Deon Hayden harus menerima kenyataan saat dirinya sedang berada di luar negeri untuk perjalanan bisnis. Ia mendapatkan kabar dari orang kepercayaannya bahwa ibunya, Dhira Hayden telah mati dibunuh oleh seseorang. Deon begitu sangat murka setelah tahu pembunuhnya adalah Izabel Taqi yang merupakan saudara tiri dari kekasihnya, yaitu Aurora Jovita. Untuk membalaskan dendamnya pada Izabel, Ia akhirnya memilih untuk menikahi Izabel agar bisa membalaskan dendamnya. Namun fakta yang sebenarnya akhirnya terungkap, hingga akhirnya ia mengetahui pembunuh yang sesungguhnya.
Lihat lebih banyak"Ini kamarmu sekarang! Kamu bisa tidur di sini. Dan ingat, jangan coba-coba berani masuk ke dalam kamarku, mengerti? Kalau sampai kamu dengan lancangnya masuk ke kamarku, aku akan mematahkan tanganmu." ancam seorang pria yang kini mengenakan jas hitam setelah acara pernikahannya dengan wanita yang saat ini berhadapan dengannya.
"Tapi kita kan suami istri. Kenapa kita harus pisah kamar?" tanya seorang wanita yang masih mengenakan gaun pengantin."Jangan banyak bicara! Atau aku akan memindahkanmu di gudang," pria itu menatap tajam wanita yang sekarang sudah sah menjadi istrinya."Maaf! Aku hanya menyampaikan apa yang ingin aku sampaikan." Wanita itu menunduk.Pria itu langsung pergi dari sana dan berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya.Pria tersebut langsung menghubungi seseorang yang sejak tadi sudah sangat dirindukannya."Hallo, Honey!" Suara seorang wanita."Hallo, kamu sedang apa?""Sedang memikirkanmu. Apalagi yang bisa aku lakukan selain memikirkanmu, hm?""Kamu ini begitu menggemaskan. Oh iya, apa kamu tahu, apa yang sudah aku lakukan pada saudara tirimu itu?" ujar pria tersebut."Apa?" tanya wanita tersebut."Aku memintanya untuk tidur terpisah denganku. Melihat wajahnya saja aku merasa jijik," jelas pria itu."Baguslah kalau begitu. Ingat, jangan sampai kamu tergoda padanya! Atau aku akan marah padamu" ancam sang wanita."Kau tenang saja, Honey! Tidak ada wanita yang mampu menggodaku selain dirimu, benarkah?" jawab pria tersebut."Kamu ini, selalu bisa mengambil hatiku,""Hahaha.... jangan panggil aku Deon Hayden kalau aku sendiri tidak bisa menjerat kekasihku sendiri, Aurora Jovita.""Jangan banyak bicara, Deon! Lebih baik kamu istirahat. Aku tidak ingin kamu kelelahan.""Baiklah, Honey! Kalau begitu, aku tutup dulu teleponnya. Bye!""Bye, Honey!"Deon langsung menutup teleponnya dan mengganti jas pengantinnya dengan piyama tidurnya. Meskipun sekarang adalah malam pengantinnya, tapi bagi Deon tidak ada yang spesial, karena ia menikahi wanita yang tidak ia cintai.**Di kamar yang berukuran sangat kecil, seorang wanita sedang duduk termenung di atas tikar yang akan menjadi alas tidurnya saat ini. Karena di dalam kamar tersebut tidak ada kasur. Hanya ada satu bantal dan satu bantal guling. Jadi, mulai malam ini wanita tersebut tidak bisa merasakan tidur di kasur yang empuk. Suaminya hanya menyediakan kamar seadanya. Bahkan kamar tersebut lebih kecil dari kamar pembantu yang berada di rumah besar tersebut."Ibu, aku merindukanmu, Bu! Andai Ibu masih ada di sini, aku pasti tidak akan kesepian." Wanita tersebut meneteskan air matanya.Hingga pagi hari tiba, Deon sudah bersiap untuk pergi ke kantornya seperti biasa. Ia bekerja di perusahaannya sendiri sebagai direktur utama. Perusahaan yang bernama PT Ursa Major adalah perusahaan yang ia dirikan sendiri tanpa bantuan siapa pun."Selamat pagi, Bi!" sapa Deon