Setelah mengetahui kekejaman Lota, para simpanannya kini jadi lebih tahu diri. Selama Lota memberi mereka uang, itu saja sudah cukup. Mereka tidak berani berharap bisa menggantikan posisi istrinya. Juga tidak akan berharap punya anak agar bisa mendapatkan harta Lota. Mereka takut setelah mendapatkan harta Lota, mereka malah tidak punya nyawa untuk menikmatinya.Bukan berarti Lota tidak punya anak di luar pernikahannya dengan istri pertamanya. Selain tiga putra dan satu putri dari istrinya, Lota memiliki satu putra dan satu putri dari dua simpanan yang sangat Lota sukai dan sangat patuh. Karena Lota sangat menyukai mereka. Mereka tidak hanya patuh, mereka juga sangat membantu Lota. Mereka telah memberi Lota bantuan dalam masalah besar beberapa tahun yang lalu.Oleh karena itu, Lota mengizinkan mereka punya anak darinya. Lota memberi mereka masing-masing satu anak. Dengan begitu, mereka punya seseorang yang bisa diandalkan kelak.Bukan karena istri Lota begitu hebat sehingga simpanan sua
Malam berlalu dengan tenang. Keesokan harinya, di pagi hari. Rosalina yang belum bangun merasa dingin. Secara naluriah, dia masuk ke pelukan pria di sebelahnya.Pagi hari di vila terasa jauh lebih dingin dibandingkan di kota. Keduanya tidak menutup jendela, hanya menutup tirai tebal. Oleh karena itu, udara pagi yang dingin masuk ke dalam kamar. Rosalina merasa dingin.Di luar sedang hujan. Hujan yang turun di musim dingin membuat suhu menurun. Orang Kota Mambera akhirnya bisa merasakan datangnya musim dingin.Beberapa saat yang lalu, cuaca dingin selama seminggu. Kemudian, cuaca menjadi hangat. Cuaca akhir-akhir ini cerah di siang hari, rasanya panas seperti sedang musim panas. Namun cepat atau lambat, mereka harus memakai jaket tipis.Sekarang hujan turun, membuat orang merasa kedinginan. Calvin bahkan belum membuka matanya. Dia mengulurkan tangannya untuk memeluk istri tercinta yang merangkak ke dalam pelukannya. Kemudian, Calvin menarik selimut semakin ke atas.Beberapa menit kemudi
Rosalina terdiam selama beberapa saat lalu berkata, “Mungkin, sebenarnya aku tidak ingin melibatkanmu dalam perselisihanku dengan saudara perempuanku. Aku tidak melihatmu ikut turun tangan dalam mimpiku.”Calvin menarik tubuh Rosalina mendekat lalu berkata, “Kamu tidak menempatkanku di posisi pertama dalam hatimu. Makanya, kamu nggak pernah memikirkanku ketika kamu menemui masalah. Kamu selalu saja teringat dengan Kak Doni, benar kan?”“Masalah ini lagi. Kamu selalu saja cemburu sama Kak Doni. Lagi pula, Kak Doni sudah menikah. Lebih baik, kamu jangan mengatakan hal seperti ini lagi. Karena kata-katamu ini bisa mempengaruhi pernikahan orang lain,” ujar Rosalina pasrah setelah mendengar Calvin yang kembali cemburu kepada Doni. Lagi pula, Rosalina sudah menjelaskan kepada Calvin tentang hubungannya dengan Kak Doni berkali-kali, tapi Calvin tetap saja cemburu kepada laki-laki itu. Anehnya, Calvin selalu saja memanggil Kak Doni dengan hangat dan mesra. “Aku tumbuh di lingkungan yang memb
