“Nek, Kakek pasti memperhatikan Nenek dari surga. Dia pasti sangat lega dengan semua pencapaian Nenek sekarang,” ujar Stefan yang mendengar perkataan Nenek dan langsung berusaha menenangkannya. Nenek langsung tersenyum seraya berkata, “Kakek akan lega selama kamu menikah dan memiliki anak. Orang yang paling dia khawatirkan adalah kamu, cucu pertamanya. Kakek sudah memberikan kasih sayang terbesarnya padamu.”“Bahkan dia tidak mencintai anaknya sebesar dia mencintai cucunya. Dulu, kakekmu akan selalu mengritik semua hal yang dilakukan papamu. Tapi, dia selalu saja senang dengan apa yang kamu lakukan tanpa pernah mengritikmu.”Apa yang dilakukan generasi Stefan saat ini adalah cerminan dari generasi kakeknya. Bahkan, Stefan juga terlihat sangat menyayangi kakek dan neneknya karena dia dibesarkan oleh mereka berdua. Stefan bergegas menghampiri nenek untuk membantunya seraya berkata, “Aku terlihat kayak kakek saat masih muda ya, Nek? Aku juga mau menjadi seorang ayah yang tegas setelah
“Nek apa ada cara untuk menghentikan muntah-muntahnya Olivia?” tanya Stefan khawatir. “Kebanyakan ibu hamil akan muntah di pagi hari pada usia awal kehamilan. Muntahnya akan berhenti dengan sendirinya secara bertahap setelah 3 bulan. Kalian bisa pergi ke dokter kalau kalian merasa Olivia sudah muntah terlalu parah. Selain itu, jangan minum obat sembarangan. Ibu hamil sangat tidak dianjurkan untuk minum obat,” jawab Nenek.“Nek, tenang saja. Aku juga tahu, kok. Aku nggak akan sembarangan minum obat. Aku akan coba menahan rasa mualku ini,” balas Olivia. Kemudian Olivia kembali berkata dengan nada iri, “Padahal Junia juga jarang muntah.”Entah mengapa, Olivia justru tiba-tiba muntah dan mual setelah berada di rumah ini. Hal ini sungguh membuat Olivia bingung. “Setiap orang punya reaksi yang berbeda saat hamil. Ada yang nggak muntah dan mual di trisemester pertama. Tapi, mereka justru muntah hebat di trisemester berikutnya.”Olivia mengelus perutnya lalu berkata, “Aku harap, rasa mualku
Dia juga mengingat nasihat Olivia kepada Aksa yang mengatakan aborsi jauh lebih berbahaya bagi seorang perempuan daripada kehamilan. Suami seharusnya mengetahui hal seperti ini daripada istrinya. Olivia bisa menangkap maksud Stefan dari tatapan matanya. Bahkan Stefan terlihat sangat ragu untuk mengucapkan hal itu kepada Olivia. “Stefan, jangan pernah memikirkan hal itu!” seru Olivia. “Aku akan menceraikanmu kalau sampai kamu membuat keributan seperti Aksa. Aku akan membesarkan anak ini sendirian dan kamu nggak perlu peduli pada kami,” lanjut Olivia berusaha memberikan peringatan kepada Stefan. “Olivia!”“Ada apa?”Odelina dan nenek tampak terkejut dengan apa yang Olivia katakan. Bahkan Olivia sampai menyebut perceraian dari mulutnya. Mereka teringat di saat Stefan mengumumkan identitas aslinya di depan publik. Saat itu, reaksi Olivia sangat keras. Bahkan dia sampai mengajukan gugatan cerai. Stefan benar-benar seperti orang gila saat itu. Mereka berdua bertarung dengan sangat sengi