dengan pembantu yang tinggal di rumahnya."Selamat pagi, Tuan!""Di mana Iza? Apa dia belum bangun?" tanya Deon karena ia tidak melihat istrinya."Nona Izabel belum bangun, Tuan! Nona masih di kamarnya." jawab bi Kinar, pelayan di rumah Deon.Tanpa bicara, Deon langsung menghampiri Izabel di kamarnya. Ia membuka pintu kamarnya begitu saja karena memang tidak dikunci. Di sana terlihat Izabel masih berbaring di atas tikar dengan masih mengenakan gaun pengantinnya. Deon berbalik badan lagi untuk mengambil sesuatu. Saat ia sudah kembali, ia langsung menyiram tubuh wanita yang bernama lengkap Izabel Taqi Ganendra dengan air yang sudah ia bawa.ByuuurrrrrrSontak saja Izabel merasa terkejut dan langsung bangun begitu saja. Ia merasa kedinginan karena Deon menyiram tubuhnya dengan air yang ia ambil dari kulkas."Mas Deon, kenapa kamu siram aku?" tanya Izabel begitu ia menyadari Deon sudah berdiri di hadapannya."Kamu pantas untuk disiram. Kamu pikir kamu siapa, hah? Kamu tidak lihat ini sudah jam berapa? Jangan berlagak seperti Nyonya di rumah ini! Karena bagiku, kamu itu lebih rendah dari pada pembantu." ucap Deon dengan emosinya. Ia tidak suka melihat Izabel yang masih tertidur, sedangkan dirinya sendiri sudah siap untuk bekerja."Kenapa kamu bicara seperti itu, Mas? Aku ini istrimu, Mas Deon!" Mata Izabel berkaca-kaca."Jangan katakan kalau kamu adalah istriku! Meskipun itu benar. Karena aku jijik mendengar kata-kata itu dari mulutmu."Izabel hanya bisa sabar dan menahan dirinya. Ia tidak tahu mengapa Deon membencinya. Padahal sebelumnya, pria itu selalu bersikap manis padanya meskipun saat itu mereka baru mengenal selama satu bulan dan Deon langsung mengajaknya menikah."Cepat bangun! Bereskan tempat tidurmu!" titah Deon."Iya," lirih Izabel.Deon langsung keluar dari kamar Izabel. Ia kembali ke meja makan untuk menikmati sarapannya. Setelah selesai, ia langsung pamit pada bi Kinar untuk pergi ke kantornya."Bi Kinar,""Iya, Tuan?""Tolong awasi Izabel! Ingat, jangan biarkan dia menyentuh barang-barang di rumah ini! Termasuk dia juga tidak boleh duduk di sofa dan duduk di meja makan. Kalau dia mau makan, suruh dia duduk di lantai. Dan kalau dia mau makan atau pun minum, jangan izinkan dia memakai piring dan gelas yang sama dengan yang aku pakai. Mengerti?" tegas Deon dengan pesan-pesannya."Baik, Tuan!" kata bi Kinar menunduk.Deon pun segera pergi dari sana untuk berkerja seperti biasa di kantornya. Ia sengaja tidak mengambil cuti meskipun semalam baru saja ia merayakan pesta pernikahannya.Setelah kepergian Deon, kini Izabel sudah membersihkan kamarnya dan juga dirinya. Ia beranjak ke dapur untuk makan karena perutnya terasa sangat lapar dari semalam."Selamat pagi, Bi!" sapa Izabel pada bi Kinar."Pagi, Non Iza sudah bangun?" balas bi Kinar."Iya, Bi. Oh iya, apa Bibi sudah memasak? Perutku lapar sekali dari semalam," ucap Izabel."Iya, Non, Bibi sudah masak. Mau Bibi siapkan?" tawar bi Kinar."Tidak usah, Bi! Aku ambil sendiri saja," Izabel tersenyum dan berjalan ke arah meja makan. Ia baru saja ingin mengambil piring, namun tiba-tiba saja bi Kinar mencegahnya."Non Iza, jangan pakai piring itu!" cegah bi Kinar."Kenapa, Bi?" tanya Izabel heran."Maaf, Non, bukannya Bibi melarang, hanya saja Tuan Deon meminta Bibi untuk melarang Non Iza memakai barang yang biasa dipakai oleh Tuan Deon. Tuan Deon juga meminta Bibi untuk melarang Nona menyentuh barang-barang di rumah ini. Nona tidak boleh duduk di sofa yang ada