Share

Bab 7: Membebaskan Izabel

Author: Polaris
last update Huling Na-update: 2023-08-09 21:33:16

Hingga hampir tengah malam, Deon baru menemui Izabel kembali.

"Iza, ayo turun!" teriak Deon dari bawah.

Namun saat ini Izabel tertidur di atas pohon karena menahan kantuk dan lapar.

"Iza, cepat turun!" teriak Deon lagi lebih keras. Dan teriakan tersebut berhasil membangunkan Izabel dari tidurnya.

"Mas Deon?" Izabel melihat ke bawah dan ada Deon di sana yang sedang menatapnya tajam.

"Cepat turun! Atau aku akan membiarkanmu di atas sana lebih lama!" seru Deon dengan ancamannya.

"Jangan! Aku akan turun sekarang, Mas!" jawab Izabel dari atas sana. Perlahan ia pun menurunkan kakinya. Hingga hampir saja ia akan sampai ke bawah, tiba-tiba saja ia terpeleset dan terjatuh.

"Awwww...!!!" jerit Izabel saat kakinya terkikir.

"Dasar bodoh! Turun saja kamu tidak bisa. Ayo cepat masuk!" umpat Deon.

"Aww, kakiku sakit, Mas! Aku sulit untuk berjalan." keluh Izabel karena memang sangat sakit dan sulit jika digunakan untuk jalan.

"Jangan berlebihan, Iza! Ayo cepat bangun!" paksa Deon.

"Tidak bisa, Mas! Ini sakit sekali," Izabel berusaha untuk bangun, namun tetap tidak bisa.

"Izabel, cepat bangun atau aku akan mengunci semua pintu agar kamu tidak bisa masuk!" gertak Deon mengancam dengan suara yang lebih tinggi.

Izabel terus berusaha untuk bangun, namun sekali lagi tetap tidak bisa dan justru membuat kakinya semakin sakit.

"Mas Deon, kakiku sakit sekali. Aku tidak bisa bangun! Tolong aku, Mas! Setidaknya, papah aku sampai kamar," pinta Izabel dengan sangat memohon.

"Cih, jangan harap! Bahkan menyentuhmu saja aku tidak sudi. Bisa-bisa kulitku nanti tertular penyakit." seru Deon dengan tatapan jijik.

"Mas Deon tenang saja! Aku tidak memiliki penyakit apa pun." balas Izabel.

"Kubur saja harapanmu! Jangan banyak bicara! Ayo cepat bangun!" bentak Deon semakin keras.

Izabel tak kunjung bangun juga. Justru ia kali ini sedang menangis karena Deon tak juga membantunya. Padahal ia benar-benar merasakan sakit dan sulit untuk berjalan.

"Hei, kenapa menangis? Aku tidak memintamu untuk menangis. Aku memintamu untuk masuk, Iza!" teriak Deon.

Deon benci sekali setiap kali ia melihat Izabel menangis. Deon menganggap tangisan Izabel selama ini hanyalah air mata buaya. Izabel hanya pandai berakting untuk menarik perhatian orang-orang. Namun tidak bagi dirinya. Ia tidak sudi memberikan perhatian kecil pun pada Izabel.

"Mas Deon benar-benar tidak memiliki hati! Apa Mas Deon tidak bisa melihat bagaimana kondisi kakiku, hah? Jangankan untuk berjalan, untuk bangun pun aku kesulitan. Jika aku bisa, aku pasti sudah masuk dari tadi, hikss ...hikss ..." tangis Izabel.

Deon yang mendengar Izabel berani berbicara dengan nada tinggi padanya menjadi sangat murka. Pria tersebut berjalan menghampiri Izabel yang jarakanya hanya lima meter dari tempatnya berdiri.

"Kamu sudah berani melawanku rupanya, hah? Apa kamu pikir kamu pantas bicara denganku? Kamu tidak memiliki hak untuk bicara kasar padaku di rumah ini. Di sini aku yang berkuasa. Dan kamu hanyalah benalu di rumah ini. Kamu hanya sampah!" ucap Deon sambil menjambak rambut Izabel ke belakang.