“Oke,” balas Calvin lembut. Pasangan itu berjalan menuju ruang makan. Hujan mulai mereda setelah mereka selesai sarapan dengan udara yang masih cukup dingin. Calvin khawatir istrinya kedinginan, jadi dia bergegas ke lantai atas untuk mengambilkan mantel untuk Rosalina. Dia memaksa Rosalina untuk mengenakan mantel itu. Kemudian mereka keluar rumah dan kembali ke kota. “Sayang, bawa aku ke toko bunga saja. Aku mau ke sana dulu dan pulang nanti siang,” pinta Rosalina. Calvin langsung mengangguk seraya berkata, “Hari ini hujan dan cuaca cukup dingin, jadi penjualan di toko bunga mungkin kurang baik. Jadi sepertinya, lebih baik kamu pulang dan beristirahat di rumah.”Rosalina biasanya, tidak pergi ke toko dan lebih memilih untuk bekerja dari rumah. Rosalina baru akan keluar rumah ataupun bekerja di kantor, apabila ada rapat penting atau dia harus bertemu dengan bos besar untuk mendiskusikan pekerjaan. Selain semua itu, dia biasanya tidak perlu datang ke perusahaan. Lagi pula, semua urus
Junia pernah mengatakan kalau terkadang laki-laki harus dirayu dan diberi hadiah. Dengan begitu, mereka akan merasa bahagia dan bekerja lebih keras untuk menghasilkan lebih banyak uang yang nantinya akan diberikan kepada istri mereka untuk melakukan perawatan agar semakin cantik. Rosalina merasa kalau Junia sangat pandai dalam mengendalikan suaminya. Oleh karena itu, Rosalina dan Olivia ingin belajar banyak dari Junia. Olivia mengatakan kalau Junia sangat suka membaca novel roman setiap harinya dan mempraktikkannya di kehidupannya sehari-hari. Rosalina dulu juga suka membaca buku, tapi jarang sekali membaca novel. Karena dia lebih menyukai buku klasik. Namun, dia tidak bisa lagi menyelesaikan bacaannya ataupun membaca buku favoritnya setelah dia buta. Sebenarnya, ada sekolah untuk anak tunanetra. Namun, ibunya tidak memasukkannya ke sekolah itu. Paman sekaligus ayah tirinya mungkin terlihat lebih peduli padanya. Padahal nyatanya, dia sama sekali tidak peduli dengan hidup Rosalina. O
“Nenek moyang keluarga kami pasti akan tertawa bahagia di surga sana kalau saja ada anggota keluarga Adhitama yang bisa melahirkan anak perempuan.”Reiki sempat terdiam selama beberapa saat lalu berkata, “Nenek moyangmu pasti sudah tertawa bahagia sejak lama di surga sana.”“Aku cuma bermetafora,” balas Calvin iri.Calvin selalu berharap bisa memiliki anak kandung tidak lama setelah menikah. Dia tidak peduli anaknya laki-laki atau perempuan. Karena dia sudah merasa cukup puas dengan bisa menjadi seorang ayah. Namun, Calvin masih harus menyimpan mimpinya itu selama beberapa tahun ke depan karena tubuh Rosalina belum siap untuk hamil. Calvin berusaha untuk tidak memberikan tekanan kepada Rosalina dengan cara tidak menunjukkan rasa sukanya ketika melihat anak kecil. Lagi pula, mereka juga sudah cukup bahagia bisa hidup bersama seperti ini. Mereka berdua naik ke lantai atas dengan lift yang sama karena kantor mereka memang berada di lantai yang sama. Mereka berdua keluar lift bersamaan.
Om Choki memang sudah bisa menghasilkan uang sendiri. Namun, Tante Ati masih mengendalikan keuangan di keluarganya dan Om Choki tidak keberatan sama sekali. Junia tersenyum lalu berkata, “Aku sekarang sudah jarang mendengar Tante Ati memarahi Om.”Om Choki langsung memberi isyarat agar Junia diam lalu berkata, “Junia, kamu jangan bicarakan hal seperti itu keras-keras. Telinga istriku sangat tajam. Nanti, kamu akan dengar dia marah-marah lagi kalau dengar omonganmu itu.”Junia dan Olivia langsung menutup mulut mereka sambil tertawa. “Aku balik kerja dulu, ya,” ujar Om Choki ceria. Olivia memperhatikan Om Choki pergi lalu berkata, “Aku iri sama Om Choki yang selalu saja terlihat ceria..”“Om Choki dan istrinya memiliki sebuah keluarga yang kehidupannya sangat harmonis. Walaupun mereka hanya memiliki bisnis kecil-kecilan, tapi mereka menjalani kehidupan yang cukup baik.”Junia meletakkan tasnya di tempat kasir lalu duduk. Kemudian dia melihat ada sekantong kue wijen yang cukup besar de
Olivia tersenyum lalu berkata, “Hal yang wajar kalau kamu bisa merasakan gerakan janin. Aku kadang juga bisa merasakannya, sekalipun nggak terlalu jelas.”Kemudian Olivia meminta izin kepada Junia untuk menyentuh perut Junia ketika hanya ada mereka berdua di dalam toko. Junia duduk di kursi kasir dan membiarkan Olivia menyentuh perutnya. Namun sayangnya, bayi di dalam perut Junia tidak merespons sentuhan Olivia.“Mungkin bayi ini sedang tidur. Aku bisa merasakannya setelah bangun tidur pagi ini. Bahkan Reiki juga bisa merasakannya yang langsung membuatnya terkejut. Mungkin bayi ini lelah karena tadi pagi sudah cukup lama berinteraksi dengan Reiki.”Olivia langsung tersenyum dan melepaskan tangannya dari perut Junia. Lagi pula, Olivia juga akan bisa merasakannya tidak lama lagi, jadi dia tidak perlu merasa iri dengan Junia.Suara langkah sepatu hak tinggi tiba-tiba saja terdengar dari luar toko diikuti dengan seorang perempuan yang berjalan masuk ke dalam toko. Perempuan itu adalah pere
“Terima kasih banyak atas perhatiannya, Non Yohanna. Nenekku sudah berumur 80 tahun lebih, tapi badannya masih segar bugar dan nggak masalah bepergian naik pesawat. Tapi masalahnya anggota keluargaku terlalu banyak, rasanya nggak enak kalau kami semua datang,” kata Ronny. “Atau begini saja, aku coba bilang ke mereka kalau tahun ini aku nggak pulang. Kurasa mereka pasti bisa mengerti.” Sebelum menginjakkan kaki di Aldimo, Ronny sudah memikirkan soal ini. Begitu pun dengan para senior di keluarga Adhitama yang juga sudah mempersiapkan diri andaikan Ronny tidak bisa pulang untuk melewati tahun baru bersama. Di tahun depan, Ronny berniat untuk membawa Yohanna ke pulang ke Mambera untuk mengurus pernikahan mereka. Nenek Sarah memberi waktu satu tahun kepada Rony dan saudara-saudaranya. selama mereka memperlakukan calon istri mereka dengan baik, satu tahun sudah cukup untuk meluluhkan hati seorang wanita. “Soal gaji kerja di libur tahun baru, Non Yohanna sesuaikan saja dengan hari kerjaku
Christian tidak bersuara saat dia ditendang oleh Tommy, tetapi raut wajahnya tidak bisa menutupi rasa sakitnya. Christian mengira Tommy memang ingin belajar,bukan karena paksaan dari kakaknya. Yohanna sangat tegas dalam mendidik mereka, bahkan lebih tegas dari guru-guru mereka di sekolah. Para senior di keluarga saja sampai tidak berani ikut campur ataupun berkomentar di hadapan Yohanna. Tommy melampiaskan kekecewaannya ke nafsu makan. Dia makan banyak sekali, sampai-sampai Yohanna harus menghentikannya karena khawatir akan sakit perut. Tommy sengaja ingin membuat diri sendiri kekenyangan sampai sakit perut, karena dengan begitu dia punya alasan untuk kabur dari tugasnya. Setelah makan, Yohanna berkata kepada Ronny, “Ronny, habis istirahat siang, kamu bikinin dessert untuk bocah-bocah, ya. Oh ya, sisain sedikit untuk Dira juga. Dia paling suka sama dessert buatan kamu. Nanti malam aku nggak makan di rumah, kamu bebas mau pulang atau tetap di sini. Oh ya, aku mau diskusi tentang jadw
Yohanna menyudahi percakapan dia dengan teman baiknya dan masuk ke ruang makan. Dua adik dan ibunya sudah duduk di tempat mereka masing-masing. Di depan mereka sudah tersedia semangkuk sup hangat yang menunggu untuk segera dinikmati. Di tempat duduk yang biasa Yohanna tempati juga sudah tersedia semangkuk sup, sama seperti yang diberikan untuk yang lain, yang disajikan langsung oleh Ronny. Setelah Ronny memanggil Yohanna untuk makan, dia langsung kembali ke dapur karena di dapur masih ada dua lauk lagi yang harus dia masak agar hidangannya lengkap. Seusai makan siang, Yohanna beristirahat sejenak karena sebentar lagi dia harus segera kembali ke kantor. Sejujurnya Ronny juga sedikit lelah, tetapi dia masih harus melayani tunangannya itu, dan baru bisa benar-benar beristirahat ketika Yohanna sudah berangkat kerja. Di malam harinya, jika Yohanna tidak makan di rumah, Ronny diberi kebebasan untuk bekerja atau terus beristirahat karena keluarga Pangestu masih memiliki koki yang lain untuk
“Bawa juga suami kamu biar dia nggak salah paham. Takutnya nanti dia pikir kamu datang ke rumahku untuk selingkuh.” “... oke. Aku bakal ajak dia juga. Aku mau lihat cowok kayak apa sih yang punya suara merdu begitu. Seharusnya nggak jelek, ‘kan?” Setelah sejenak terdiam, Yohanna membalas, “Kayaknya mending kamu nggak usah datang, deh. Takutnya kalau kamu datang dan ketemu dia, kamu bakal menyesal sudah menikah karena kamu sudah nggak bisa lagi ngejar-ngejar cowok ganteng.” “Wah, berarti dia pasti ganteng banget, nih. Aku jadi makin nggak sabar main ke rumah kamu. Bisa bikin kamu ngomong begitu berarti dia pasti punya muka yang menarik. Yohanna, kalau kamu sudah nggak mau pakai koki yang ini lagi, jangan lupa kabari aku, ya. Biar aku yang pakai dia. Selama ada koki ganteng di rumahku, aku nggak bakal pernah kelaparan lagi.” “Untuk sekarang, aku masih bisa makan masakannya dia, masih belum muak. Dia memang dari dulu hobinya memasak. Mungkin di zaman dulu dia sempat hidup jadi koki bu
Masalahnya, dengan harta dan kedudukan yang ketua kelas miliki sekarang pun, jarak antara dia dan Yohanna masih terlalu jauh. Yohanna berpikir sejenak dan menjawab, “Ketua kelas kita mukanya yang kayak gimana? Aku nggak ingat sama sekali.” Ketika masih bersekolah, ada banyak sekali kaum pria yang berusaha mendekati Yohanna, tetapi Yohanna sedikit pun tidak memiliki perasaan terhadap mereka. Jadi setiap hari dia hanya memasang wajah yang kaku dan dingin. Dari situ dia mendapat julukan “Ice Princess”, dan makin sedikit orang yang berani mendekatinya. Karena terlalu banyak pria yang menyukainya, Yohanna tidak ingat seperti apa wajah mereka semua. Itu karena Yohanna tahu, mereka bukanlah pria yang dia inginkan. Jadi tidak aneh jika Yohanna tidak ingat seperti apa paras ketua kelasnya. “... ketua kelas kita itu dianggap sebagai cowok terganteng di kelas. Masa kamu nggak ingat? Kita kan sekelas sama dia selama dua tahun, lho,” ujar Ruth. “Cowok yang sekelas sama aku selama dua tahun kan
