aku selalu memperlakukanmu dengan baik. Beginikah caramu memperlakukanku?”Dan Stefan akan menjawab, “Kamu baru bisa lebih menyayangi sepupu istriku kalau ada saingan dan tekanan. Sebagai keluarga dari pihak Amelia, aku sedang menguji kamu saat ini.”Jonas pasti akan berkata, “Zaman sekarang mau mendapatkan istri saja susah banget!”“Bram sakit?”Yogi seperti mendengar harapan baru. Tiba-tiba, dia tertarik dan bertanya pada Stefan, “Kak, ada apa dengan Bram? Dia nggak bisa itu? Pantas saja, dia seumuran dengan Daniel, tapi masih single. Aku pikir dia hanya belum bertemu dengan orang yang dia suka, jadi sakit.”Selama ini, Bram selalu mendengar gosip-gosip orang. Dia pasti tidak pernah menyangka suatu hari nanti, dia akan menjadi bahan gosip orang-orang.“Bukannya nggak bisa itu, tapi dia punya penyakit nggak gampang menyukai orang. Dia baru bisa menjadi pria sejati apabila sudah bertemu dengan wanita y
“Aku akan pergi bicara pada Bram sekarang.”Yogi tahu Stefan sangat sibuk, jadi setelah curhat semua itu, dia berdiri dan pergi.“Secemas itu? Bram mungkin nggak ada di rumah. Sebaiknya kamu bertanya pada Reiki dulu sebelum pergi ke rumah keluarga Ardaba, supaya nggak sia-sia pergi ke sana.”Yogi bergumam mengiyakan sambil berpikir Bram memang susah ditemui.Dia berkata, “Aku juga nggak mau cemas, tapi aku benar-benar takut kalau Bu Yuna menjodohkanku dengan putrinya. Kalau dia menjalankan rencananya, biasanya pasti selalu nggak bisa disadari atau dideteksi. Biasanya pasti sudah terlanjur, sudah terjebak, baru sadar. Kalau sudah terjebak dan baru mau kabur pasti sudah susah.”Stefan tersenyum dan berkata, “Kalau Tante Yuna bisa memilihmu, itu artinya kamu sangat hebat. Mereka sangat menyayangi Amelia. Seluruh orang di Mambera juga tahu, keluarga mereka nggak akan menghargai pria yang nggak cukup hebat.”“Kak, Kakak ini memujiku atau senang melihat aku menderita seperti ini?”“Keduanya.
Olivia pikir, suaminya yang mendapatkan keuntungan dari kejadian semalam, jadi dia pun tidak mau perhitungan lagi. Selain itu, orang itu juga bukan merencanakannya untukku. Kalau tidak, mengingat sifat Stefan, meskipun kelihatan tidak mengambil tindakan, suaminya itu pasti akan diam-diam membuat pria itu menderita.Seolah menebak apa yang dipikirkan Olivia, Stefan menambahkan, “Meskipun dia bukan mengincarmu, dia adalah orang tua mesum yang nggak tahu malu. Aku nggak akan membiarkan dia begitu saja. Jangan khawatir, suamimu ada di sini dan akan membantumu untuk melampiaskan amarahmu.”“Kupikir Stella dalang dibalik semua ini. Dia baru saja meneleponku dan mengatakan dengan terus terang bahwa dia menyukaimu dan jatuh cinta padamu pada pandangan pertama. Stefan, kamu banyak sekali yang suka, ya. Baik sebelum atau sesudah menikah. Pasti ada yang mengejarmu, dan semua wanita yang mengejarmu masih muda dan cantik.”Pada akhirnya, kata-kata Olivia penuh dengan kecemburuan.Mendengar nada cem
