"Aku ingin meminta tolong padamu!" ucap Deon pada supir pribadinya yang usianya sama dengannya."Apa yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya Abian, supir Deon."Kamu lihat dia pingsan dan pakainya basah. Aku minta tolong padamu untuk mengganti pakaiannya!" ucap Deon.Mata Abian langsung melotot tidak percaya atas permintaan majikannya. Bagaimana bisa seorang suami meminta orang lain untuk menggantikan pakaian istrinya. Sungguh ini gila dan tidak masuk akal."Tuan, maafkan saya! Tapi saya rasa itu tidak pantas untuk dilakukan. Saya ini hanya supir, Tuan. Sedangkan Nona Iza adalah istri Tuan, majikan saya. Saya rasa itu tidak sopan." tolak Abian menunduk."Di sini aku majikanmu, bukan Izabel. Jika kamu masih ingin bekerja denganku, cepat lakukan sekarang!" ancam Deon."Tapi, Tuan,""Abian, lakukan sekarang! Aku tidak suka dibantah. Ayo cepat!" paksa Deon.Abian diambang keraguan. Jika ia mengikuti permintaan Deon, ia merasa kasihan pada Izabel. Harga dirinya sebagai wanita pasti sangat hancu
Saat sedang sibuk dan fokus dengan layar laptopnya, Deon kedatangan tamu tak diundangnya di rumahnya. Pria itu sedang berada di ruang tamu sembari bekerja. Javas sengaja mampir ke rumah Deon untuk berpura-pura mengajak pria itu pergi berlibur."Ekhem," Javas berdehem menyadarkan Deon.Deon langsung menoleh saat ia mendengar suara seseorang. Ia terkejut karena tiba-tiba Javas sudah berada di rumahnya."Javas, kau di sini?" tanya Deon.Javas tersenyum dan langsung duduk di samping Deon. "Ya, aku sedang merasa suntuk di rumah. Akhirnya aku mampir ke sini untuk bermain denganmu," jawab Javas."Maafkan, aku, Javas. Aku sedang tidak bisa bermain. Aku harus menyelesaikan pekerjaanku malam ini," kata Deon merasa tidak enak."Santai saja. Kalau begitu, aku menemanimu saja," balas Javas dan diangguki oleh Deon."Deon,""Hm?" "Aku ingin sekali kita berlibur seperti dulu. Sudah lama kita tidak berlibur bersama. Apa kau tidak ingin mengajakku liburan? Minggu depan aku berencana mengambil cutiku.
"Iza, apa yang kamu lakukan? Sedang apa kamu di sana?" tanya Deon sembari berjalan menghampiri Izabel."Em, maaf Mas, tadi aku tidak sengaja menyenggol pajangan ini. Aku minta maaf." jawab Izabel sembari menaruh lagi pajangan yang tadi tak sengaja jatuh. Keringatnya sudah panas dingin karena takut dengan tatapan maut Deon."Kamu mendengar pembicaraanku?" tanya Deon."Em, tidak, aku tidak mendengar pembicaraan Mas Deon. Sungguh!" jawab Izabel terbata. Ia terpaksa berbohong karena merasa takut pada Deon."Kamu pikir aku bodoh? Hah? Dasar lancang! Sini!" Deon langsung menarik telinga Izabel dan menjewernya dengan sangat kencang, hingga telinga wanita itu terlihat sangat merah."Mas Deon, sakit!!! Ampun, sakit, Mas!!! Awww ...!!!" jerit Izabel menahan sakit. Jeweran Deon pada telinga Izabel bukan jeweran biasa. Pria itu sampai memelintir telinga Izabel hingga wanita itu tak kuasa menahan rasa sakitnya."Ini hukuman untukmu karena kamu telah berani menguping. Rasakan ini, Iza!" Deon semaki
Semenjak kejadian percobaan bunuh dirinya beberapa waktu lalu, sikap Izabel pada Deon kali ini terlihat begitu dingin. Biasanya wanita itu selalu merasa ketakutan saat melihat Deon. Seolah Izabel sudah tidak peduli lagi apa yang akan dilakukan oleh Deon padanya. Lagi pula percuma saja ia menghindar. Meskipun ia memohon berkali-kali pada Deon agar tidak menyiksanya, pria itu tidak akan mendengarkan ucapannya dan tetap menyiksanya. Deon pun menyadari dengan sikap Izabel beberapa hari ini. Ia merasa ada yang aneh dengan Izabel. Rasanya ia tidak suka melihat sikap Izabel seperti sekarang ini.Seperti pagi ini saat sedang sarapan. Setelah selesai sarapan, Izabel langsung pergi begitu saja setelah tadi ia berpamitan pada bi Kinar. Biasanya wanita itu juga berpamitan pada Deon jika akan berangkat. Namun kini seakan mengabaikan Deon dan tidak berpamitan kepadanya."Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Kenapa sikapnya jadi seperti itu padaku?" batin Deon sembari menatap kepergian Izabel.Deon
Izabel meringis kesakitan karena tarikan tangan Deon pada rambutnya. Namun sebisa mungkin ia tahan. "Lakukan apa yang ingin Mas Deon lakukan padaku! Lagi pula, untuk apa aku tunduk pada Mas Deon? Semua itu percuma. Meskipun aku tidak melakukan kesalahan pun, Mas Deon akan tetap menganggapku salah. Jadi, untuk apa aku tunduk? Bukankah itu sama saja? Hanya penyiksaan yang akan aku dapatkan dari Mas Deon. Benar begitu?" jawab Izabel."Kenapa sekarang kamu berani melawanku, Iza? Kamu memancing amarahku? Hah?" tanya Deon yang semakin kuat menjambak rambut panjang Izabel."Aku hanya manusia biasa, Mas. Aku juga memiliki batas kesabaranku. Setiap hari Mas Deon menyiksaku tanpa aku tahu apa salahku, dan itu Mas Deon lakukan selama berbulan-bulan. Apa Mas Deon lupa dengan apa yang sudah Mas Deon lakukan padaku selama ini? Hah? Mas Deon jahat! Mas Deon adalah suamiku. Seharusnya suami itu bisa menjadi rumah yang nyaman untuk istrinya. Tapi justru yang aku rasakan kini aku merasa seperti di dala
Deon dan bi Kinar langsung melepaskan tali yang terikat di tubuh Izabel."Tuan, ayo bawa Non Iza ke kamarnya!" pinta bi Kinar dengan panik.Deon mengangguk dan langsung membawa tubuh istrinya yang basah kuyup ke kamar wanita itu. Diikuti oleh bi Kinar di belakangnya."Bi, tolong gantikan pakaian untuk Iza! Aku akan panggilkan dokter," titah Deon."Baik, Tuan."Deon langsung keluar kamar dan menelepon dokter untuk segera datang ke rumahnya dan memeriksa Izabel. Hingga tak butuh waktu lama, dokter tersebut pun datang dan langsung menangani Izabel."Bagaimana? Apa dia baik-baik saja?" tanya Deon dengan perasaan panik juga."Tubuhnya menggigil dan demamnya cukup tinggi. Saya akan meresepkan obat untuk Nyonya Iza dan Nyonya harus banyak istirahat," kata dokter."Baik, terima kasih." Dokter pun langsung pergi setelah tadi memberikan resep obat agar bisa ditebus. Kini Izabel juga sudah sadar dengan kondisi tubuhnya yang menggigil."Non, Bibi buatkan teh jahe untuk Non Iza, ya!""Makasih, Bi
Jangan banyak bicara, Izabel! Aku tidak akan menceraikanmu. Lebih baik sekarang kau habiskan makananmu, setelah itu baru kau boleh istirahat." Deon segera keluar dari kamar Izabel."Aku bukan seorang pembunuh, Mas. Aku hanya terjebak Aku tidak tahu apa-apa." ucap Izabel yang berhasil membuat langkah Deon terhenti."Apa maksudmu? Aku membebaskanmu waktu itu karena semua bukti mengarah kepadamu. Ya, kau benar, salah satu alasan aku tidak menyukaimu dan membencimu karena aku malu memiliki seorang istri yang merupakan mantan narapidana." ujar Deon."Meskipun aku mengatakan yang sejujurnya, belum tentu Mas Deon bisa percaya padaku. Mas Deon bebas mempercayai aku atau tidak. Yang jelas aku sudah mengatakan yang sebenarnya, bahwa bukan aku pembunuh dari wanita itu. Hanya satu bukti yang mengarah kepadaku, yaitu pisau yang digunakan untuk membunuh Nyonya Dhyra. Apa itu berarti aku adalah pelakunya? Untuk apa aku membunuhnya? Aku tidak memiliki kepentingan apa pun dengannya." tutur Izabel menc
"Honey, kenapa tidak dimakan makanannya? Ayo dimakan, Sayang. Aku perhatikan dari tadi kamu terus melamun. Ada apa? Apa ada masalah yang mengganggu pikiranmu? Hm?" tanya Aurora yang kini sedang makan siang bersama Deon."Ya, ada satu hal yang dari kemarin mengganjal di pikiranku, Aurora." jawab Deon."Oh iya? Apa itu? Kamu bisa cerita padaku, Sayang. Ayo katakan!" balas Aurora."Beberapa hari lalu aku menghukum Izabel. Namun tiba-tiba saja dia memintaku untuk menceraikannya. Dia bertanya padaku mengapa aku selalu menyiksanya dan mengapa aku membenci dirinya. Aku katakan padanya alasanku membenci dirinya karena dia adalah seorang pembunuh. Awalnya dia bertanya padaku apakah alasan aku membencinya karena dia seorang pembunuh? Akhirnya aku iyakan tebakannya itu. Tapi yang membuat aku kepikiran dari kemarin adalah, dia mengatakan kepadaku jika bukan dia pembunuhnya. Dia mengatakan padaku jika dia hanya terjebak. Dia tidak mengakui perbuatannya, Aurora. Yang membuatku merasa kesal, mengapa