Nenek ingin menampar Stefan, tapi Olivia buru-buru mencegahnya seraya berkata, “Nek, aku nggak marah lagi, kok. Jadi, jangan pukul Stefan lagi, ya. Lagi pula, dia sudah lebih dari 30 tahun. Dia pasti akan malu kalau sampai Nenek terus memukulnya.”“Nenek tetap harus memberikan peringatan padamu, sekalipun Olivia nggak mengatakan kesalahanmu. Nenek nggak akan pernah memaafkanmu kalau sampai kamu bersikap nggak jujur pada kami!” seru Nenek penuh emosi. Stefan langsung tersenyum pahit lalu berkata, “Aku ngerti kok, Nek. Aku itu selalu jujur.”Tidak lama kemudian, Bi Lesti sudah kembali sambil membawa beberapa bungkus buah plum kering. Olivia langsung mengambil sebungkus buah plum kering lalu buru-buru membukanya. Dia dengan cepat mengambil sebuah buah plum kering lalu memakannya tanpa banyak berkata lagi. Rasa asam seketika menyebar di dalam mulutnya. Stefan langsung menghela napas lega setelah melihat Olivia yang tampak menyukai buah plum kering itu. Mereka memutuskan untuk beristiraha
Odelina sempat terdiam lalu kembali berkata, “Dia sudah keluar dari ruang ICU dan dibawa ke ruang perawatan biasa. Sekarang, dia sedang di masa pemulihan. Aku sudah sempat menjenguknya bersama Russel.”“Apa dia masih berniat untuk rujuk denganmu?” tanya Nenek sambil mengangguk. “Dia menyesal, tapi dia nggak bilang kalau dia mau rujuk denganku. Lagi pula, dia juga belum bercerai dari Yenny. Walaupun keluarganya ingin dia segera bercerai, tapi kayaknya Rony nggak mau bercerai dari Yenny,” jawab Odelina. “Tapi, aku tetap nggak akan rujuk dengannya, sekalipun dia sudah bercerai. Bagaimanapun juga, dia adalah ayah kandung Russel dan aku nggak akan melarang mereka bertemu. Tapi, aku tetap tidak akan menikah lagi dengannya. Perasaanku padanya sudah hilang sejak dia mengusulkan sistem bayar sendiri-sendiri dalam pernikahan kami,” lanjut Odelina. Odelina sempat terdiam selama beberapa saat lalu kembali berkata, “Keluarga Pamungkas selalu ingin agar aku dan Roni menikah kembali. Tapi, bagaim
“Kamu itu sama kayak Olivia. Kalian berdua punya sifat yang sama. Oke, nanti Nenek akan membuat Daniel gembira dengan kata-kata darimu itu ketika aku mengunjungi keluarga Lumanto di lain waktu,” ujar Nenek sambil tersenyum. Odelina hanya bisa terdiam setelah mendengar perkataan nenek. Sepertinya, nenek sudah kecanduan menjadi mak comblang. Mungkin, dia masih belum merasa cukup untuk menjodohkan cucu-cucunya dan sekarang dia juga mengincar Odelina. “Tok! Tok!”Tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari arah pintu. Odelina buru-buru melepaskan pelukannya dari nenek lalu berkata, “Nek, aku mau buka pintu dulu.”Stefan dan Olivia sedang pergi ke rumah sakit, jadi mereka berdua pastinya tidak akan kembali secepat ini. Selain itu, orang yang mengetahui berita kehamilan Olivia juga tidaklah banyak.“Nenek yakin kalau orang yang mengetuk adalah tantemu,” ujar Nenek. Odelina bergegas membuka pintu dengan diikuti oleh anjing peliharaan Olivia yang bernama Chloe sambil mengibaskan ekornya. Junia s
“Olivia muntah setelah sarapan tadi. Stefan sangat stres karena hal itu, makanya mereka sekarang pergi ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan Olivia sekaligus mau tanya sama dokter apa ada cara untuk menghentikan muntahnya Olivia,” jawab Odelina yang mendengar pertanyaan Junia. Kemudian Odelina tersenyum seraya berkata kembali, “Kayaknya Stefan berharap dia bisa menggantikan Olivia untuk muntah.”Stefan sangat mencintai Olivia dan hal itu membuat Odelina sangat senang. Adiknya jauh lebih beruntung dalam pernikahan daripada dirinya. Padahal dia dan Roni sudah jatuh cinta cukup lama. Mereka adalah teman sekelas pada saat masih sekolah lalu menikah setelah membina hubungan selama bertahun-tahun. Namun, Roni justru berubah setelah Odelina hamil. Laki-laki itu jarang sekali menghabiskan waktu bersama Odelina. Dia keluar pagi-pagi sekali dan baru pulang larut malam. Selain itu, Roni juga tidak pernah menemani Odelina ke rumah sakit untuk memeriksakan kandungannya. Dia terpaksa meminta adik