“Sayang, terima kasih,” kata Stefan dengan nada meminta maaf. Dia selalu menjaga diri, tapi bagai bunga, dia tetap menarik perhatian lebah dan kupu-kupu gila. Dia juga tidak berdaya.Olivia berkata dengan serius, “Hatimu masih di aku, jadi aku akan menjaganya. Kalau kamu sempat berpikir untuk selingkuh, aku nggak akan menjaganya lagi. Siapapun itu yang mau menikah denganmu, aku akan memberikan tempatku padanya. Saingan cinta yang nggak ada habisnya. Memangnya aku mau menjaga suami yang seperti magnet ini.”“Sayang, aku mencintaimu, dan aku hanya akan mencintai kamu seorang selamanya. Kamu akan menjadi satu-satunya wanita yang kumiliki dalam hidup ini! Jangan mendorongku pergi.”“Huh, itu tergantung sikapmu. Aku tutup ya teleponnya. Kamu lanjut kerja. “Olivia menutup telepon setelah mengatakan itu.Setelah menutup telepon, Olivia mengadukan Stefan kepada Sarah, yang sebenarnya jarang sekali dia lakukan, “Nek, cucu Nenek selalu cemburuan. Dulu juga gitu, sekarang masih gitu. Kurasa, ke d
“Yolanda lebih beruntung.” Sarah iri.Yolanda dari keluarga Junaidi sudah tua, tapi suaminya masih hidup dan ada banyak anak dan cucu yang menemaninya serta berbakti padanya.Sarah juga memiliki banyak anak dan cucu, tapi suaminya telah tiada bertahun-tahun lalu, dan dia merasa sangat kesepian. Pria yang paling mencintai dan memahaminya sudah tidak ada lagi.Jika dia tidak mencari sesuatu untuk dikerjakan, dia akan merasa lebih kesepian.Ini juga alasan mengapa dia suka mengurus banyak hal.“Oliv, bukankah kamu bilang kamu harus mengurus sesuatu? Pergilah. Nenek akan bersiap-siap, lalu kita berangkat nanti.”Olivia bergumam mengiyakan. Sebelum jalan-jalan dengan Nenek, dia perlu mengurus sesuatu di Villa No. 188.Pada saat yang sama, dia juga menelepon kakaknya dan bilang bahwa dia akan memanfaatkan hari-hari terakhir liburan untuk membawa Russel jalan-jalan.Odelina sedang berada di toko barunya bersama putranya saat ini. Ketika menerima telepon dari Olivia, dia langsung setuju untuk
“Bu Oliv … nggak ada di rumah.”Langkah kaki Stefan terhenti. Dia berbalik badan dan bertanya pada Arif, “Kemana dia pergi?”“Bu Oliv nggak bilang.”Stefan sedikit kecewa karena tak menemukan istrinya di rumah. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan menelpon Olivia. Panggilan itu berlangsung lama, tapi Olivia tak kunjung mengangkatnya.Setelah menutup telepon, dia bertanya kepada Arif, “Dengan siapa dia pergi? Apa dengan Nenek?”Tidak ada suara TV di rumah, jadi neneknya mungkin juga tidak ada di rumah“Iya, dan Russel.”Stefan berkata, “Oh.”Lalu, dia tidak bertanya apa-apa lagi dan masuk ke dalam rumah, membawa hadiah yang disiapkan untuk Olivia.Nenek orangnya tidak bisa diam di rumah, jadi dia mungkin meminta Olivia menemaninya keluar untuk makan snack malam atau menikmati angin malam.Arif berjalan di belakang Stefan, ragu-ragu untuk berbicara.Stefan tidak menyadarinya.Setelah masuk ke dalam rumah, Stefan meletakkan kado tersebut di atas meja tamu. Dia duduk di sofa dan kembali m
Dia tidak dapat mempercayainya. “Nenek dan Oliv mengajak Russel jalan-jalan? Dia nggak memberitahuku! Aku meneleponnya, tapi dia nggak menjawab, dan dia juga nggak membalas pesanku. Dia meninggalkan suaminya di rumah dan pergi sendiri!”“Kak, lihatlah Oliv. Dia semakin nggak memperhatikanku. Dia bahkan nggak memberitahuku tentang hal sebesar ini. Dia biasanya sering bepergian untuk bekerja. Begitu pergi, tiga sampai lima hari baru pulang. Dia selalu mengabaikanku.”“Kalau yang seperti itu ya sudah lah ya. Sekarang, dia nggak memberitahuku bahwa dia akan pergi liburan. Dia sengaja meninggalkanku di rumah. Kalau dia bilang padaku, meskipun aku malas pergi, aku pasti akan tetap pergi bersamanya.”Odelina berkata, “ .... Oliv terlalu lelah akhir-akhir ini. Dia pergi untuk beristirahat dan melepas lelah. Dia bukan mengabaikanmu.”Adik iparnya ini sering mengeluh padanya. Setiap kali mereka ada masalah, Stefan pasti akan datang mengadu padanya dan dia akan menegur adiknya.Sekarang, Oliv bi
