LOGINKeluarga Pangestu terbalik dengan keluarga Adhitama. Keluarga mereka justru didominasi oleh kaum hawa, karena itu pemilihan calon suami dari anak-anak keluarga Pangestu sangat dijaga ketat. Walau sampai saat ini belum ada satu pun dari mereka yang menikah, dari cara Yohanna melarang semua omnya untuk ikut campur dengan usaha keluarga membuktikan, mereka tidak ingin pihak suami terlalu banyak ikut campur dan malah menguasai harta keluarga Pangestu. Tidak hanya paman saja, tetapi semua tantenya untuk bertanya-tanya tentang usaha keluarga mereka sendiri, guna mencegah mereka dimanfaatkan oleh pihak keluarga suami. Di usia Yohanna yang sudah menginjak 27 tahun, dia masih belum berpikir untuk menikah. Dia sadar jika suatu hari dia memiliki pasangan, para senior di keluarganya pasti akan sangat berhati-hati terhadap pasangannya. Tidak hanya mereka, bahkan Yohanna sendiri juga akan waspada terhadap lelaki sendiri. Sudah terlalu banyak lelaki yang hidup nyaman berkat istri, malah berselingk
“Kalau dari pihak keluarga istri keberatan dan mau kami yang ikut mereka juga nggak masalah, selama bukan Kak Stefan. Selain dia, yang lain boleh-boleh saja. Yang penting kami bisa hidup bahagia.” Mereka memiliki keluarga dan perusahaan besar yang menyokong dari belakang. Mereka juga bisa melindungi diri sendiri. Meski menjadi suami yang ikut dengan keluarga istri sekalipun, mereka tidak perlu khawatir dipandang rendah oleh orang lain. Jika dari pihak keluarga istri yang meremehkan mereka, maka mereka harus berpikir dua kali. Setidaknya untuk saat ini, masih belum ada yang ikut dengan keluarga istri. Ronny pun berpikir, mungkin di antara semua saudarnaya, dia yang akan menjadi yang pertama. Tanggung jawab Yohanna terhadap keluarganya sangat berat. Tommy juga masih terlalu muda, dan butuh belasan tahun lagi sampai dia cukup dewasa untuk mengambil alih usaha keluarga. Yohanna setidaknya masih harus mengepalai keluarganya sampai belasan tahun ke depan. Sorot mata Yohanna menyala mende
“Iya, kerjaan dia sekarang jauh lebih ringan. Tapi yang sebenarnya meringankan pekerjaan dia bukan kami, tapi Kak Reiki. Dia itu teman baiknya Kak Stefan. Begitu lulus kuliah, Kak Reiki langsung diajak bergabung ke Adhitama Group. Dia dijadikan tangan kanan Kak Stefan karena kemampuannya. Kak Stefan juga efisien dalam bekerja. Dulu nggak ada yang bisa menyaingi efisiensi dia kalau bahas soal pekerjaan. Tapi dia mulai bersantai sedikit. Setelah menikah dan membangun rumah tangga sendiri, dia lebih suka nempel sama Kak Olivia. Dia sudah nggak gila kerja lagi kayak dulu. Jadwal makan bareng sama klien juga jauh berkurang. Dulu dia selalu pulang malam, tapi sekarang dia pasti sudah di rumah sebelum jam sepuluh malam. Untungnya rekan bisnis kami semua bisa mengerti. Mereka sebisa mungkin cari waktu di siang hari untuk ketemu sama Kak Stefan.” Yohanna tersenyum mendengar Ronny bercerita tentang kakaknya. Dari matanya terlihat dia merasa iri. “Aku dulu nggak tahu kalau kamu anak keluarga Adh
Ini juga yang menjadi alasan mengapa Ronny menjaga kebiasaan untuk lari pagi setiap hari. Dia jarang sekali punya waktu berdua saja dengan Yohanna karena jadwal Yohanna sangat padat. Pagi-pagi Yohanna sudah harus berangkat kerja dan baru pulang larut malam. Ronny hanya ada kesempatan bertemu saat jam makan siang atau makan malam. Namun begitu, waktu makan Yohanna juga sangat singkat. Setelah makan, dia langsung mencari waktu untuk beristirahat. Ronny tentu saja tidak enak hati mengganggu waktu istirahat Yohanna. Maka itu, satu-satunya kesempatan dia bisa mengobrol santai dengan Yohanna adalah ketika sedang lari pagi bersama. Beruntung sewaktu masih di Mambera, Ronny juga sudah terbiasa lari pagi. “Selamat pagi, Yohanna,” sapa Ronny dengan wajah tersenyum seketika Yohanna mendekat. Yohanna sudah sedikit lelah karena dia sudah berlari cukup jauh. Dia berhenti begitu berpapasan dengan Ronny dan membalas sapaannya seraya berjalan mendekat, “Pagi.” Semenjak mengetahui bahwa ternyata Ron
Stefan pernah bilang, si bejat Lota ingin mencaplok usaha milik keluarga Pangestu dan menjadikan itu sebagai usaha pribadinya karena dia tidak bisa mewarisi semua aset milik keluarga Brata secara resmi. Dia tidak memiliki totem atau token milik pewaris asli. “Kak Samuel, aku nggak punya saran apa-apa yang membantu. Tapi seperti apa Kak Stefan bilang, kita percaya saja sama Nenek. Kakak cuma perlu menuruti perintah Nenek, dijamin nggak salah, deh. Kita sudah melewati masa-masa dikerjai Nenek.” Saat masih kecil, mereka sering dipermainkan oleh Nenek Sarah. Kakek dan Nenek selalu menasihati mereka, mereka mudah dirugikan oleh orang lain karena mereka masih belum cukup mandiri dan tidak memperhitungkan situasi dengan matang. “Kak Samuel, aku mau tidur lagi sebentar, habis itu olahraga. Habis olahraga aku harus siapin sarapannya Yohanna.” “Oke, tidurlah sana. Jangan sampai kecapekan.” “Aku nggak capek. Justru aku bisa dapat kesenangan di tengah kesibukanku.” “Asal kamu bisa masak, ma
Ronny tidak mengaku secara terang-terangan kalau sebenarnya dia juga suka mendengar gosip, apalagi kali ini datang dari kakaknya sendiri. “Bisa aku telepon?” tanya Samuel. “Bisa saja. Aku lagi sendiri di kamar. Kamar asramaku luas dan nyaman. Setiap bulan gajiku masuk tepat waktu. Tempat tinggal enak, makan juga enak. Keahlian memasakku bisa naik tingkat di sini.” “... kamu cuma peduli sama masak. Sudah beberapa bulan kamu di sana, ‘kan. Waktu tahun baru juga kamu nggak pulang. Kerjanya cuma masak disana.” “Dari awal kan aku memang ke sini untuk masak.” Samuel sedikit tersentak mendengar jawaban Ronny. Tepat sekali. Ronny mendengar kabar bahwa Yohanna sangat pemilih soal makanan, dan merasa sangat tertantang dengan itu. Sebelum Nenek Sarah mendesak Ronny untuk mendekati Yohanna, Ronny sudah lebih dulu berangkat ke Aldimo atas inisiatifnya sendiri. Sesekali Samuel mendengar kakak-kakak iparnya mengungkit Ronny. Mereka mengatakan Ronny setiap hari sibuk mendalami hobinya sehingga ti







