“Kalian kan lahir, besar, dan tinggal di sana selama bertahun-tahun. Seharusnya nggak akan susah karena kalian sudah familier dengan rumah itu. Kalau berhasil masuk, jangan pindahin barang-barang yang besar dan berat. Langsung saja masuk ke gudang perhiasan dan bawa pergi semua perhiasannya. Tas-tas branded juga yang bisa dibawa, dibawa sekalian. Bisa terjual satu saja pasti lumayan harganya.” Apa pun yang Cakra katakan, ketiga anaknya hanya mengangguk. “Si Felicia malah suruh kamu jual semua aset pribadi masing-masing, dan bawa istri anak pergi dari Cianter, atau setidaknya jauh dari area pusat kota. Dia bilang dengan begitu, kami bisa hidup dengan tenang dan tetap menjaga apa yang kami punya. Menurut Papa, apa kita perlu dengar nasihat dia?” tanya Ivan. Setelah berpikir untuk sejenak, Cakra menjawab, “Dilihat dari situasi sekarang, yang dia kasih itu adalah solusi untuk tetap bertahan hidup. Mereka yang dari Mambera nggak akan terang-terangan melakukan apa pun ke kalian, tapi mere
Si pelayan itu sangat sedih dimarahi dengan begitu sadisnya hanya karena sebuah masalah yang sangat sepele. “Sudah, nggak apa-apa. Kamu keluar dulu saja, biar aku yang ngomong sama dia. Maklum, papaku sudah tua. Ditambah lagi Mama juga baru saja pergi. Dia pasti lagi sedih banget dan jadi gampang terbawa emosi. Kamu yang sabar, ya,” tutur Ivan seraya mengeluarkan beberapa lembar uang kertas dari dompetnya, yang berkisar beberapa ratus ribu, dan dia berikan kepada pelayan yang menjaga ayahnya. “Maaf ya, Bibi, setiap hari sudah capek ngurus papaku yang emosian. Ini aku kasih sedikit uang jajan, anggap saja sebagai imbalan.” Berhubung Ivan bilang itu adalah imbalan atas kerja kerasnya selama ini, pelayan itu pun tidak menolak. Dia menerima uang itu dan mengucapkan terima kasih kepada Ivan dan langsung undur diri. Dari yang awalnya sedih, sekarang dia tidak lagi mempermasalahkannya karena sudah diberi uang jajan oleh Ivan. Semenjak ketahuan selingkuh dengan wanita lain, Cakra jadi priba
Apabila mereka tidak berusaha keras untuk mengambil apa yang bisa mereka ambil, mereka tidak akan bisa bertahan. Gatara Group, tentu adalah milik keluarga Gatara, bukan milik keluarga Cakra. Setelah Ivan pergi cukup jauh, barulah karyawan itu masuk ke dalam lift. Meski tidak ada omongan apa-apa, dalam hati semua orang sudah tahu bahwa Ivan dan kedua adiknya cepat atau lambat pasti akan angkat kaki dari perusahaan ini. Mereka sudah tahu Patricia bisa menjadi bos mereka karena membunuh kakak dan adiknya bertahun-tahun yang lalu. Kini, anak sulung dan cucu dari kakaknya kembali, tidak hanya untuk membalas dendam, tetapi juga untuk mengambil kembali hak mereka. Kemungkinan, sebentar lagi Gatara Group akan mengalami pergantian kepala. Namun ini tidak berdampak apa-apa bagi para karyawan di sana. Tidak peduli siapa pun yang menjadi kepala perusahaan berikutnya, mereka tetaplah berasal dari keluarga Gatara. Para karyawan ini hanya bekerja. Selama Gatara Group tidak bangkrut, ganti kepala pu
“Bahkan setelah Mama kalah, dia sedikit pun nggak merasa bersalah. Dia nggak takut didatangi Mama malam-malam untuk membuat perhitungan” Ivan menjawab adiknya, “Masa kamu masih nggak sadar kalau Mama lebih sayang sama dia? Di malam Mama meninggal, kalau bukan berkat dia yang ada di sana, kita juga pasti sudah celaka. Dari awal sampai akhir Mama mau Felicia selamat. Mama bunuh diri ngakunya untuk menebus dosa, tapi sebenarnya dia menukar nyawanya untuk Felicia. Begitu Mama sadar rencananya gagal dan nggak bisa lagi melawan, dia bunuh diri setelah Felicia memohon-mohon untuk jangan memperpanjang masalah lagi. Mama tahu kalau dia mati, semua kesalahannya ikut dibawa mati. Mereka yang dari Mambera nggak mungkin marah ke Felicia.”“Felicia bisa mundur dari Gatara Group dengan aman. Semua aset pribadi Mama sudah dipindahkan ke Felicia. Asal dia mundur, dia tinggal pergi ke tempat yang jauh dengan membawa semua uang itu. Kalian pikir dengan uang sebanyak itu, apa lagi yang perlu dia khawatir
Ivan berpikir mungkin ibunya sendiri juga menyesali perbuatannya. Ibunya menyesal telah membuang Fani dan menggantinya dengan Felicia yang keras kepala tidak sepemikiran dengannya. Kematian Fani adalah perbuatan Patricia sendiri. Patricia khawatir kehadiran Fani akan menjadi ancaman bagi Felicia, maka dia pun dengan tega membunuh putri angkat yang sudah dia besarkan selama 20 tahun lebih. Begitu Ivan angkat kaki, kedua adiknya juga mengikuti dia di belakang. Mereka berjalan secara berurutan dari depan ke belakang sambil menolehkan mata ke Felicia. Begitu keluar dari ruang kantor, Julio langsung menyusul Ivan dan bertanya, “Kak, kita benar-benar mau mengajukan cuti? Mama kan sudah nggak ada. Perusahaan kita nggak ada yang memimpin. Kalau bukan kita yang urus, takutnya kita dipecat. Bukannya Papa sudah bilang ambil sebanyak-banyaknya yang kita bisa? Kita harus cari cara untuk mengeruk uang perusahaan.” Tidak peduli nantinya Felicia atau Odelina yang mengambil alih Gatara Group, mereka
Namun ketiga kakaknya jelas berbeda. Sedari kecil mereka tumbuh besar di lingkungan keluarga Gatara. Terlahir sebagai anak kepala keluarga membuat mereka selalu dikelilingi dengan kemewahan Sekalipun keluarga Gatara lebih mengutamakan anak perempuan, memiliki ibu yang menjadi kepala keluarga membuat mereka hidup dengan sangat nyaman. Gaya hidup yang seperti itu terus berlangsung selama bertahun-tahun, hingga tiba-tiba mereka harus merelakan semua kenyamanan itu. Bagi mereka tentu saja ini mengancam keselamatan. Mereka sangat tidak bisa menerima fakta dan tidak rela kehilangan segalanya. “Kak Ivan, kamu ini anak sulung. Kamu lebih tua dari Kak Julio dan Kak Erwin. Kamu tahu sendiri sekarang seperti apa situasi keluarga kita. Coba pikir lagi baik-baik. Kalau sudah paham, nasihatilah adik-adik kamu ini. Kita nggak mungkin bisa menang melawan Yuna dan yang lain. Bahkan di dalam keluarga besar Gatara sendiri, keluarga kita sudah kehilangan dukungan. Dengan kondisi begini, lebih baik kita