“Stefan, kamu mau buat aku mati ketawa agar kamu dapat mewarisi propertiku? Kamu bukannya baru saja menjadi cucu Nenek Sarah? Kamu, ‘kan tahu betul keburukan Nenek seperti apa. Seharusnya kamu sudah siap mental untuk kejadian ini sejak awal dan juga kamu harusnya bersyukur, karena Nenek nggak menculik istrimu saat kamu menikah. Kalau nggak, kamu pastinya akan lebih sedih,” ujar Reiki menasihati.Mendengar omongan Reiki, Stefan berpikir tentunya memang sedih jika harus berpisah dengan pasangan setelah baru saja merasakan cinta.“Sekarang aku juga lagi sedih. Aku sudah terbiasa melihat istriku setiap bangun tidur di pagi hari dan dia setia menungguku pulang di rumah hingga malam. Selama dia di rumah, aku selalu terburu-buru untuk cepat pulang ke rumah, karena aku nggak ingin dia menunggu lama. Akan tetapi, sekarang dia jadi suka bepergian keluar, dan dia memastikan aku nggak ikut dengannya. Bahkan dia juga mengganti ponselnya menjadi ponsel baru. Aku nggak terbiasa dengan situasi ini. Re
Masalahnya, dengan harta dan kedudukan yang ketua kelas miliki sekarang pun, jarak antara dia dan Yohanna masih terlalu jauh. Yohanna berpikir sejenak dan menjawab, “Ketua kelas kita mukanya yang kayak gimana? Aku nggak ingat sama sekali.” Ketika masih bersekolah, ada banyak sekali kaum pria yang berusaha mendekati Yohanna, tetapi Yohanna sedikit pun tidak memiliki perasaan terhadap mereka. Jadi setiap hari dia hanya memasang wajah yang kaku dan dingin. Dari situ dia mendapat julukan “Ice Princess”, dan makin sedikit orang yang berani mendekatinya. Karena terlalu banyak pria yang menyukainya, Yohanna tidak ingat seperti apa wajah mereka semua. Itu karena Yohanna tahu, mereka bukanlah pria yang dia inginkan. Jadi tidak aneh jika Yohanna tidak ingat seperti apa paras ketua kelasnya. “... ketua kelas kita itu dianggap sebagai cowok terganteng di kelas. Masa kamu nggak ingat? Kita kan sekelas sama dia selama dua tahun, lho,” ujar Ruth. “Cowok yang sekelas sama aku selama dua tahun kan
“Sebentar lagi kan tahun baru, yang tua-tua setiap hari kerjanya telepon aku minta aku cepat pulang. Makanya sekarang aku sudah pulang.” Setelah Ruth menjawab pertanyaan Yohanna, sekarang gantian giliran dia yang bertanya, “Kamu kan baru pulang dari perjalanan bisnis, masa sudah langsung ke kantor lagi tanpa istirahat? Kamu terlalu keras kerjanya, kan kamu punya banyak adik-adik yang bisa bantu kamu. Bagi saja tugas kamu sebagian ke mereka. Jangan semuanya kamu tanggung sendiri. Nggak perlu bikin capek diri sendiri.” Ruth sangat memedulikan Yohanna. Mereka berdua adalah teman baik, tetapi semenak Yohanna mengambil alih bisnis keluarga, mereka jadi jarang bertemu karena Yohanna terlalu sibuk. Sering kali mereka hanya berhubungan melalui chat untuk tetap menjaga pertemanan. Untung saja mereka adalah teman sekelas sejak SD. dengan pertemanan yang sudah terjalin selama bertahun-tahun, tentu tidak akan putus hanya karena Yohanna sibuk bekerja. Yohanna juga sering menjalin hubungan kerja