Junia merasa kehamilannya bagai sebuah penjara baginya. Dia tidak bisa melakukan apa pun dengan bebas. Oleh karena itu, dia merasa penasaran bagaimana keluarga Adhitama akan memperlakukan Olivia. Apa mungkin mereka hanya akan mengizinkan Olivia untuk bekerja di toko buku seperti dirinya? “Kamu baru hamil 3 bulan. Nanti, kamu bisa pergi jalan-jalan setelah kondisi kandunganmu stabil. Namun, kamu tetap nggak boleh pergi ke sembarang tempat yang bisa membahayakan kandunganmu. Selain itu, kamu juga nggak boleh kelelahan. Kamu juga nggak boleh pergi jauh jika kehamilanmu sudah masuk trisemester ketiga,” balas Nenek. Sekarang, Junia justru merasa semakin iri setelah mendengar perkataan nenek. Namun, dia bukan lagi iri pada nenek, melainkan pada Olivia. Karena secara tidak langsung, nenek mengatakan kalau dia tidak akan memperlakukan Olivia seperti keluarga Reiki memperlakukannya di saat Junia hamil. Mereka bertiga mengobrol selama beberapa saat sampai akhirnya Junia berpamitan pulang. Nam
Yohanna menyudahi percakapan dia dengan teman baiknya dan masuk ke ruang makan. Dua adik dan ibunya sudah duduk di tempat mereka masing-masing. Di depan mereka sudah tersedia semangkuk sup hangat yang menunggu untuk segera dinikmati. Di tempat duduk yang biasa Yohanna tempati juga sudah tersedia semangkuk sup, sama seperti yang diberikan untuk yang lain, yang disajikan langsung oleh Ronny. Setelah Ronny memanggil Yohanna untuk makan, dia langsung kembali ke dapur karena di dapur masih ada dua lauk lagi yang harus dia masak agar hidangannya lengkap. Seusai makan siang, Yohanna beristirahat sejenak karena sebentar lagi dia harus segera kembali ke kantor. Sejujurnya Ronny juga sedikit lelah, tetapi dia masih harus melayani tunangannya itu, dan baru bisa benar-benar beristirahat ketika Yohanna sudah berangkat kerja. Di malam harinya, jika Yohanna tidak makan di rumah, Ronny diberi kebebasan untuk bekerja atau terus beristirahat karena keluarga Pangestu masih memiliki koki yang lain untuk
“Bawa juga suami kamu biar dia nggak salah paham. Takutnya nanti dia pikir kamu datang ke rumahku untuk selingkuh.” “... oke. Aku bakal ajak dia juga. Aku mau lihat cowok kayak apa sih yang punya suara merdu begitu. Seharusnya nggak jelek, ‘kan?” Setelah sejenak terdiam, Yohanna membalas, “Kayaknya mending kamu nggak usah datang, deh. Takutnya kalau kamu datang dan ketemu dia, kamu bakal menyesal sudah menikah karena kamu sudah nggak bisa lagi ngejar-ngejar cowok ganteng.” “Wah, berarti dia pasti ganteng banget, nih. Aku jadi makin nggak sabar main ke rumah kamu. Bisa bikin kamu ngomong begitu berarti dia pasti punya muka yang menarik. Yohanna, kalau kamu sudah nggak mau pakai koki yang ini lagi, jangan lupa kabari aku, ya. Biar aku yang pakai dia. Selama ada koki ganteng di rumahku, aku nggak bakal pernah kelaparan lagi.” “Untuk sekarang, aku masih bisa makan masakannya dia, masih belum muak. Dia memang dari dulu hobinya memasak. Mungkin di zaman dulu dia sempat hidup jadi koki bu