di sini. Tuan Deon meminta Nona untuk duduk di lantai. Pokoknya, Nona tidak boleh menyentuh barang apa pun yang ada di sini. Sekali lagi Bibi minta maaf ya, Non. Bibi hanya menjalankan perintah Tuan." Bi Kinar sebenarnya merasa kasihan pada Izabel. Namun ia tidak bisa melakukan apa pun selain menuruti apa kata majikannya itu.Izabel yang mendengar pesan dari bi Kinar tentu saja merasa teriris hatinya. Ia merasa tidak ada harga dirinya di mata suaminya. Padahal Deon sendiri yang memintanya untuk menikahinya. Ia tidak tahu mengapa Deon bersikap kejam pada dirinya."Tidak apa-apa, Bi, aku mengerti! Kalau begitu, mana piring yang boleh aku pakai untuk makan?" tanya Izabel.Bi Kinar mengambil piring yang biasa digunakan oleh pelayan di sana. Ia memberikan piring tersebut pada majikannya."Ini Non piringnya,""Terima kasih, Bi!" Izabel mencoba untuk tetap tersenyum.Izabel begitu terkejut saat ia mendengar kabar bahwa saat ini Aurora telah ditangkap atas tuduhan pembunuhan. Bahkan saudara tirinya itu sudah ditetapkan sebagai tersangka. "Iza, kamu kenapa terlihat cemas? Apa yang sedang kamu pikirkan sayang?" tanya Deon. "Mas, apa Mas Deon tahu, pembunuh sebenarnya dari nyonya Dhyra adalah Aurora, saudaraku sendiri Mas." ucap Izabel. "Iya, aku tahu." jawab Deon. "Jadi Mas Deon sudah tahu?" "Tentu saja aku tahu, karena aku sendiri yang menjebloskan sauadara tirimu ke dalam penjara." Deon mengaku. "Apa!!!" Izabel begitu terkejut dan tidak menyangka bahwa ternyata yang menjebloskan Aurora ke dalam penjara adalah suaminya sendiri. Ia tak habis pikir. "Iza, jangan terkejut seperti itu. Bukankah aku sudah pernah bilang padamu bahwa aku akan membantu membersihkan nama baikmu dan mencari pembunuh yang sebenarnya. Dan aku sudah menemukan banyak bukti. Setelah itu ternyata benar, bahwa saudara tirimu lah yang telah menjebakmu, padahal dia sen
Ting TongTing TongCeklek"Selamat pagi, Bu." sapa tiga orang pria berseragam coklat."Selamat pagi." balas bu Sara begitu terkejut melihat pria berseragam di hadapannya."Apa benar ini kediaman saudara Aurora Jovita?" "Ya, benar, saya ibunya. Ada apa ya, Pak?" tanya bu Sara."Ma, Mama di mana? Aku keluar sebentar ya, Ma." teriak Aurora. Kemudian wanita itu segera berjalan ke depan untuk menghampiri ibunya yang terlihat seperti sedang mengobrol dengan seseorang."Ma, ada apa ini? Kenapa bisa ada polisi?" tanya Aurora tak kalah terkejut."Permisi, apa saudara yang bernama Aurora Jovita?" tanya salah satu pria berseragam tersebut."Iya benar, saya sendiri Aurora Jovita. Ada apa ini?" tanya Aurora."Kami ke sini untuk membawa surat penangkapan Nona Aurora, dan Nona Aurora harus ikut kami ke kantor polisi." jawabnya."Apa? Membawa saya ke kantor polisi? Apa maksud kalian? Apa salah saya sampai saya harus ikut kalian ke kantor polisi?" Aurora begitu tercengang mendengar penjelasan p
"Hallo, bagaimana? Kamu sudah menemukan siapa pemilik mobil itu?" tanya Deon pada orang suruhannya di telepon."Saya sudah berhasil menemukan siapa pemilik mobil tersebut, Tuan. Mobil itu adalah mobil milik rental yang disewa oleh seorang perempuan," jelas anak buah Deon di telepon."Apa? Mobil sewaan? Siapa perempuan yang menyewa mobil itu?" tanya Deon."Menurut info yang saya dapat, mobil tersebut disewa oleh seorang perempuan yang bernama Aurora Jovita, Tuan. Dan menurut pantauan cctv yang berada di sekitar tempat kejadian, ternyata mobil itu sudah berada di ujung jalan satu jam sebelum kejadian itu, Tuan. Mobil itu memang sengaja ingin menabrak Nona Izabel," kata anak buah Deon.Deon mengepalkan tangannya begitu mendengarkan fakta yang sebenarnya. Ternyata dugaannya benar, jika Aurora adalah dalang di balik kejadian kemarin. Sungguh demi apa pun Deon benar-benar marah dan tidak akan memaafkan Aurora. Jika saja kemarin ia terlambat menolong Izabel, ia telah kehilangan dua wanita te