Yohanna harus membahas masalah pendidikan adiknya dengan kedua orang tuanya. Dia hanya punya satu adik kandung, jadi dia akan sangat mementingkan pendidikan adiknya. Sesibuk apa pun pekerjaan Yohanna, dia akan selalu meluangkan waktu untuk bertanya tentang kegiatan belajar adiknya. Apabila Tommy melakukan kesalahan dan malah dimanja oleh orang tuanya, maka Yohanna yang mau tidak mau harus memarahinya. Tidak peduli Tommy menangis atau merengek manja, kalau sampai Yohanna tahu adiknya bersalah, dia akan memberi pelajaran tegas agar kesalahan itu tidak terulang lagi. Lalu Yohanna juga akan menyuruh Tommy untuk menuliskan apa saja kesalahannya di atas kertas. Apabila orang tua atau om tante juga melindungi Tommy, mereka juga harus ikut menulis kesalahan mereka. Lihat saja siapa yang masih berani melindungi Tommy ketika dia berbuat kenakalan. Namun tentu Yohanna tidak akan menegur jika Tommy melakukan kenakalan kecil yang masih bisa diterima. Sebagai anak kecil, khususnya anak lelaki, waj
Yohanna spontan tersenyum mendengar ucapan manis adik-adiknya. “Berhubung kalian berdua sudah berbaik hati, kalau begitu aku panggil kakak-kakak yang lain untuk pergi belanja bareng. Siapkan dompet kalian, ya. Aku sudah lama nggak pergi belanja, lho. Kalau sudah pergi belanja nanti, apa pun yang aku suka langsung kubeli.” Kedua kakak beradik itu mengangguk, dan Tommy menyahut, “Biasanya Kak Yohanna sibuk kerja, jadi nggak ada salahnya sesekali belanja. Anggap saja waktu untuk bersantai.” Di antara semua anggota keluarga Pangestu, Yohanna memiliki pekerjaan yang paling sibuk dan paling melelahkan. Sejauh yang bisa Tommy ingat, dia tidak pernah satu kali pun melihat kakaknya pergi berbelanja atau pergi berlibur. Setiap hari dia harus bekerja di kantor, menemui klien, dan pergi dinas ke luar kota. Bahkan di akhir pekan pun Yohanna belum bisa bersantai. Terkadang dia masih harus menemani partner bisnis bermain golf, memancing atau berenang. Namun, hanya partner bisnis penting yang bisa
“Oke! Nanti aku beliin Kakak baju baru,” ucap Tommy. Tommy sama sekali tidak kekurangan uang saku. Ketika tahun baru tiba, para orang tua akan memberikan sejumlah uang yang dimasukkan ke dalam amplop merah. Sebagian yang itu Tommy serahkan kepada ibunya, dan sebagian lagi dia pakai sendiri untuk membeli barang apa pun yang dia inginkan. Dia juga sangat pandai dalam mencatat keuangannya, dia ingat untuk apa saja uangnya dipakai, atau barang-barang apa saja yang dia beli. Yohanna membungkukkan badannya sedikit dan mencubit pipi adiknya. Mata dan alisnya membentuk setengah lingkaran seperti sedang tersenyum. “Kamu belajar yang benar dan harus nurut sama aku saja aku sudah senang. Nggak perlu beliin aku baju baru. Aku punya uang untuk beli baju baru sendiri.” Di lemari baju Yohanna masih banyak baju baru yang bahkan belum sempat dia kenakan. Biasanya dia sehari-hari mengenakan jas kerja, dan hanya mengenakan pakaian santainya di akhir pekan atau ketika sedang beristirahat di rumah. Ibu
Yohanna tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia langsung keluar dari dapur dan duduk kembali ke sofanya semula. Risa tetap memberikan beberapa camilan yang ada dan berkata, “Yohanna, kalau sudah lapar banget, makan saja sedikit. Yang ini nggak terlalu manis. Koki yang biasa tahu kamu nggak suka manis, jadi gulanya dikurangi.” “Selama aku nggak di rumah, dia pasti bikin sesuai sama selera kalian. Aku nggak bisa makan,” balas yohanna. “Nggak terlalu manis pun aku tetap nggak suka.” Bukan hanya perkara tingkat kemanisan saja, tetapi Yohanna memang tidak suka segala jenis dessert yang dibuat oleh kokinya. “Gimana kalau makan biskuit saja?” tanya Risa khawatir seraya menyodorkan bungkusan biskuit kepadanya. “Atau makan buah juga boleh. Di rumah ada buah yang kamu bisa makan. Dijamin masih segar.” “Nggak usah, Ma. Mama duduk saja, nggak perlu kasih aku ini itu. Setengah jam lagi sup yang Ronny buat sudah jadi. Aku tunggu saja.” Yohanna tidak suka makan buah di saat perut kosong. Biasanya di