“Sebentar lagi kan tahun baru, yang tua-tua setiap hari kerjanya telepon aku minta aku cepat pulang. Makanya sekarang aku sudah pulang.” Setelah Ruth menjawab pertanyaan Yohanna, sekarang gantian giliran dia yang bertanya, “Kamu kan baru pulang dari perjalanan bisnis, masa sudah langsung ke kantor lagi tanpa istirahat? Kamu terlalu keras kerjanya, kan kamu punya banyak adik-adik yang bisa bantu kamu. Bagi saja tugas kamu sebagian ke mereka. Jangan semuanya kamu tanggung sendiri. Nggak perlu bikin capek diri sendiri.” Ruth sangat memedulikan Yohanna. Mereka berdua adalah teman baik, tetapi semenak Yohanna mengambil alih bisnis keluarga, mereka jadi jarang bertemu karena Yohanna terlalu sibuk. Sering kali mereka hanya berhubungan melalui chat untuk tetap menjaga pertemanan. Untung saja mereka adalah teman sekelas sejak SD. dengan pertemanan yang sudah terjalin selama bertahun-tahun, tentu tidak akan putus hanya karena Yohanna sibuk bekerja. Yohanna juga sering menjalin hubungan kerja
Yohanna harus membahas masalah pendidikan adiknya dengan kedua orang tuanya. Dia hanya punya satu adik kandung, jadi dia akan sangat mementingkan pendidikan adiknya. Sesibuk apa pun pekerjaan Yohanna, dia akan selalu meluangkan waktu untuk bertanya tentang kegiatan belajar adiknya. Apabila Tommy melakukan kesalahan dan malah dimanja oleh orang tuanya, maka Yohanna yang mau tidak mau harus memarahinya. Tidak peduli Tommy menangis atau merengek manja, kalau sampai Yohanna tahu adiknya bersalah, dia akan memberi pelajaran tegas agar kesalahan itu tidak terulang lagi. Lalu Yohanna juga akan menyuruh Tommy untuk menuliskan apa saja kesalahannya di atas kertas. Apabila orang tua atau om tante juga melindungi Tommy, mereka juga harus ikut menulis kesalahan mereka. Lihat saja siapa yang masih berani melindungi Tommy ketika dia berbuat kenakalan. Namun tentu Yohanna tidak akan menegur jika Tommy melakukan kenakalan kecil yang masih bisa diterima. Sebagai anak kecil, khususnya anak lelaki, waj
Yohanna spontan tersenyum mendengar ucapan manis adik-adiknya. “Berhubung kalian berdua sudah berbaik hati, kalau begitu aku panggil kakak-kakak yang lain untuk pergi belanja bareng. Siapkan dompet kalian, ya. Aku sudah lama nggak pergi belanja, lho. Kalau sudah pergi belanja nanti, apa pun yang aku suka langsung kubeli.” Kedua kakak beradik itu mengangguk, dan Tommy menyahut, “Biasanya Kak Yohanna sibuk kerja, jadi nggak ada salahnya sesekali belanja. Anggap saja waktu untuk bersantai.” Di antara semua anggota keluarga Pangestu, Yohanna memiliki pekerjaan yang paling sibuk dan paling melelahkan. Sejauh yang bisa Tommy ingat, dia tidak pernah satu kali pun melihat kakaknya pergi berbelanja atau pergi berlibur. Setiap hari dia harus bekerja di kantor, menemui klien, dan pergi dinas ke luar kota. Bahkan di akhir pekan pun Yohanna belum bisa bersantai. Terkadang dia masih harus menemani partner bisnis bermain golf, memancing atau berenang. Namun, hanya partner bisnis penting yang bisa
“Oke! Nanti aku beliin Kakak baju baru,” ucap Tommy. Tommy sama sekali tidak kekurangan uang saku. Ketika tahun baru tiba, para orang tua akan memberikan sejumlah uang yang dimasukkan ke dalam amplop merah. Sebagian yang itu Tommy serahkan kepada ibunya, dan sebagian lagi dia pakai sendiri untuk membeli barang apa pun yang dia inginkan. Dia juga sangat pandai dalam mencatat keuangannya, dia ingat untuk apa saja uangnya dipakai, atau barang-barang apa saja yang dia beli. Yohanna membungkukkan badannya sedikit dan mencubit pipi adiknya. Mata dan alisnya membentuk setengah lingkaran seperti sedang tersenyum. “Kamu belajar yang benar dan harus nurut sama aku saja aku sudah senang. Nggak perlu beliin aku baju baru. Aku punya uang untuk beli baju baru sendiri.” Di lemari baju Yohanna masih banyak baju baru yang bahkan belum sempat dia kenakan. Biasanya dia sehari-hari mengenakan jas kerja, dan hanya mengenakan pakaian santainya di akhir pekan atau ketika sedang beristirahat di rumah. Ibu