"Apa? Jadi, Deon sudah mengetahui tentang hubungan kita?" Javas begitu kaget mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh Aurora."Iya, aku harus bagaimana, Javas? Ini sangat gawat!" Aurora berjalan mondar-mandir merasa bingung apa yang harus ia lakukan."Aku juga bingung, Aurora. Deon pasti akan sangat marah padaku," jawab Javas tak kalah cemas."Javas, kenapa Deon bisa tahu tentang hubungan kita? Padahal selama ini kita sudah bermain aman. Tapi kenapa dia bisa tahu? Atau jangan-jangan Izabel yang memberitahukannya pada Deon?" tebak Aurora."Maksudmu?" tanya Javas belum mengerti."Kamu ingat jika Izabel tahu kamu adalah Austin kekasihku. Atau jangan-jangan Izabel bercerita pada Deon tentang hubungan kita?" tukas Aurora."Kamu benar, Aurora. Selama ini hanya saudara tirimu yang tahu tentang hubungan kita meskipun dia tahu aku dengan nama Austin," timpal Javas."Kurang ajar! Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus kasih pelajaran pada Iza," geram Aurora."Apa yang akan kamu lakukan, Aurora?
"Honey!!!" Aurora masuk begitu saja ke dalam ruangan Deon.Deon begitu terkejut dengan kedatangan wanita yang sampai kini masih berstatus sebagai kekasihnya."Aurora? Kenapa kamu ke sini?" tanya Deon menatap Aurora dengan tatapan yang tidak biasa."Tentu saja aku merindukan kamu, Sayang. Sudah beberapa hari ini kita tidak menghabiskan waktu bersama. Aku ingin kita melakukannya, Sayang." Aurora langsung duduk di pangkuan Deon.BugghhhDengan secepat kilat, Deon langsung mendorong tubuh Aurora di atas pangkuannya, hingga wanita itu terjungkal ke bawah. Deon merasa jijik dengan wanita yang pernah dicintainya itu. Kini cintanya untuk Aurora telah berubah menjadi rasa benci dan dendam yang begitu besar pada wanita itu. Apalagi jika ia mengingat bahwa Aurora adalah pembunuh mendiang ibunya. Ia semakin benci pada wanita itu."Deon, kenapa kamu mendorongku? Hah? Sakit, Sayang." keluh Aurora."Aku reflek," jawab Deon dengan santainya."Sebenarnya ada apa denganmu? Kenapa sikapmu padaku berubah
Aurora dibuat tidak bisa tidur malam ini. Saat ini ia sedang berada di hotel bersma Javas. Sebelumnya Javas yang meminta Aurora menemaninya di hotel karena pria itu sedang merindukan kekasih gelapnya."Ada apa, Sayang? Kenapa dari tadi aku perhatikan kamu seperti sedang memilki masalah," tanya Javas."Javas, apa kamu tahu, bahwa akhir-akhir ini sikap Deon telah berubah padaku. Bahkan seakan dia tidak peduli padaku dan mengabaikanku," kata Aurora."Maksudmu bagaimana?""Javas, Deon baru saja mengajak Izabel berlibur selama satu minggu ke Mesir. Sedangkan denganku, dia tidak pernah mengajakku berlibur sejauh itu. Aku takut jika dia telah jatuh cinta pada Izabel," ungkap Aurora."Memangnya apa salahnya? Izabel adalah istrinya. Aku rasa tidak ada yang salah dengan itu," cetus Javas."I know! Tapi aku takut, Javas. Aku takut jika Deon sudah tidak percaya lagi padaku. Aku takut jika dia tidak percaya bahwa Izabel adalah pembunuh ibunya. Jika dia tidak percaya bahwa Izabel adalah pembunuh, m
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen