Izabel meringis kesakitan karena tarikan tangan Deon pada rambutnya. Namun sebisa mungkin ia tahan. "Lakukan apa yang ingin Mas Deon lakukan padaku! Lagi pula, untuk apa aku tunduk pada Mas Deon? Semua itu percuma. Meskipun aku tidak melakukan kesalahan pun, Mas Deon akan tetap menganggapku salah. Jadi, untuk apa aku tunduk? Bukankah itu sama saja? Hanya penyiksaan yang akan aku dapatkan dari Mas Deon. Benar begitu?" jawab Izabel."Kenapa sekarang kamu berani melawanku, Iza? Kamu memancing amarahku? Hah?" tanya Deon yang semakin kuat menjambak rambut panjang Izabel."Aku hanya manusia biasa, Mas. Aku juga memiliki batas kesabaranku. Setiap hari Mas Deon menyiksaku tanpa aku tahu apa salahku, dan itu Mas Deon lakukan selama berbulan-bulan. Apa Mas Deon lupa dengan apa yang sudah Mas Deon lakukan padaku selama ini? Hah? Mas Deon jahat! Mas Deon adalah suamiku. Seharusnya suami itu bisa menjadi rumah yang nyaman untuk istrinya. Tapi justru yang aku rasakan kini aku merasa seperti di dala
Deon dan bi Kinar langsung melepaskan tali yang terikat di tubuh Izabel."Tuan, ayo bawa Non Iza ke kamarnya!" pinta bi Kinar dengan panik.Deon mengangguk dan langsung membawa tubuh istrinya yang basah kuyup ke kamar wanita itu. Diikuti oleh bi Kinar di belakangnya."Bi, tolong gantikan pakaian untuk Iza! Aku akan panggilkan dokter," titah Deon."Baik, Tuan."Deon langsung keluar kamar dan menelepon dokter untuk segera datang ke rumahnya dan memeriksa Izabel. Hingga tak butuh waktu lama, dokter tersebut pun datang dan langsung menangani Izabel."Bagaimana? Apa dia baik-baik saja?" tanya Deon dengan perasaan panik juga."Tubuhnya menggigil dan demamnya cukup tinggi. Saya akan meresepkan obat untuk Nyonya Iza dan Nyonya harus banyak istirahat," kata dokter."Baik, terima kasih." Dokter pun langsung pergi setelah tadi memberikan resep obat agar bisa ditebus. Kini Izabel juga sudah sadar dengan kondisi tubuhnya yang menggigil."Non, Bibi buatkan teh jahe untuk Non Iza, ya!""Makasih, Bi
Jangan banyak bicara, Izabel! Aku tidak akan menceraikanmu. Lebih baik sekarang kau habiskan makananmu, setelah itu baru kau boleh istirahat." Deon segera keluar dari kamar Izabel."Aku bukan seorang pembunuh, Mas. Aku hanya terjebak Aku tidak tahu apa-apa." ucap Izabel yang berhasil membuat langkah Deon terhenti."Apa maksudmu? Aku membebaskanmu waktu itu karena semua bukti mengarah kepadamu. Ya, kau benar, salah satu alasan aku tidak menyukaimu dan membencimu karena aku malu memiliki seorang istri yang merupakan mantan narapidana." ujar Deon."Meskipun aku mengatakan yang sejujurnya, belum tentu Mas Deon bisa percaya padaku. Mas Deon bebas mempercayai aku atau tidak. Yang jelas aku sudah mengatakan yang sebenarnya, bahwa bukan aku pembunuh dari wanita itu. Hanya satu bukti yang mengarah kepadaku, yaitu pisau yang digunakan untuk membunuh Nyonya Dhyra. Apa itu berarti aku adalah pelakunya? Untuk apa aku membunuhnya? Aku tidak memiliki kepentingan apa pun dengannya." tutur Izabel menc
"Honey, kenapa tidak dimakan makanannya? Ayo dimakan, Sayang. Aku perhatikan dari tadi kamu terus melamun. Ada apa? Apa ada masalah yang mengganggu pikiranmu? Hm?" tanya Aurora yang kini sedang makan siang bersama Deon."Ya, ada satu hal yang dari kemarin mengganjal di pikiranku, Aurora." jawab Deon."Oh iya? Apa itu? Kamu bisa cerita padaku, Sayang. Ayo katakan!" balas Aurora."Beberapa hari lalu aku menghukum Izabel. Namun tiba-tiba saja dia memintaku untuk menceraikannya. Dia bertanya padaku mengapa aku selalu menyiksanya dan mengapa aku membenci dirinya. Aku katakan padanya alasanku membenci dirinya karena dia adalah seorang pembunuh. Awalnya dia bertanya padaku apakah alasan aku membencinya karena dia seorang pembunuh? Akhirnya aku iyakan tebakannya itu. Tapi yang membuat aku kepikiran dari kemarin adalah, dia mengatakan kepadaku jika bukan dia pembunuhnya. Dia mengatakan padaku jika dia hanya terjebak. Dia tidak mengakui perbuatannya, Aurora. Yang membuatku merasa kesal, mengapa
TokTokTokBi Kinar mengetuk pintu kamar Izabel karena ini waktunya majikannya itu untuk sarapan pagi. Hari ini adalah hari Senin, dan Izabel harus kembali bekerja lagi.Ceklek"Bibi, ada apa?" Izabel bertanya setelah ia membuka pintu kamarnya."Non, ini waktunya Non Iza untuk sarapan. Ayo sarapan, Non, Bibi sudah memasak untuk Non Iza." ajak bi Kinar.Izabel merasa heran. Pasalnya selama ini bi Kinar jarang sekali sampai menghampiri dirinya untuk sarapan. "Bibi tidak perlu repot-repot ke kamarku, nanti aku pasti akan sarapan. Aku akan bersiap-siap dulu, Bi." kata Izabel."Non Iza harus sarapan sekarang, karena Tuan Deon sudah menunggu Non Iza di meja makan," tukas bi Kinar.Seketika mata Izabel melotot tidak percaya dengan apa yang disampaikan oleh bi Kinar. Rasanya terdengar sangat mustahil saat ia tahu jika Deon sudah menunggunya untuk sarapan. Selama ini pria itu tidak sepeduli seperti sekarang ini sampai menunggu dirinya di meja makan."Apa? Mas Deon menunggu aku di meja makan?