Ada sih ada saja, tetapi Yohanna tidak tertarik kepada mereka. Yohanna merasa dia punya selera yang cukup tinggi. “Ma, sudahlah, nggak usah bahas beginian lagi. Aku lapar, aku mau lihat apa ada camilan untuk ganjal perut.” Yohanna pun beranjak dari tempat duduknya karena sudah tidak ingin lagi membicarakan topik tentang pernikahan dengan ibunya. “Selama kamu dan Ronny pergi, dessert yang ada di rumah dibuat sama koki yang satu lagi. Dessert buatan dia terlalu manis buat kamu. Kamu pasti nggak bakal suka,” kata Risa. Walau begitu, anggota keluarga lainnya semua pada suka. Hanya Yohanna saja yang tidak suka. Yohanna masih bisa makan dessert buatan Ronny walaupun tidak terlalu banyak. Ronny mengaku dia tidak begitu pandai dalam membuat makanan manis. Risa pernah mencoba dessert buatan Ronny,dan memang tingkat kemanisannya tidak setinggi koki yang biasa, dan tingkat kelembutannya juga sedikit lebih baik. Mungkin karena itu, Yohanna masih bisa menikmati dessert buatan Ronny. Yohanna pu
Risa sedikit banyak juga sudah mendengar tentang asal-usul keluarga Brata. Dia pun berkata, “Keluarga konglomerat kebanyakan cuma kelihatan damai di luar saja, padahal di dalamnya banyak ribut dan saling bermusuhan. Paling cuma sebagian kecil saja keluarga konglomerat yang nggak punya konflik internal. Bahkan keluarga dekat saja bisa jadi musuh cuma demi mendapat keuntungan pribadi.” “Waktu aku pergi untuk perjalanan bisnis, aku dengar keluarga Gatara yang ada di Cianter juga akhir-akhir ini lagi ribut parah. Ada perebutan kekuasaan antara keturunan kepala keluarga yang sebelumnya dengan kepala keluarga yang lagi menjabat sekarang. Bahkan ada rumor yang bilang kalau kepala keluarga yang sekarang itu membunuh pendahulunya. Nggak ada yang tahu kebenarannya, tapi yang jelas konfliknya dalam banget dan terjadi banyak pertikaian,” Yohanna menambahi. “Nggak usahlah urusin keluarga orang lani. Yang penting keluarga kita sendiri aman sentosa, nggak perlu ribut sampai berselisih kayak keluarg
“Aku sudah kenyang makan. Sekarang aku mau tidur sebentar, nanti sebelum jam tiga sore aku harus balik ke kantor. Jam setengah empat sore ada rapat, minta Dira untuk cepat pulang malam ini, biar Tante Afika nggak marah-marah lagi.” “Tante kamu itu dari dulu memang suka mengomel, kayak hidupku sendiri sudah sempurna saja. Sebagai yang tertua, aku juga punya banyak tanggung jawab,” ujar Risa cemberut. “Kita yang tinggal di satu atap rumah saja juga jarang ketemu. Kalau begitu, aku harus ngomel ke siapa?” Pagi-pagi saat Risa baru bangun tidur, Yohanna sudah berangkat ke kantor. Ketika Yohanna baru pulang ke rumah larut malam, Risa sudah tertidur lelap. Makanya Yohanna dan Risa juga sebenarnya jarang bertemu meski tinggal di satu rumah yang sama. Dengan kondisi seperti itu, Risa mau mengadu ke siapa? Risa menikah ke keluarga Pangestu, tetapi suaminya tidak begitu bisa diandalkan. Untung saja putri sulungnya memiliki masa depan yang cukup cerah, jadi sebagai ibu, dia harus lebih banyak b