Tiba-tiba saja, muncul dua orang yang menghampiri kedua pegawai keluarga Adhitama sambil membawa kursi dan makanan. Salah satu di antaranya berkata, “Bu Fenny mengatakan kalau kalian sudah bekerja keras. Beliau meminta kami membawakan makanan dan kursi agar kalian bisa makan malam. Kalian bisa terus berjaga di sini. Kailan akan di bayar perjam dengan harga setara bayaran perhari.”Kedua pegawai itu langsung tersenyum lalu berkata, “Terima kasih, kami senang melaksanakan pekerjaan ini.”Kedua pegawai perempuan yang bernama Dina dan Rima bekerja di ladang bunga yang ada di kaki gunung. Mereka mengasah kemampuan bela diri mereka di sana dengan baik. Oleh karena itu, tidak sulit bagi mereka untuk menghadapi gadis kecil seperti Giselle. Mereka sangat senang ketika mengerjakan pekerjaan ini karena jauh lebih mudah daripada pekerjaan di ladang bunga. Bahkan Fenny juga memberikan gaji yang jauh lebih tinggi kepada mereka. bayaran satu jam setara dengan bayaran mereka satu hari penuh. Mereka
Giselle menyipitkan matanya cukup lama untuk memastikan mobil itu adalah mobil mewah yang biasa digunakan anggota keluarga Adhitama. Giselle langsung bersemangat dan bergegas berlari ke tengah jalan hendak menghadang laju mobil itu tanpa rasa takut. Satu-satunya anggota keluarga Adhitama yang ditakutinya hanyalah Stefan. Mobil Stefan biasanya muncul bersama beberapa mobil lainnya. Namun, mobil yang muncul saat ini hanyalah satu, jadi mobil itu pastinya bukanlah mobil Stefan. Giselle dengan penuh percaya diri berdiri di tengah jalan hendak menghadang laju mobil tersebut. Sampai akhirnya, mobil hitam itu berhenti 10 meter di depan Giselle. Rosalina membuka jendela mobil lalu menjulurkan kepalanya keluar. Dia tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang menghadang laju mobilnya. Namun, dia bisa menebak kalau orang itu adalah Giselle. “Rosalina, akhirnya kamu datang juga. Turun dan berikan aku uang sekarang juga. Kamu sudah merampas harta orang tuaku dan melarangku untuk tinggal di rumah
Orang yang berada di ujung telepon lainnya langsung menutup telepon Giselle. Giselle sangat marah hingga dia ingin membanting ponselnya. Dia sudah mengangkat tangannya, tapi dia menurunkan tangannya kembali sambil berkata pada dirinya tidak boleh merusak ponselnya hanya karena Rosalina. Terserah mereka mau datang atau tidak. Akan ada saatnya mereka menyesalinya.Giselle berlari ke depan pintu vila. Dia hendak berteriak, tapi dia melihat Rosalina keluar. Rosalina tidak sendiri, ada Calvin yang menemaninya. Sejak awal Giselle sudah jatuh cinta pada pria itu. Sebelum kejadian yang menimpa keluarganya, Sinta, ibunya Giselle, bahkan sempat membuat rencana untuk menjodohkan Giselle dan Calvin.Pada akhirnya, Calvin menjadi milik Rosalina. Giselle sangat iri dan cemburu. Terutama setiap kali dia memikirkan nasibnya yang sangat bertolak belakang dengan Rosalina, dia hanya bisa menjadi simpanan Lota. Giselle pun menjadi semakin cemburu pada Rosalina.“Rosalina, akhirnya kamu keluar juga. Aku ki
