Share

Bab 7: Membebaskan Izabel

Hingga hampir tengah malam, Deon baru menemui Izabel kembali.

"Iza, ayo turun!" teriak Deon dari bawah.

Namun saat ini Izabel tertidur di atas pohon karena menahan kantuk dan lapar.

"Iza, cepat turun!" teriak Deon lagi lebih keras. Dan teriakan tersebut berhasil membangunkan Izabel dari tidurnya.

"Mas Deon?" Izabel melihat ke bawah dan ada Deon di sana yang sedang menatapnya tajam.

"Cepat turun! Atau aku akan membiarkanmu di atas sana lebih lama!" seru Deon dengan ancamannya.

"Jangan! Aku akan turun sekarang, Mas!" jawab Izabel dari atas sana. Perlahan ia pun menurunkan kakinya. Hingga hampir saja ia akan sampai ke bawah, tiba-tiba saja ia terpeleset dan terjatuh.

"Awwww...!!!" jerit Izabel saat kakinya terkikir.

"Dasar bodoh! Turun saja kamu tidak bisa. Ayo cepat masuk!" umpat Deon.

"Aww, kakiku sakit, Mas! Aku sulit untuk berjalan." keluh Izabel karena memang sangat sakit dan sulit jika digunakan untuk jalan.

"Jangan berlebihan, Iza! Ayo cepat bangun!" paksa Deon.

"Tidak bisa, Mas! Ini sakit sekali," Izabel berusaha untuk bangun, namun tetap tidak bisa.

"Izabel, cepat bangun atau aku akan mengunci semua pintu agar kamu tidak bisa masuk!" gertak Deon mengancam dengan suara yang lebih tinggi.

Izabel terus berusaha untuk bangun, namun sekali lagi tetap tidak bisa dan justru membuat kakinya semakin sakit.

"Mas Deon, kakiku sakit sekali. Aku tidak bisa bangun! Tolong aku, Mas! Setidaknya, papah aku sampai kamar," pinta Izabel dengan sangat memohon.

"Cih, jangan harap! Bahkan menyentuhmu saja aku tidak sudi. Bisa-bisa kulitku nanti tertular penyakit." seru Deon dengan tatapan jijik.

"Mas Deon tenang saja! Aku tidak memiliki penyakit apa pun." balas Izabel.

"Kubur saja harapanmu! Jangan banyak bicara! Ayo cepat bangun!" bentak Deon semakin keras.

Izabel tak kunjung bangun juga. Justru ia kali ini sedang menangis karena Deon tak juga membantunya. Padahal ia benar-benar merasakan sakit dan sulit untuk berjalan.

"Hei, kenapa menangis? Aku tidak memintamu untuk menangis. Aku memintamu untuk masuk, Iza!" teriak Deon.

Deon benci sekali setiap kali ia melihat Izabel menangis. Deon menganggap tangisan Izabel selama ini hanyalah air mata buaya. Izabel hanya pandai berakting untuk menarik perhatian orang-orang. Namun tidak bagi dirinya. Ia tidak sudi memberikan perhatian kecil pun pada Izabel.

"Mas Deon benar-benar tidak memiliki hati! Apa Mas Deon tidak bisa melihat bagaimana kondisi kakiku, hah? Jangankan untuk berjalan, untuk bangun pun aku kesulitan. Jika aku bisa, aku pasti sudah masuk dari tadi, hikss ...hikss ..." tangis Izabel.

Deon yang mendengar Izabel berani berbicara dengan nada tinggi padanya menjadi sangat murka. Pria tersebut berjalan menghampiri Izabel yang jarakanya hanya lima meter dari tempatnya berdiri.

"Kamu sudah berani melawanku rupanya, hah? Apa kamu pikir kamu pantas bicara denganku? Kamu tidak memiliki hak untuk bicara kasar padaku di rumah ini. Di sini aku yang berkuasa. Dan kamu hanyalah benalu di rumah ini. Kamu hanya sampah!" ucap Deon sambil menjambak rambut Izabel ke belakang.

