“Papa, aku sudah rapikan dan sudah dicek juga. Nggak ada yang ketinggalan,” jawab Russel. Dia tidak menyadari kalau ayahnya sengaja lelet karena tidak ingin dia cepat-cepat dijemput. “Kalau ada yang ketinggalan juga nggak apa-apa, aku bisa datang lagi menemani Papa. Bukannya Papa sendiri yang bilang, ini selamanya jadi rumahku?” Kalaupun Russel meninggalkan barangnya di rumah ini, dia masih bisa datang lagi di lain waktu. Rumah ibunya adalah rumahnya, dan rumah ayahnya adalah rumahnya juga. Dengan nada lembut Roni menyahut, “Iya, rumah ini selamanya adalah rumah kamu. Selama Papa masih ada, rumah ini akan selalu terbuka untuk kamu. Russel, kamu temani Nenek nonton TV saja dulu. Sebentar lagi Papa selesai. Kakek Nenek sudah belikan kamu makanan untuk nanti kamu bawa pulang.” Russel tidak pernah merasa kekurangan hidup bersama dengan ibu kandung dan ayah tirinya. Akan tetapi dia tetap bisa menghargai apa yang kakek neneknya berikan. Roni berharap Russel bisa akrab dengan kakek nenekn
Di hari itu juga Samuel langsung memesan tiket pesawat pulang ke Mambera. Hari itu bertepatan dengan waktunya Odelina dan Daniel menjemput Russel dari rumahnya Roni. Russel hanya menginap di sana selama dua hari, tetapi setiap hari Daniel selalu meminta waktu setiap satu atau dua jam sekali untuk video call. Demi bisa mengobrol dengan Russel, Daniel sampai mengesampingkan gengsinya dan mengikuti Roni di media sosial agar lebih mudah melakukan video call. Lalu Daniel juga tentu saja tidak lupa untuk mengunggah setiap momen mesranya dengan Odelina agar Roni bisa melihat dan membuatnya iri. Sementara itu di rumahnya, Roni sedang merapikan pakaian Russel sengaja dengan gerakan selambat mungkin agar Russel terus berada di dekatnya lebih lama. Biar saja Daniel menunggu di bawah. Daniel bersikeras ingin menjemput Russel bersama dengan Odelina, tetapi dia tidak mau naik dan lebih memilih untuk menunggu Roni turun. Odelina sendiri juga tidak mau masuk ke rumah mereka. Dia memilih untuk menun
Katarina terdiam sejenak, dan berkata, “Aku juga nggak tahu. Kalau bukan Samuel yang bilang, aku nggak tahu apa-apa. Aku pernah ketemu dan ngobrol sama Nenek Sarah waktu itu ikut guruku bertamu ke keluarga Adhitama. Nenek Sarah itu orangnya baik, aku bisa asyik ngobrol sama dia tanpa merasa tertekan. Kalau cuma lihat luarnya saja, nggak kelihatan kalau ternyata dia sehebat itu. Pantas saja sampai anggota keluarga Ardaba juga hormat sama dia, bahkan guruku juga nggak berani bertingkah di depan dia. Guruku bilang waktu masih muda, Nenek Sarah itu hebat banget. Dia berperan banyak dalam terbentuknya keluarga Adhitama yang sekarang. Dari delapan cucu yang Nenek Sarah sama suaminya rawat saja sudah kelihatan betapa hebatnya mereka.” Pauline menyahut, “Mereka bukannya sembilan bersaudara?” “Yang paling kecil, Sandy, dibesarkan sama orang tua dan kakak-kakaknya. Nenek Sarah cuma sebatas kasih arahan saja, jadi nggak bisa dibilang dia juga dibesarkan sama kakek neneknya,” balas Katarina. Sa
Samuel curiga kalau Katarina adalah Rubah. Jika benar mereka adalah satu orang yang sama, maka benar seumur hidup ini dia hanya pernah mendekati Katarina. “Dia nggak apa-apa, ‘kan, habis kedinginan di luar setengah jam?” tanya Andre. Pauline menjawab, “Katarina sudah minta pelayan bikin sup jahe. Aku tahu dia nggak bisa makan pedas, jadi aku sengaja tambahkan jahenya yang banyak biar dia kepedasan. Pelayan tadi bilang Katarina minta dia minum sampai habis baru boleh pulang.” Bahkan dengan sup yang begitu pedasnya, Samuel tetap menghabiskannya begitu diminta oleh Katarina untuk menjaga kehormatannya. Tampaknya Samuel ingin hubungan dia dan keluarga Doha membaik. “Masih keenakan buat dia,” ujar Andre. “....”“Katarina, jadi dia minta ketemu sama kamu untuk apa? Dia minta balikan lagi? Kalau begitu, jangan mau segampang itu memenuhi permintaan dia. Bikin dia mengejar kamu lagi dari awal. Paling nggak cobalah dua tahun, baru kamu terima. Biar dia belajar untuk menghargai kamu. Manusia
Setelah Samuel memutuskan untuk memohon kepada neneknya, dia pun tidak mau berlama-lama lagi di rumahnya Katarina. Namun atas permintaan Katarina, Samuel tetap menghabiskan sup jahenya. Katarina juga mengantar Samuel pergi sampai ke depan pintu gerbang rumahnya. “Samuel, jangan lupa periksa ke dokter. Makan obat yang benar, jangan sok kuat.” Katarina ikut sampai ke luar hanya untuk mengingatkan Samuel pergi ke dokter agar sakitnya tidak bertambah parah. Orang yang biasanya sehat-sehat saja begitu jatuh sakit pasti akan parah. “Aku tahu badanku sendiri. Aku pasti bakal berobat begitu merasa nggak enak badan. Kamu nggak usah khawatir. Kalaupun aku sakit gara-gara hari ini, ini ulahku sendiri. Aku nggak mungkin menyalahkan kamu.” Samuel mengira Katarina takut dia akan menyalahkan ayahnya. Di luar itu, dia tidak berani berharap apa-apa. “Aku titip salam untuk Nenek Sarah dan Olivia, ya. Kalau anaknya Olivia sudah lahir, nanti aku main ke sana.” Katarina sudah menyiapkan hadiah untuk
Kamu nggak ada niat untuk menyerah dan terus mengejar dia, ya? Aku mau tahu, sebenarnya dalam hal apa dia lebih baik dariku?” Ketika Katarina mengubah identitasnya, Samuel cinta mati kepadanya. Lantas, Katarina ingin tahu apakah Samuel bisa mencintai Katarina apa adanya jika Katarina menunjukkan wajah aslinya? “Katarina, kamu terlalu baik. Sungguh, aku merasa nggak pantas untuk kamu,” kata Samuel dengan hati yang tulus. “Rubah bukan lebih baik dari kamu. Aku juga nggak tahu kenapa aku begitu mencintai Rubah. Mungkin karena aku berulang kali mengalami mimpi yang sama. Di mimpi itu, orang yang selalu berhubungan denganku itu adalah si Rubah. Sebelum aku dengan sadar mendekati kamu, aku sudah berkali-kali memimpikan dia. Akhirnya aku benar-benar ketemu langsung dengan si Rubah. Aku jadi berpikir, apa alasan yang bikin aku nggak jatuh cinta sama kamu, melainkan si Rubah, karena di mimpiku, aku jatuh cinta sama si Rubah. Hal yang wajar mimpi jadi kenyataan.” “....” “Sebenarnya aku baru