Deon baru saja mendapatkan kabar dari orang suruhannya bahwa ada fakta baru yang didapatkan oleh orang suruhan Deon itu. Orang itu mengatakan pada Deon jika orang itu sudah bertemu dengan pengacara Izabel yang menangani kasus tersebut. Pengacara Izabel mengatakan jika hari itu Izabel sedang dalam perjalanan untuk bekerja, namun di tengah perjalanan, ponsel Izabel tertinggal. Alhasil Izabel memutuskan untuk kembali lagi mengambil ponselnya. Namun saat wanita itu kembali ke rumah dan ingin mengambil ponselnya, tak sengaja Izabel melihat Dhyra Hayden sudah tergeletak bersimbah darah. Di saat yang bersamaan saat itu, Aurora datang dan menyaksikan Izabel yang sedang memegang pisau tersebut dan menangis di depan tubuh Dhyra Hayden."Tuan, jika dipikir-pikir lagi, rasanya mustahil jika Nona Izabel membunuh Nyonya Dhyra." kata pria yang merupakan orang kepercayaan Deon."Apa maksudmu?" tanya Deon."Coba Tuan pikiran! Hari itu Nona Izabel ingin berangkat bekerja. Kemudian dia kembali lagi pula
Baru saja sampai di rumah setelah seharian bekerja. Izabel dikejutkan dengan kondisi kamarnya yang sudah terlihat seperti gudang. Bahkan ia tak menemukan pakaian dan barang-barang miliknya di sana."Ke mana barang-barangku? Kenapa semuanya tidak ada? Apa ini perbuatan Mas Deon? Apa Mas Deon sengaja ingin menghukumku lagi? Ya Tuhan, cobaan apa lagi yang harus aku hadapi? Baru saja aku merasa senang karena Mas Deon sudah berubah, tapi ternyata semua itu hanya sementara." ucap Izabel dengan matanya yang berkaca-kaca.Ia mengira Deon membuang semua barang-barangnya dari kamarnya, dan ia mengira jika Deon pasti akan memindahkannya ke kamar yang tidak layak seperti kamar sebelumnya.Izabel segera keluar dari kamarnya dan mencari keberadaan bi Kinar. Kebetulan saat itu bi Kinar sedang berada di halaman belakang."Bibi," panggil Izabel dengan wajah paniknya."Eh, Non Iza sudah pulang?""Bi, di mana pakaianku dan barang-barangku? Kenapa kamarku jadi kosong? Apa Mas Deon ingin menghukumku lagi?
"Saat itu aku memegang pisau yang menancap di perut Tante Dhyra. Aku begitu shock saat aku kembali ke rumah mengambil ponselku, aku sudah melihat Tante Dhyra bersimbah darah dengan tubuh tergeletak dan pisau yang menancap di tubuhnya. Saat itu aku hanya berniat mengambil pisau yang menancap di perut Tante Dhyra. Aku tidak berpikir lagi jika apa yang aku lakukan itu adalah sebuah kesalahan yang akan meninggalkan sidik jariku di pisau tersebut. Dan tak lama kemudian, saudara tiriku yang baru saja pulang, dia melihatku memegang pisau dan mengira jika aku yang telah membunuh Tante Dhyra. Karena hal itulah akhirnya aku menjadi tersangka pembunuhan Tante Dhyra. Aku tidak bisa membela diri karena kebetulan hari itu cctv di rumahku sedang tidak aktif. Hingga akhirnya aku kalah di persidangan dan mengharuskan aku mendekam di dalam penjara. Sebelum akhirnya dengan kebaikan hatinya, Mas Deon menjaminku dan membebaskan aku. Sebagai gantinya, Mas Deon meminta aku untuk bersedia menikah dengannya.