Russel tidak mau terus dirundung oleh orang dewasa. Dia ingin makan yang banyak agar cepat tumbuh besar. Ketika dia sudah beranjak dewasa, dia bisa mengerti apa yang dikatakan oleh Stefan. “Om Stefan bukannya datang naik pesawat?” tanya Russel. Stefan memasukkan Russel kedalam mobil, lalu dia berbalik dan membantu Olivia masuk. “Kamu pikir pesawat bisa terbang dari mana saja? Pesawat tetap harus terbang di jalurnya,” jelas Olivia. Stefan sedang tidak terburu-buru menjemput istri dan keponakannya, jadi dia tidak perlu sampai menggunakan jet pribadi. “Jadi kita pulangnya naik mobil?” “Om Yose sudah pesan mobil untuk antar kita ke bandara. Pesawat bakal lebih cepat, satu jam juga sudah sampai,” kata Olivia. Dengan perut yang besar, dia akan sangat kesulitan jika harus menempuh perjalanan selama berjam-jam. Karena itu Stefan memesan tiket pesawat untuk mereka pulang. Perjalanan dari Vila Ferda menuju bandara tidak sampai satu jam.“Hore. Aku suka naik pesawat. Tante Olivia, kalau sud
Setelah Yohanna selesai makan, Ronny merapikan peralatan makan dan kembali ke kamar asramanya. Di saat itu Pak Jaka sudah pulang kerja. Andaikan Yohanna ada urusan dan membutuhkan mereka, dia akan menelepon melalui intercom, dan yang datang bekerja akan diberikan uang lembur sebagai tambahan. Yohanna duduk sejenak di ruang tengah, setelah itu dia keluar dan berjalan santai di halaman. Bahkan di rumahnya sendiri, sudah lama sekali sejak terakhir kali Yohanna memiliki waktu bebas untuk berjalan santai. Dia terlalu sibuk bekerja, bahkan di akhir pekan juga terkadang harus lembur. Risa sampai mengoceh tidak beristirahat meski sudah akhir pekan dan meminta Yohanna untuk tidak membawa urusan pekerjaan ke rumah. Namun beban yang Yohanna pikul sangat berat. Terlalu banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan. Beberapa berkas yang harus ditandatangani secepat mungkin mau tidak mau dia bawa pulang. Namun Yohanna sudah terbiasa dengan kesibukannya, sampai-sampai dia malah bingung ketika tidak a
Risa langsung sakit kepala mengingat sifat putrinya yang sangat rewel dalam memilih makanan. Risa khawatir jika tidak ada lagi yang mau bekerja sebagai koki dan Yohanna sudah mulai bosan dengan masakan Ronny, bagaimana nasibnya nanti? “Nggak usah pikir hal yang akan datang. Untuk sekarang aku masih cukup puas sama masakannya Ronny. Aku belum bosan sama makanan buatan dia,” ujar Yohanna. “Tapi dia baru juga satu bulan kerja di sini. Kalau sudah lebih lama, bisa saja kamu mulai bosan. Yohanna, gimana kalau kamu bikin kontrak kerja saja ke Ronny selama beberapa tahun?” “Ma, Ronny itu punya ambisi dan keahlian yang tinggi. Dia nggak seharusnya terikat di dapur kecil rumah kita. Dia mau lebih banyak orang yang bisa menikmati masakannya. Dia bisa kerja selama satu tahun penuh saja sudah bagus. Nggak perlu sampai buat kontrak segala. Kalau sudah satu tahun dan dia masih tetap mau kerja di sini, baru pertimbangkan untuk bikin kontrak kerja. Tapi aku tetap mau menghormati keinginan dia. Kala
“Kalau Mama mau, aku bisa kasih satu. Perhiasan yang Tommy belikan untukku nggak mahal karena cuma terbuat dari emas. Harganya paling cuma berapa juta, masih nggak seberapa dibanding perhiasan yang Mama punya,” ujar Yohanna tersenyum. Perhiasan yang Risa miliki satunya saja sudah mencapai puluhan juta, bahkan ada yang sampai ratusan juta. Risa mengambil kotak perhiasan berbalut brokat merah dari tangan Yohanna dan melihat isinya, “Tommy merasa warna emas bagus berkilauan, jadi dia beli yang ini untuk kamu. Dia masih kecil, jadi belum mengerti harga barang.” “Aku suka kok sama yang Tommy kasih,” kata Yohanna. “Mama nggak mau ambil ini dari kamu. Ini kan hadiah dari Tommy. Hadiah yang terbaik untuk Mama adalah kamu akur sama Tommy,” ujar Risa. Dia berkata seperti itu bukan didasari oleh rasa iri. Sebagai ibu, dia tentu sangat bahagia jika kedua anaknya akur. “Tommy bilang mereka beli barang pakai uangnya Ronny. Barusan Tommy minta kita yang kembalikan uangnya.” “Besok aku minta Pak
Baju yang Christian belikan untuk Dira juga ukurannya cukup pas. Ronny jarang sekali bertemu dengan adik-adik Yohanna yang lain, bahkan ada juga beberapa yang belum pernah bertemu sama sekali sehingga Ronny tidak tahu ukuran baju mereka, jadi dia membiarkan Tommy dan Christian yang memilih ukurannya. Jika nanti mereka sudah mencoba dan ternyata ukurannya tidak pas, mereka bisa menukar langsung ke toko. “Tommy anak yang pintar. Dia punya ingatan yang bagus,” kata Ronny. “Iya, meaning Tommy itu sebenarnya pintar, tapi dia terlalu banyak bermain,” balas Yohanna. “Tapi dia baru umur enam tahun. Di usia segitu memang sebaiknya banyak-banyak bermain.”“Bermain itu kodratnya anak-anak. Mumpung masih kecil dan nggak perlu menanggung beban keluarga, biarlah dia main selagi masih ada waktu. Begitu sekolah, dia harus belajar yang benar. Aku nggak mau masa kecilnya diisi cuma sama belajar. Dia tetap harus bersenang-senang.” Yohanna setuju dengan Ronny. Dia pun mengajarkan hal yang sama kepada T
“Terima kasih, tapi nggak apa-apa. Aku berdiri saja.” Ronny bukannya tegang, tetapi dia hanya sadar akan posisinya saat ini. Sebelum Yohanna jatuh cinta padanya atau posisinya di keluarga Pangestu masih tetap saja, dia tidak akan bersikap seenaknya agar citranya di depan mereka tetap terjaga dengan baik. “Duduk saja. Kamu berdiri terus malah bikin aku mendongak kalau mau ngobrol. Leherku sakit.” Karena Yohanna sudah bilang begitu, Ronny pun segera mencari tempat untuk duduk dengan tegap. Yohanna yang melihatnya pun sampai terkekeh dan berkata, “Kamu duduknya sudah kayak tentara saja.” Di samping itu, Ronny juga terlihat seperti anak SD yang duduk tegak di kursi karena takut akan ditegur oleh guru. “Aku suka hadiah yang Tommy dan Christian beli. Kamu pasti capek menemani mereka keliling belanja. Kamu habis berapa tadi, biar aku ganti uangnya.” “Mereka berdua kuat banget jalan kaki. Jujur saja, mereka nggak capek, malah aku yang capek. Tapi aku suka menemani mereka belanja. Mereka