Giselle memperkirakan jumlah semua uang di depan matanya itu kurang dari dua juta. Giselle sangat marah. Dia pun langsung menelepon Rosalina dan memarahinya.“Rosalina, apa maksudmu? Aku suruh kamu beri uang. Kamu juga nggak bisa hina orang dengan cara seperti ini. Kamu kira kamu usir pengemis? Sekalipun kamu usir pengemis, pengemis pun nggak mau uang yang kamu berikan ini.”“Bukannya kamu suruh aku beri kamu uang makan? Ya itu uang makan. Uang pecahan seribu juga tetap uang. Kamu coba hitung. Setelah ditotalkan, seharusnya ada dua juta lebih. Kamu makan makanan siap saji di luar paling hanya dua puluh ribu. Cukuplah untuk kamu makan,” kata Rosalina dengan dingin.“Kalau kamu beli sayur dan masak sendiri, uang makanmu itu bisa tahan lebih lama lagi. Mama mertuaku yang suruh semua orang di vila keluarkan semua uang di dompet mereka, baru bisa terkumpul uang sebanyak itu untuk kamu. Kamu harus berterima kasih pada mama mertuaku. Kalau aku, aku nggak akan peduli kamu punya uang untuk maka
“Kalau aku jadi kamu, aku nggak akan beri dia sepeser pun,” kata Calvin.“Dia nggak kerja, tapi pakai uang boros sekali. Mungkin, dia benar-benar nggak punya uang lagi. Kasih dia beberapa ratus ribu saja sudah cukup. Yang penting dia nggak mati kelaparan. Jangan biarkan dia langsung mati kelaparan. Biarkan dia tetap hidup dan lihat kehidupanku yang semakin baik dan bahagia,” ujar Rosalina.“Giselle iri dan benci padaku, karena dia pernah ingin menikah denganmu. Sebelum aku kenal kamu, aku pernah dia diskusi sama mamaku, putra keluarga Adhitama mana yang paling cocok dengannya. Setelah diskusi lama, kamu yang jadi targetnya. Dia masih muda, energik dan manja. Mamaku sudah tetapkan kamu yang akan jadi suami Giselle. Giselle pun kira dia pasti bisa menikah denganmu dan menjadi menantu keluarga Adhitama. Semua perhatiannya pun tertuju padamu. Jadi sekarang dia sangat benci padaku.”Rosalina tertawa pelan. “Semakin dia benci aku, semakin aku ingin dia tetap hidup. Biarkan dia kesal setengah
“Papa dan Mama baik banget sama aku. Aku benar-benar ingin cepat punya anak. Kelihatan jelas, mereka sangat suka anak-anak. Mereka ingin segera punya cucu.”Rosalina berkata sambil mengelus perutnya yang datar. Karena dia tahu dia tidak akan mudah hamil, Calvin sangat ganas di malam hari. Jika Rosalina seperti perempuan lainnya, dengan kerja keras Calvin, dia mungkin akan hamil dalam waktu sebulan setelah menikah. Sama seperti Junia.“Nggak perlu terburu-buru. Lagi pula, kita masih muda. Kita juga belum adakan resepsi pernikahan. Jaga kesehatan dulu. Kita hidup berdua dulu selama beberapa tahun. Biar yang lain pada iri sama kita.”Calvin sungguh tidak terburu-buru untuk punya anak. Sekalipun tidak ada masalah dengan kesehatan Rosalina, dia juga tidak berencana punya anak terlalu cepat. Paling cepat, setahun setelah menikah dia baru akan mempertimbangkan untuk punya anak.“Sayang, aku nggak takut apa yang akan kamu katakan setelah dengar omonganku. Sebenarnya, anak-anak itu nggak menyen
“Sandy sebentar lagi libur musim dingin. Kalau dia sudah libur, kalian ajak dia pergi jalan-jalan, biar dia santai sejenak. Anak sekolahan sekarang banyak tekanan juga, loh.”Sejauh yang Rosalina tahu, nilai Sandy sangat bagus. Selama Sandy ujian masuk perguruan tingginya lancar, Sandy bebas memilih banyak universitas-universitas ternama.“Dia masih harus les. Setelah dia pulang untuk liburan, beberapa hari lagi Tahun Baru. Ya sudah, ada kakak iparnya yang bela dia. Tunggu dia pulang, kita bawa dia pergi jalan-jalan sepuasnya.”Saat membicarakan soal jalan-jalan, Calvin pun bertanya dengan antusias, “Sayang, kamu mau pergi ke daerah bagian utara untuk lihat salju nggak? Kamu pernah lihat salju sungguhan, nggak?”“Nggak pernah, tapi pernah rasakan dinginnya cuaca di utara. Dulu Tante pernah bawa aku ke mana-mana untuk berobat. Aku pernah pergi ke beberapa kota di utara. Tapi saat itu aku nggak bisa lihat, jadi nggak pernah lihat salju.”Sebelum Rosalina kehilangan penglihatannya, tempat
Lukas pindah tempat duduk. Dia bahkan menepuk tempat kosong di sampingnya, sebagai isyarat agar Calvin duduk di sebelahnya.Calvin duduk dan melihat kotak besar di depan ibunya, lalu dia bertanya kepada ayahnya dengan suara pelan, “Pa, mamaku mau kasih apa lagi ke istriku?”“Satu set perhiasan dari harta sesannya. Perhiasan bergaya retro. Mamamu pernah pakai saat dia masih muda. Habis itu dia simpan terus sampai sekarang. Malam ini dia baru teringat. Dia langsung ambil perhiasan itu. Perhiasan itu cocok untuk istrimu. Rosalina tinggi dan punya aura seorang bangsawan. Cocok untuk pakai perhiasan itu.”Calvin tertawa pelan. “Mama sudah kasih beberapa set perhiasan dari harta sesannya ke Rosalina. Masih saja kasih. Aku masih punya dua adik. Kelak Mama masih akan punya dua menantu lagi.”Setiap kali ada barang bagus, Fenny akan memberikannya kepada Rosalina. Tentu saja Calvin sangat senang ibunya sayang pada istrinya. Namun, tetap harus disisakan untuk kedua adik iparnya kelak. Kalau tidak
Olivia pun berkata, “Kita mungkin belum bisa membuktikannya. Tapi, pastinya akan ada celah kalau memang dia benar-benar sedang menyamar.”“Rebecca nggak mengenal adikmu ataupun Lisa Brata, jadi dia nggak bisa membantu kita untuk membuktikannya.”Rosalina langsung mengangguk lalu berkata, “Kalau begitu, kita hanya bisa menunggu untuk mendapatkan bukti penyamarannya. Aku merasa kalau Lisa Brata memiliki maksud tertentu sekaligus ingin menjadikanmu targetnya. Aku saja jarang sekali bisa bertemu dengannya, tapi anehnya kamu sering sekali bisa bertemu dengannya.”“Apa kamu pernah melihat saudara iparnya ketika kamu mengantar Russel?”Olivia pun berkata, “Aku belum pernah melihatnya. Dia selalu bilang kalau adik iparnya belum keluar atau adik iparnya baru saja masuk. Aku nggak tahu, dia berbohong atau nggak. Lain kali, aku akan bersembunyi di dalam mobil dan memperhatikannya dari jauh. Aku mau tahu, apa benar dia mengantar dan menjemput adik iparnya?”“Oh iya, apa ada masalah di perusahaanmu
Olivia keluar dari kantor sambil membawa tas di tangannya. Berbagai macam jenis mobil mewah terparkir di sekolah Russel sesampainya Olivia di sana setelah berkendara selama 15 menit dari perusahaannya.Taman kanak-kanak di mana Russel bersekolah adalah taman kanak-kanak terbaik di Mambera. Hanya anak-anak yang berasal dari keluarga kaya raya saja yang bisa bersekolah di sana. Taman kanak-kanak itu tampak seperti sebuah toko mobil mewah setiap harinya setiap kali jam pulang sekolah. Olivia turun dari mobil lalu berjalan menuju pintu gerbang dan memberikan kartu jemput kepada seorang guru. Kemudian dia menunggu Russel keluar dari sekolah sambil melihat ke sekelilingnya dan dia tidak berhasil menemukan Lisa Brata di sana. Dia juga tidak melihat perempuan itu ketika dia mengantar Russel pagi ini. Padahal Olivia sering sekali melihat Lisa Brata di sekolah ini, tapi tiba-tiba hari ini perempuan itu tidak terlihat. Akhirnya, Olivia pun berpikir kalau mungkin saja dirinya dan Rosalina sudah
“Devina, kamu sudah mau menikah, belum? Aku bisa memperkenalkanmu sama laki-laki yang bisa menjamin kebahagiaanmu seumur hidup, loh,” ujar Amelia dengan nada bercanda. Devina adalah sekretaris Olivia. Dia baru lulus universitas dan belum lama ini menjadi sekretaris Olivia. Devina tersenyum lalu berkata, “Terima kasih atas tawaranmu, Bu Amelia. Saya sudah punya pacar sejak kuliah dan hubungan kami juga cukup baik.”“Pacarmu kerja di mana?” tanya Amelia penasaran. “Dia baru saja masuk di sebuah perusahaan kecil. Saya juga kurang tahu, apa dia bisa bertahan lama di sana? Dia bilang kalau gajinya lebih kecil daripada gaji saya,” jawab Devina dengan raut wajah yang berubah sedikit sedih. Dia dan kekasihnya memiliki hubungan yang cukup baik. Namun, kekasihnya selalu membandingkan pekerjaan dan penghasilan mereka. Kekasihnya selalu merasa kalau pendapatannya seharusnya tidak boleh lebih rendah dari Devina. Karena hal itu adalah hal yang sangat memalukan bagi seorang laki-laki. Namun, Dev
“Mereka sudah masuk ke dunia masyarakat dan juga mengurus usaha keluarga serta usaha sendiri. Siapa yang nggak berhasil? Siapa tahu mereka benaran nggak tertarik dengan harta kita.”“Kalau begitu aku sisakan untuk cucuku,” ujar Dewi.Sama seperti mertuanya. Dia memberikan hartanya pada para anak dan istri mereka ketika putranya sudah menikah. Namun, mereka hanya menerima perhiasan dari mertuanya, selebihnya tidak akan diterima. Sisanya biarkan saja mertuanya itu habiskan dengan sesuka hati.Dia dikelilingi oleh anak dan cucu, semuanya berbakti kepadanya. Hanya dari kasih sayang mereka saja, nenek ini sudah tidak akan kekurangan, tetapi dia memilih untuk menggunakan uang itu untuk berinvestasi.Sebagai nenek yang berhasil mendidik cucu sehebat Stefan, semua investasi yang dia lakukan tidak pernah rugi. Hasilnya, kekayaan pribadinya semakin lama semakin bertambah.Nenek sudah mengatakan bahwa di masa depan, semua itu akan diwariskan kepada sembilan cucunya. Cucu tertua, Stefan, akan men
Dewi tidak pernah memerhatikan perusahaan menantunya sebesar apa. Dia hanya tahu usaha sayuran dan buah-buahan menantunya sudah stabil. Banyak bekerja sama dengan banyak hotel besar, sekolah dan juga perusahaan.Dia juga tahu Olivia sangat mementingkan kualitas dari sayurannya. Sebisa mungkin dia menggunakan pupuk organik. Dia mengumpulkan pupuk organik dari mana pun. Penggunaan pestisida juga diusahakan seminimal mungkin. Kalau bisa tidak menggunakan pestisida, maka dia tidak akan menggunakannya.Orang yang bertanggung jawab mengelola sayurannya juga memiliki pengalaman lebih dari sepuluh tahun dalam bertani.Olivia berkata bahwa sayuran di perusahaannya harus memasok kantin di berbagai universitas. Mahasiswa adalah tunas bangsa dari masa depan negara. Dia tidak bisa merugikan mereka hanya demi uang sehingga harus memastikan mahasiswa yang memakannya akan makan dengan tenang.Jika dia pergi ke kebun, dia juga akan memetik beberapa sayur untuk dibawa pulang dan dimakan. Sebagai pemili
"Tentu saja akan mirip dengan mereka berdua, itu anak mereka. Lagipula, jangan sering-sering bilang soal cucu laki-laki di rumah. Kalau mamamu dengar, bisa dimarahi habis-habisan. Dia itu inginnya punya cicit perempuan," ujar Dewi.Handi menanggapi, "Memangnya itu bisa terjadi seperti yang dia inginkan? Aku berani jamin, bayi di perut Olivia pasti laki-laki, cucu pertama kita. Aku nggak masalah apakah cucu itu laki-laki atau perempuan, tapi cucu pertama, itu adalah permata hatiku." "Nanti kita tinggal menikmati masa tua sambil bermain dengan cucu-cucu." "Bagaimanapun, katanya Stefan dan Olivia punya nasib memiliki anak lelaki dan perempuan. Apa yang memang sudah digariskan, pasti akan terjadi. Kita pasti akan punya cucu perempuan juga nantinya. Kalau anak pertama mereka laki-laki, beberapa tahun lagi mereka bisa mencoba lagi untuk anak kedua. Siapa tahu nanti mereka punya anak laki-laki dan perempuan," tambah Handi. Dewi sendiri tidak terlalu peduli apakah cucu pertama mereka laki-l
