Akan tetapi adik iparnya yang membantunya mencari info. Bahkan kemungkinan lelaki itu juga sempat meminta bantuan pada Daniel untuk jangan menagihnya dengan harga yang mahal.Uang 18 juta sebenarnya masih cukup besar bagi Odelina. Anggap saja sebagai sebuah pelajaran baginya agar lebih berhati-hati ketika di jalan. Dia tidak akan sanggup menggores mobil mewah lagi.“Adik ipar sudah mau balik?”“Iya, besok balik."“Ok, lusa Kakak dan kakak iparmu pergi lebih cepat. Kamu masak sendiri? Kakak bantuin kamu.”Odelina yang sudah hidup berdua saja dengan Olive membuat perempuan itu bisa melakukan semuanya. Hanya saja sekarang ada seorang bayi yang memerlukannya dan juga sudah tidak memiliki pendapatan membuat dirinya ditekan oleh suaminya untuk tetap di rumah menjadi ibu rumah tangga. Mereka berdua berteleponan sesaat dan setelah itu mengakhirinya.“Pak Stefan, kamu setiap malam selalu lembur?”“Kenapa?”“Sebentar lagi akhir pekan, nenek dan papa mama kamu mau datang untuk makan. Rumah kita t
Kemarin malam Olivia sengaja menunggu Stefan pulang dan bilang dengan lelaki itu untuk pergi membeli sayur pada hari Sabtu pagi. Perempuan itu juga menelepon nenek, karena tahu keluarga mertuanya yang datang membutuhkan tempat sekitar dua hingga tiga meja. Adik-adik Stefan semuanya juga akan datang.Maksud dari sang nenek karena dia dan Stefan sudah menikah dan sudah menjadi menantu dari keluarga Adhitama. Olivia harus bertemu dengan para anggota keluarga Adhitama yang lain agar mereka saling mengenal ketika bertemu di tengah jalan.Sayur yang akan dibeli hari ini cukup banyak, Olivia khawatir dia tidak sanggup membawanya jika pergi seorang diri. Perempuan itu meminta Stefan mengendarai mobilnya agar tidak repot kalau barang bawaan mereka banyak.Pukul enam pagi, Stefan terbangun karena telepon dari Olivia. Kekesalan karena tidur nyenyaknya terganggu berusaha kuat ditahan oleh lelaki itu agar tidak mengeluarkan sumpah serapahnya pada Olivia.“Pak Stefan.”Suara Olivia terdengar cerah d
Mereka kembali setelah berkeliling dan berbelanja selama dua jam lamanya. Stefan yang sudah terbiasa bepergian dengan mobil mewah dan rutin berolahraga merasa sedikit kelelahan menemani Olivia berkeliling selama dua jam dan juga membawa belanjaan.Lelaki itu rela mengurusi setumpuk dokumen yang tidak ada habisnya serta rapat yang tidak berujung dibandingkan dengan menemani Olivia berbelanja.Setelah mobil selesai diparkir, tiba-tiba Olivia menerima telepon dari nenek Sarah sebelum dia sempat turun dari dalam mobil.“Olivia, kalian sudah di rumah? Kami sudah sampai di bawah.”Perempuan itu tertawa kecil dan berkata, “Nenek, kami baru balik dari supermarket. Nenek tunggu kami sebentar di bawah, kami segera ke sana.”“Kamu dan Stefan ke supermarket?”Sarah yang mendengar ucapan perempuan itu tampak bahagia. Dalam hatinya memikirkan cucu lelakinya yang dingin itu ternyata rela menurunkan ego nya untuk menemani Olivia berbelanja di supermarket.Ada baiknya juga meminta lelaki itu berpura-pu
Orang-orang terdiam dan tidak berani membayangkan pemandangan seperti itu.“Kalian semua ingat kalau jangan sampai membongkar identitas asli kita! Olivia nggak tahu. Kakak, kalian berdua suami istri bilang kalau kalian nggak ada uang pensiun dan hanya sibuk menanam di rumah. Setidaknya kalian bisa hidup dari uang bercocok tanam.”“Waktu datang tadi kita sudah membicarakannya dan kalian harus ingat! Kalau sampai ketahuan, Stefan akan membuat perhitungan dengan kalian. Kalau sampai nanti terjadi, kalian jangan minta tolong sama Nenek!”Sekarang Sarah merasa apa yang direncanakan oleh Stefan ternyata cukup menyenangkan. Ia mendukung rencana cucunya itu untuk tetap berpura-pura miskin. Sebenarnya Sarah yakin kalau Oliva merupakan perempuan yang baik dan sudah pasti tidak matrealistis. Umurnya yang sudah begitu larut membuatnya merasa tidak akan salah ketika menilai seseorang.“Iya, tahu.”Semua orang menyahuti Sarah. Sebenarnya mereka tidak asing dengan sosok Olivia karena perempuan itu pe
Sandy yang memang sudah kenal tampak ngobrol dengan Olivia. Bocah itu menyaksikan pemandangan kakak iparnya yang meminta sang kakak sepupu angkuhnya itu untuk memindahkan barang. Dia yakin bahwa dirinya harus mencari muka dengan kakak iparnya tersebut.Sandy yakin suatu hari nanti kakak iparnya ini akan menjadi senjatanya untuk membela diri!Odelina dan Roni membawa putranya, Russel datang sedikit terlambat dibandingkan dengan keluarga Adhitama. Roni yang tahu kalau istrinya merusak mobil mahal dan harus ganti rugi, kemudian adik iparnya yang ternyata kenal dengan pemilik mobil dan membantu agar biaya ganti ruginya tidak mahal membuat Roni tidak berani memandang adik iparnya itu sebelah mata.Awalnya Roni tidak begitu mementingkan pertemuan kali ini, tapi setelah bertemu dengan Stefan, semua pemandangannya berubah. Dia bahkan sedikit kagum dengan sifat adik iparnya ini yang ternyata jauh lebih tegas dibandingkan dengan atasannya di kantor. Bahkan lelaki itu jauh lebih mengintimidasi di
Stefan tidak suka bersosialisasi dengan Roni karena lelaki itu merupakan tipe manusia yang paling dibenci oleh Stefan. Selain itu dia juga tidak suka dengan sikap Roni.Russel sedang haus tetapi lelaki itu tidak mengambil botol yang ada di meja hadapannya dan sudah terisi penuh dengan air. Lelaki itu justru meneriakkan nama Odelina untuk mengambilkan minuman anaknya.Pertemuan pertama mereka sudah membuat Stefan menilai kalau Roni tidak menghargai istrinya sama sekali. Roni menganggap bahwa tugas menjaga anak di rumah merupakan sebuah pekerjaan yang sangat mudah.Cara didikan keluarga Adhitama membuat Stefan tidak suka dengan lelaki yang tidak menghargai istri. Dia dan Olivia memang menikah kilat dan baru bertemu setelah mengambil surat nikah. Akan tetapi dirinya tetap sangat menghargai Olivia yang menjadi istrinya ini.Olivia tertawa mendengar jawaban Stefan dan berkata, “Ya sudah kalau nggak nyambung.”“Biarkan Ricky yang ngobrol dengan Kak Roni saja, dia pasti nggak akan merasa kita
“Pak Stefan, biar aku saja yang melakukannya.” Olivia memberi kode agar lelaki itu menyingkir dan memberikan tempat untuknya.Setelah Stefan hening sesaat, dia bergeser dan memberikan tempat beserta celemek pada Olivia. Akan tetapi lelaki itu tidak keluar dan hanya berdiri di samping sambil mengamati Olivia mencuci piring."Pertemuan selanjutnya kita makan di rumah makan aja, nggak repot.”“Iya.”Olivia tidak keberatan dengan ucapan lelaki itu. Hari ini adalah pertemuan kedua keluarga mereka masing-masing, dia sendiri harus menampilkan dirinya yang terbaik di hadapan keluarga mertuanya. Oleh karena itu Olivia memutuskan untuk memasak saja di rumah.“Nenek bilang sama kamu apa?” tanya Stefan tiba-tiba.Olivia menghentikan gerakan tangannya di atas ponsel dan menoleh ke arah lelaki itu. Stefan juga tengah menatapnya, sehingga kedua pasang mata itu saling bertemu. Lelaki itu dapat menangkap sorot geli di mata Olivia dan mendengar perempuan itu berkata,“Nenek nanya kita tidur pisah kamar
Maaf sekali, hubungan suami istri mereka belum sampai pada tahap itu. Yang penting mereka hanya teman hidup saja. Meski lelaki itu marah, dia tidak akan mengusir Oliva.Setelah Olivia selesai mencuci piring, dia membersihkan seluruh dapur dan mengepel seluruh bagian rumah. Hingga terakhir dia duduk di kursi ayunan yang baru saja dibeli olehnya. Pemandangan malam dengan angin sepoi-sepoi ditambah dengan ayunan dari kursi tersebut membuat Olivia merasa sangat nyaman.Taman balkonnya terlihat seperti sebuah taman mini yang penuh dengan tanaman-tanaman cantik. Olivia mendecak kagum pada kemampuan dirinya lagi. Terdengar suara langkah kaki yang melangkah ke arah Balkon.Sesaat kemudian sosok Stefan muncul di sana dan memandangi Olivia yang duduk di ayunan. Perempuan itu terlihat sangat nyaman sekali. Kerutan di wajah Stefan semakin mendalam. Dia mendekati Olivia dan menyerahkan dua lembar kertas.“Apa ini?” tanya Olivia penasaran.Stefan tidak berbicara dan dari sikapnya terlihat jelas untu
“Terima kasih banyak atas perhatiannya, Non Yohanna. Nenekku sudah berumur 80 tahun lebih, tapi badannya masih segar bugar dan nggak masalah bepergian naik pesawat. Tapi masalahnya anggota keluargaku terlalu banyak, rasanya nggak enak kalau kami semua datang,” kata Ronny. “Atau begini saja, aku coba bilang ke mereka kalau tahun ini aku nggak pulang. Kurasa mereka pasti bisa mengerti.” Sebelum menginjakkan kaki di Aldimo, Ronny sudah memikirkan soal ini. Begitu pun dengan para senior di keluarga Adhitama yang juga sudah mempersiapkan diri andaikan Ronny tidak bisa pulang untuk melewati tahun baru bersama. Di tahun depan, Ronny berniat untuk membawa Yohanna ke pulang ke Mambera untuk mengurus pernikahan mereka. Nenek Sarah memberi waktu satu tahun kepada Rony dan saudara-saudaranya. selama mereka memperlakukan calon istri mereka dengan baik, satu tahun sudah cukup untuk meluluhkan hati seorang wanita. “Soal gaji kerja di libur tahun baru, Non Yohanna sesuaikan saja dengan hari kerjaku
Christian tidak bersuara saat dia ditendang oleh Tommy, tetapi raut wajahnya tidak bisa menutupi rasa sakitnya. Christian mengira Tommy memang ingin belajar,bukan karena paksaan dari kakaknya. Yohanna sangat tegas dalam mendidik mereka, bahkan lebih tegas dari guru-guru mereka di sekolah. Para senior di keluarga saja sampai tidak berani ikut campur ataupun berkomentar di hadapan Yohanna. Tommy melampiaskan kekecewaannya ke nafsu makan. Dia makan banyak sekali, sampai-sampai Yohanna harus menghentikannya karena khawatir akan sakit perut. Tommy sengaja ingin membuat diri sendiri kekenyangan sampai sakit perut, karena dengan begitu dia punya alasan untuk kabur dari tugasnya. Setelah makan, Yohanna berkata kepada Ronny, “Ronny, habis istirahat siang, kamu bikinin dessert untuk bocah-bocah, ya. Oh ya, sisain sedikit untuk Dira juga. Dia paling suka sama dessert buatan kamu. Nanti malam aku nggak makan di rumah, kamu bebas mau pulang atau tetap di sini. Oh ya, aku mau diskusi tentang jadw