"Mas, Sakit! Ampun, Mas!" keluh Izabel kala Deon menjambak rambutnya semakin kencang.

"Sekali lagi kamu berani bicara dan melawan seperti tadi, aku akan membuat kamu tidak bisa berjalan untuk selama-lamanya! Akan kupatahkan kakimu, mengerti?" ancam Deon.

"Mengerti, Mas!" lirih Izabel.

Deon langsung melepaskan jambakannya dan meninggalkan Izabel begitu saja. Ia meminta bi Kinar untuk membantu Izabel berdiri dan masuk ke kamarnya.

"Pelan-pelan saja, Non!" Bi Kinar menuntun Izabel masuk ke dalam kamarnya.

"Iya Bi, tapi ini sakit sekali!" keluh Izabel.

"Biar saya bantu Non Iza, ya! Supaya kakinya tidak sakit lagi," kata bi Kinar.

"Bibi bisa?"

"Dulu Bibi pernah mengurut kaki anak Bibi yang terkilir seperti Non Iza. Akhirnya dia bisa berjalan lagi meskipun masih belum pulih sepenuhnya," jelas bi Kinar.

Izabel hanya mengangguk. Dan bi Kinar langsung mendudukkan Izabel di atas tikar kamarnya. Perlahan ia memberi pijatan pada kaki majikannya. Hingga tak butuh waktu lama kaki Izabel mulai terasa membaik.

"Terima kasih ya, Bi! Sekarang kaki aku sudah lebih baik," ucap Izabel.

"Sama-sama, Non. Oh iya, Non Iza belum makan, kan?" tanya bi Kinar.

"Belum, Bi." Izabel menggelengkan kepalanya karena memang sejak dari pulang bekerja ia belum makan apa pun.

"Yasudah, Bibi ambilkan makanan untuk Non Iza, ya!" kata bi Kinar. Ia merasa kasihan melihat Izabel yang terlihat pucat dan lemas.

"Jangan, Bi! Aku takut kalau Mas Deon tahu dan dia pasti akan memarahi aku. Aku ambil sendiri saja makanannya," cegah Izabel. Ia tidak ingin Deon semakin marah dan justru akan menghukum dirinya dengan hukuman lain.

"Tapi kaki Non Iza masih belum sembuh. Non Iza jangan banyak bergerak dulu! Bibi akan membawa makanan itu secara diam-diam tanpa sepengetahuan Tuan. Non Iza tenang saja, ya!" tambah bi Kinar.

Setelah beberapa detik berpikir, Izabel pun akhirnya setuju atas tawaran dari bi Kinar. Meskipun kakinya sudah lebih baik, namun ia belum bisa berjalan dengan lancar.

***

Di kamarnya, Deon sedang memandangi foto mendiang ibunya yang sangat ia rindukan. Ia merasa menyesal dan gagal menjadi seorang anak yang tidak bisa menjaga ibunya sampai ibunya tewas di tangan orang lain. Andai saja ibunya meninggal karena sakit atau pun kecelakaan, mungkin Deon masih bisa menerimanya. Tapi ini dibunuh. Deon tidak pernah rela dan menerima itu semua.

"Ma, Mama tenang saja! Aku akan memberikan keadilan untuk Mama. Aku akan balaskan padanya atas apa yang dia lakukan pada Mama. Aku janji, Ma, aku akan membuat dia semakin menderita dan menyesal. Aku tidak akan membiarkan dia hidup dengan tenang. Itu janjiku pada Mama!" ucap Deon pada foto ibunya.

Ia pun akhirnya tertidur dengan memeluk foto ibunya. Ibu yang sangat ia cintai dan sayangi melebihi dirinya sendiri, karena sejak kecil, Deon hanya hidup berdua dengan ibunya, karena ayahnya telah menelantarkannya demi wanita lain. Saat itu Deon berjanji akan selalu menjadi pelindung untuk ibunya meskipun janji itu telah gagal ia laksanakan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status