Ronny terdiam sejenak dan berkata, “Pekerja biasa nggak punya pilihan. Mungkin tahun ini aku nggak bisa pulang untuk merayakan Tahun Baru." Wajah Dewi seketika menggelap. Putranya merupakan seorang tuan muda malah menjadi pekerja biasa."Kalau kamu nggak pulang untuk Tahun Baru, kamu sendiri yang harus bicara dengan nenekmu, ya," ujar Dewi sambil mengomel, "Mama benar-benar nggak tahu apa yang ada di pikiranmu. Tahun Baru sudah dekat, tapi kamu malah pergi sejauh itu. Bahkan nggak tahu kapan bisa kembali." Sesuai apa yang dikatakan anaknya, sekarang pemuda sudah menjadi pekerja biasa, tidak punya pilihan. bukan lagi bisa datang dan pergi semaunya. "Oh iya, apakah di keluarga Pangestu hanya ada satu koki? Kalau ada beberapa, kalian bisa bergiliran libur. Waktu Tahun Baru, ambil saja cuti tahunan. Meski pekerja biasa, tetap ada cuti tahunan, ‘kan? Lihat saja pekerja kita di rumah. Kalau mereka ingin pulang untuk Tahun Baru, cukup bilang ke Pak Joni lebih awal, dia pasti mengatur semua
Olivia juga merasa percaya diri dan tidak merasa rendah hanya karena latar belakang keluarganya.Dengan pandangan sebagai nyonya rumah saat ini, Dewi merasa bahwa Olivia kelak juga akan menjadi nyonya rumah yang layak. Tentu saja, dia tidak ingin penerus yang dia bimbing dengan susah payah ini nantinya ditindas oleh menantu kedua.Entah sudah berapa kali Dewi mengeluhkan ibunya dalam hati. Selain Olivia, semua calon menantu yang dipilih oleh mertuanya itu masing-masing lebih hebat daripada yang lainnya. Hal ini memberikan tekanan besar bagi Olivia.Sebagai seorang ibu, Dewi tentu merasa kasihan kepada menantunya yang menghadapi tekanan besar seperti itu."Belum, besok sore baru uji coba kedua. Pak Jaka khawatir kalau aku tinggal di luar, mungkin ada yang berniat jahat, jadi dia menjemputku untuk tinggal semalam di dalam area rumah keluarga Pangestu. Kalau nanti aku diterima, tempat ini juga akan menjadi tempat tinggalku," jelas Ronny."Ibu, meskipun tempat tinggalnya sedikit kecil, tet
“Ingat buat daftar bahan-bahan yang kamu butuhkan untuk masakanmu besok dan kirimkan ke saya,” ujar Pak Jaka sebelum pergi.“Baik.”Ronny berdiri di pintu dan menatap kepergian Pak Jaka. Setelah sosok lelaki itu menghilang dari pandangan, pemuda itu baru masuk ke dalam kamar. Tempat tinggal yang disediakan untuknya berupa apartemen satu kamar tidur, satu ruang tamu, satu dapur, satu kamar mandi, dan satu balkon. Luasnya sekitar 70 meter persegi. Bagi Ronny yang terbiasa tinggal di rumah besar, apartemen ini terasa tidak terlalu luas, tetapi bagi orang biasa, kondisi tempat tinggal ini sudah sangat baik. Di dalamnya, semua perlengkapan hidup sudah tersedia, dan semuanya dalam kondisi baru. Ronny mengeluarkan ponselnya dan merekam video dari pintu masuk apartemen hingga ke balkon, lalu mengirimkan video itu ke grup keluarga. Dia juga menulis pesan di grup, "Ini adalah apartemen yang disediakan keluarga Pangestu untuk para koki mereka. Kondisinya cukup bagus." Bahkan bisa dibandingkan