Yohanna menyudahi percakapan dia dengan teman baiknya dan masuk ke ruang makan. Dua adik dan ibunya sudah duduk di tempat mereka masing-masing. Di depan mereka sudah tersedia semangkuk sup hangat yang menunggu untuk segera dinikmati. Di tempat duduk yang biasa Yohanna tempati juga sudah tersedia semangkuk sup, sama seperti yang diberikan untuk yang lain, yang disajikan langsung oleh Ronny. Setelah Ronny memanggil Yohanna untuk makan, dia langsung kembali ke dapur karena di dapur masih ada dua lauk lagi yang harus dia masak agar hidangannya lengkap. Seusai makan siang, Yohanna beristirahat sejenak karena sebentar lagi dia harus segera kembali ke kantor. Sejujurnya Ronny juga sedikit lelah, tetapi dia masih harus melayani tunangannya itu, dan baru bisa benar-benar beristirahat ketika Yohanna sudah berangkat kerja. Di malam harinya, jika Yohanna tidak makan di rumah, Ronny diberi kebebasan untuk bekerja atau terus beristirahat karena keluarga Pangestu masih memiliki koki yang lain untuk
“Bawa juga suami kamu biar dia nggak salah paham. Takutnya nanti dia pikir kamu datang ke rumahku untuk selingkuh.” “... oke. Aku bakal ajak dia juga. Aku mau lihat cowok kayak apa sih yang punya suara merdu begitu. Seharusnya nggak jelek, ‘kan?” Setelah sejenak terdiam, Yohanna membalas, “Kayaknya mending kamu nggak usah datang, deh. Takutnya kalau kamu datang dan ketemu dia, kamu bakal menyesal sudah menikah karena kamu sudah nggak bisa lagi ngejar-ngejar cowok ganteng.” “Wah, berarti dia pasti ganteng banget, nih. Aku jadi makin nggak sabar main ke rumah kamu. Bisa bikin kamu ngomong begitu berarti dia pasti punya muka yang menarik. Yohanna, kalau kamu sudah nggak mau pakai koki yang ini lagi, jangan lupa kabari aku, ya. Biar aku yang pakai dia. Selama ada koki ganteng di rumahku, aku nggak bakal pernah kelaparan lagi.” “Untuk sekarang, aku masih bisa makan masakannya dia, masih belum muak. Dia memang dari dulu hobinya memasak. Mungkin di zaman dulu dia sempat hidup jadi koki bu
Masalahnya, dengan harta dan kedudukan yang ketua kelas miliki sekarang pun, jarak antara dia dan Yohanna masih terlalu jauh. Yohanna berpikir sejenak dan menjawab, “Ketua kelas kita mukanya yang kayak gimana? Aku nggak ingat sama sekali.” Ketika masih bersekolah, ada banyak sekali kaum pria yang berusaha mendekati Yohanna, tetapi Yohanna sedikit pun tidak memiliki perasaan terhadap mereka. Jadi setiap hari dia hanya memasang wajah yang kaku dan dingin. Dari situ dia mendapat julukan “Ice Princess”, dan makin sedikit orang yang berani mendekatinya. Karena terlalu banyak pria yang menyukainya, Yohanna tidak ingat seperti apa wajah mereka semua. Itu karena Yohanna tahu, mereka bukanlah pria yang dia inginkan. Jadi tidak aneh jika Yohanna tidak ingat seperti apa paras ketua kelasnya. “... ketua kelas kita itu dianggap sebagai cowok terganteng di kelas. Masa kamu nggak ingat? Kita kan sekelas sama dia selama dua tahun, lho,” ujar Ruth. “Cowok yang sekelas sama aku selama dua tahun kan
“Sebentar lagi kan tahun baru, yang tua-tua setiap hari kerjanya telepon aku minta aku cepat pulang. Makanya sekarang aku sudah pulang.” Setelah Ruth menjawab pertanyaan Yohanna, sekarang gantian giliran dia yang bertanya, “Kamu kan baru pulang dari perjalanan bisnis, masa sudah langsung ke kantor lagi tanpa istirahat? Kamu terlalu keras kerjanya, kan kamu punya banyak adik-adik yang bisa bantu kamu. Bagi saja tugas kamu sebagian ke mereka. Jangan semuanya kamu tanggung sendiri. Nggak perlu bikin capek diri sendiri.” Ruth sangat memedulikan Yohanna. Mereka berdua adalah teman baik, tetapi semenak Yohanna mengambil alih bisnis keluarga, mereka jadi jarang bertemu karena Yohanna terlalu sibuk. Sering kali mereka hanya berhubungan melalui chat untuk tetap menjaga pertemanan. Untung saja mereka adalah teman sekelas sejak SD. dengan pertemanan yang sudah terjalin selama bertahun-tahun, tentu tidak akan putus hanya karena Yohanna sibuk bekerja. Yohanna juga sering menjalin hubungan kerja