Masalahnya, dengan harta dan kedudukan yang ketua kelas miliki sekarang pun, jarak antara dia dan Yohanna masih terlalu jauh. Yohanna berpikir sejenak dan menjawab, “Ketua kelas kita mukanya yang kayak gimana? Aku nggak ingat sama sekali.” Ketika masih bersekolah, ada banyak sekali kaum pria yang berusaha mendekati Yohanna, tetapi Yohanna sedikit pun tidak memiliki perasaan terhadap mereka. Jadi setiap hari dia hanya memasang wajah yang kaku dan dingin. Dari situ dia mendapat julukan “Ice Princess”, dan makin sedikit orang yang berani mendekatinya. Karena terlalu banyak pria yang menyukainya, Yohanna tidak ingat seperti apa wajah mereka semua. Itu karena Yohanna tahu, mereka bukanlah pria yang dia inginkan. Jadi tidak aneh jika Yohanna tidak ingat seperti apa paras ketua kelasnya. “... ketua kelas kita itu dianggap sebagai cowok terganteng di kelas. Masa kamu nggak ingat? Kita kan sekelas sama dia selama dua tahun, lho,” ujar Ruth. “Cowok yang sekelas sama aku selama dua tahun kan
“Sebentar lagi kan tahun baru, yang tua-tua setiap hari kerjanya telepon aku minta aku cepat pulang. Makanya sekarang aku sudah pulang.” Setelah Ruth menjawab pertanyaan Yohanna, sekarang gantian giliran dia yang bertanya, “Kamu kan baru pulang dari perjalanan bisnis, masa sudah langsung ke kantor lagi tanpa istirahat? Kamu terlalu keras kerjanya, kan kamu punya banyak adik-adik yang bisa bantu kamu. Bagi saja tugas kamu sebagian ke mereka. Jangan semuanya kamu tanggung sendiri. Nggak perlu bikin capek diri sendiri.” Ruth sangat memedulikan Yohanna. Mereka berdua adalah teman baik, tetapi semenak Yohanna mengambil alih bisnis keluarga, mereka jadi jarang bertemu karena Yohanna terlalu sibuk. Sering kali mereka hanya berhubungan melalui chat untuk tetap menjaga pertemanan. Untung saja mereka adalah teman sekelas sejak SD. dengan pertemanan yang sudah terjalin selama bertahun-tahun, tentu tidak akan putus hanya karena Yohanna sibuk bekerja. Yohanna juga sering menjalin hubungan kerja
Yohanna harus membahas masalah pendidikan adiknya dengan kedua orang tuanya. Dia hanya punya satu adik kandung, jadi dia akan sangat mementingkan pendidikan adiknya. Sesibuk apa pun pekerjaan Yohanna, dia akan selalu meluangkan waktu untuk bertanya tentang kegiatan belajar adiknya. Apabila Tommy melakukan kesalahan dan malah dimanja oleh orang tuanya, maka Yohanna yang mau tidak mau harus memarahinya. Tidak peduli Tommy menangis atau merengek manja, kalau sampai Yohanna tahu adiknya bersalah, dia akan memberi pelajaran tegas agar kesalahan itu tidak terulang lagi. Lalu Yohanna juga akan menyuruh Tommy untuk menuliskan apa saja kesalahannya di atas kertas. Apabila orang tua atau om tante juga melindungi Tommy, mereka juga harus ikut menulis kesalahan mereka. Lihat saja siapa yang masih berani melindungi Tommy ketika dia berbuat kenakalan. Namun tentu Yohanna tidak akan menegur jika Tommy melakukan kenakalan kecil yang masih bisa diterima. Sebagai anak kecil, khususnya anak lelaki, waj
Yohanna spontan tersenyum mendengar ucapan manis adik-adiknya. “Berhubung kalian berdua sudah berbaik hati, kalau begitu aku panggil kakak-kakak yang lain untuk pergi belanja bareng. Siapkan dompet kalian, ya. Aku sudah lama nggak pergi belanja, lho. Kalau sudah pergi belanja nanti, apa pun yang aku suka langsung kubeli.” Kedua kakak beradik itu mengangguk, dan Tommy menyahut, “Biasanya Kak Yohanna sibuk kerja, jadi nggak ada salahnya sesekali belanja. Anggap saja waktu untuk bersantai.” Di antara semua anggota keluarga Pangestu, Yohanna memiliki pekerjaan yang paling sibuk dan paling melelahkan. Sejauh yang bisa Tommy ingat, dia tidak pernah satu kali pun melihat kakaknya pergi berbelanja atau pergi berlibur. Setiap hari dia harus bekerja di kantor, menemui klien, dan pergi dinas ke luar kota. Bahkan di akhir pekan pun Yohanna belum bisa bersantai. Terkadang dia masih harus menemani partner bisnis bermain golf, memancing atau berenang. Namun, hanya partner bisnis penting yang bisa