Yohanna harus membahas masalah pendidikan adiknya dengan kedua orang tuanya. Dia hanya punya satu adik kandung, jadi dia akan sangat mementingkan pendidikan adiknya. Sesibuk apa pun pekerjaan Yohanna, dia akan selalu meluangkan waktu untuk bertanya tentang kegiatan belajar adiknya. Apabila Tommy melakukan kesalahan dan malah dimanja oleh orang tuanya, maka Yohanna yang mau tidak mau harus memarahinya. Tidak peduli Tommy menangis atau merengek manja, kalau sampai Yohanna tahu adiknya bersalah, dia akan memberi pelajaran tegas agar kesalahan itu tidak terulang lagi. Lalu Yohanna juga akan menyuruh Tommy untuk menuliskan apa saja kesalahannya di atas kertas. Apabila orang tua atau om tante juga melindungi Tommy, mereka juga harus ikut menulis kesalahan mereka. Lihat saja siapa yang masih berani melindungi Tommy ketika dia berbuat kenakalan. Namun tentu Yohanna tidak akan menegur jika Tommy melakukan kenakalan kecil yang masih bisa diterima. Sebagai anak kecil, khususnya anak lelaki, waj
Yohanna spontan tersenyum mendengar ucapan manis adik-adiknya. “Berhubung kalian berdua sudah berbaik hati, kalau begitu aku panggil kakak-kakak yang lain untuk pergi belanja bareng. Siapkan dompet kalian, ya. Aku sudah lama nggak pergi belanja, lho. Kalau sudah pergi belanja nanti, apa pun yang aku suka langsung kubeli.” Kedua kakak beradik itu mengangguk, dan Tommy menyahut, “Biasanya Kak Yohanna sibuk kerja, jadi nggak ada salahnya sesekali belanja. Anggap saja waktu untuk bersantai.” Di antara semua anggota keluarga Pangestu, Yohanna memiliki pekerjaan yang paling sibuk dan paling melelahkan. Sejauh yang bisa Tommy ingat, dia tidak pernah satu kali pun melihat kakaknya pergi berbelanja atau pergi berlibur. Setiap hari dia harus bekerja di kantor, menemui klien, dan pergi dinas ke luar kota. Bahkan di akhir pekan pun Yohanna belum bisa bersantai. Terkadang dia masih harus menemani partner bisnis bermain golf, memancing atau berenang. Namun, hanya partner bisnis penting yang bisa
“Oke! Nanti aku beliin Kakak baju baru,” ucap Tommy. Tommy sama sekali tidak kekurangan uang saku. Ketika tahun baru tiba, para orang tua akan memberikan sejumlah uang yang dimasukkan ke dalam amplop merah. Sebagian yang itu Tommy serahkan kepada ibunya, dan sebagian lagi dia pakai sendiri untuk membeli barang apa pun yang dia inginkan. Dia juga sangat pandai dalam mencatat keuangannya, dia ingat untuk apa saja uangnya dipakai, atau barang-barang apa saja yang dia beli. Yohanna membungkukkan badannya sedikit dan mencubit pipi adiknya. Mata dan alisnya membentuk setengah lingkaran seperti sedang tersenyum. “Kamu belajar yang benar dan harus nurut sama aku saja aku sudah senang. Nggak perlu beliin aku baju baru. Aku punya uang untuk beli baju baru sendiri.” Di lemari baju Yohanna masih banyak baju baru yang bahkan belum sempat dia kenakan. Biasanya dia sehari-hari mengenakan jas kerja, dan hanya mengenakan pakaian santainya di akhir pekan atau ketika sedang beristirahat di rumah. Ibu