“Oke! Nanti aku beliin Kakak baju baru,” ucap Tommy. Tommy sama sekali tidak kekurangan uang saku. Ketika tahun baru tiba, para orang tua akan memberikan sejumlah uang yang dimasukkan ke dalam amplop merah. Sebagian yang itu Tommy serahkan kepada ibunya, dan sebagian lagi dia pakai sendiri untuk membeli barang apa pun yang dia inginkan. Dia juga sangat pandai dalam mencatat keuangannya, dia ingat untuk apa saja uangnya dipakai, atau barang-barang apa saja yang dia beli. Yohanna membungkukkan badannya sedikit dan mencubit pipi adiknya. Mata dan alisnya membentuk setengah lingkaran seperti sedang tersenyum. “Kamu belajar yang benar dan harus nurut sama aku saja aku sudah senang. Nggak perlu beliin aku baju baru. Aku punya uang untuk beli baju baru sendiri.” Di lemari baju Yohanna masih banyak baju baru yang bahkan belum sempat dia kenakan. Biasanya dia sehari-hari mengenakan jas kerja, dan hanya mengenakan pakaian santainya di akhir pekan atau ketika sedang beristirahat di rumah. Ibu
Yohanna tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia langsung keluar dari dapur dan duduk kembali ke sofanya semula. Risa tetap memberikan beberapa camilan yang ada dan berkata, “Yohanna, kalau sudah lapar banget, makan saja sedikit. Yang ini nggak terlalu manis. Koki yang biasa tahu kamu nggak suka manis, jadi gulanya dikurangi.” “Selama aku nggak di rumah, dia pasti bikin sesuai sama selera kalian. Aku nggak bisa makan,” balas yohanna. “Nggak terlalu manis pun aku tetap nggak suka.” Bukan hanya perkara tingkat kemanisan saja, tetapi Yohanna memang tidak suka segala jenis dessert yang dibuat oleh kokinya. “Gimana kalau makan biskuit saja?” tanya Risa khawatir seraya menyodorkan bungkusan biskuit kepadanya. “Atau makan buah juga boleh. Di rumah ada buah yang kamu bisa makan. Dijamin masih segar.” “Nggak usah, Ma. Mama duduk saja, nggak perlu kasih aku ini itu. Setengah jam lagi sup yang Ronny buat sudah jadi. Aku tunggu saja.” Yohanna tidak suka makan buah di saat perut kosong. Biasanya di
Ada sih ada saja, tetapi Yohanna tidak tertarik kepada mereka. Yohanna merasa dia punya selera yang cukup tinggi. “Ma, sudahlah, nggak usah bahas beginian lagi. Aku lapar, aku mau lihat apa ada camilan untuk ganjal perut.” Yohanna pun beranjak dari tempat duduknya karena sudah tidak ingin lagi membicarakan topik tentang pernikahan dengan ibunya. “Selama kamu dan Ronny pergi, dessert yang ada di rumah dibuat sama koki yang satu lagi. Dessert buatan dia terlalu manis buat kamu. Kamu pasti nggak bakal suka,” kata Risa. Walau begitu, anggota keluarga lainnya semua pada suka. Hanya Yohanna saja yang tidak suka. Yohanna masih bisa makan dessert buatan Ronny walaupun tidak terlalu banyak. Ronny mengaku dia tidak begitu pandai dalam membuat makanan manis. Risa pernah mencoba dessert buatan Ronny,dan memang tingkat kemanisannya tidak setinggi koki yang biasa, dan tingkat kelembutannya juga sedikit lebih baik. Mungkin karena itu, Yohanna masih bisa menikmati dessert buatan Ronny. Yohanna pu