"Mas, Sakit! Ampun, Mas!" keluh Izabel kala Deon menjambak rambutnya semakin kencang.

"Sekali lagi kamu berani bicara dan melawan seperti tadi, aku akan membuat kamu tidak bisa berjalan untuk selama-lamanya! Akan kupatahkan kakimu, mengerti?" ancam Deon.

"Mengerti, Mas!" lirih Izabel.

Deon langsung melepaskan jambakannya dan meninggalkan Izabel begitu saja. Ia meminta bi Kinar untuk membantu Izabel berdiri dan masuk ke kamarnya.

"Pelan-pelan saja, Non!" Bi Kinar menuntun Izabel masuk ke dalam kamarnya.

"Iya Bi, tapi ini sakit sekali!" keluh Izabel.

"Biar saya bantu Non Iza, ya! Supaya kakinya tidak sakit lagi," kata bi Kinar.

"Bibi bisa?"

"Dulu Bibi pernah mengurut kaki anak Bibi yang terkilir seperti Non Iza. Akhirnya dia bisa berjalan lagi meskipun masih belum pulih sepenuhnya," jelas bi Kinar.

Izabel hanya mengangguk. Dan bi Kinar langsung mendudukkan Izabel di atas tikar kamarnya. Perlahan ia memberi pijatan pada kaki majikannya. Hingga tak butuh waktu lama kaki Izabel mulai terasa membaik.

"Terima kasih ya, Bi! Sekarang kaki aku sudah lebih baik," ucap Izabel.

"Sama-sama, Non. Oh iya, Non Iza belum makan, kan?" tanya bi Kinar.

"Belum, Bi." Izabel menggelengkan kepalanya karena memang sejak dari pulang bekerja ia belum makan apa pun.

"Yasudah, Bibi ambilkan makanan untuk Non Iza, ya!" kata bi Kinar. Ia merasa kasihan melihat Izabel yang terlihat pucat dan lemas.

"Jangan, Bi! Aku takut kalau Mas Deon tahu dan dia pasti akan memarahi aku. Aku ambil sendiri saja makanannya," cegah Izabel. Ia tidak ingin Deon semakin marah dan justru akan menghukum dirinya dengan hukuman lain.

"Tapi kaki Non Iza masih belum sembuh. Non Iza jangan banyak bergerak dulu! Bibi akan membawa makanan itu secara diam-diam tanpa sepengetahuan Tuan. Non Iza tenang saja, ya!" tambah bi Kinar.

Setelah beberapa detik berpikir, Izabel pun akhirnya setuju atas tawaran dari bi Kinar. Meskipun kakinya sudah lebih baik, namun ia belum bisa berjalan dengan lancar.

***

Di kamarnya, Deon sedang memandangi foto mendiang ibunya yang sangat ia rindukan. Ia merasa menyesal dan gagal menjadi seorang anak yang tidak bisa menjaga ibunya sampai ibunya tewas di tangan orang lain. Andai saja ibunya meninggal karena sakit atau pun kecelakaan, mungkin Deon masih bisa menerimanya. Tapi ini dibunuh. Deon tidak pernah rela dan menerima itu semua.

"Ma, Mama tenang saja! Aku akan memberikan keadilan untuk Mama. Aku akan balaskan padanya atas apa yang dia lakukan pada Mama. Aku janji, Ma, aku akan membuat dia semakin menderita dan menyesal. Aku tidak akan membiarkan dia hidup dengan tenang. Itu janjiku pada Mama!" ucap Deon pada foto ibunya.

Ia pun akhirnya tertidur dengan memeluk foto ibunya. Ibu yang sangat ia cintai dan sayangi melebihi dirinya sendiri, karena sejak kecil, Deon hanya hidup berdua dengan ibunya, karena ayahnya telah menelantarkannya demi wanita lain. Saat itu Deon berjanji akan selalu menjadi pelindung untuk ibunya meskipun janji itu telah gagal ia laksanakan.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pernikahan Dendam Dengan CEO Tampan    50 End

    Izabel begitu terkejut saat ia mendengar kabar bahwa saat ini Aurora telah ditangkap atas tuduhan pembunuhan. Bahkan saudara tirinya itu sudah ditetapkan sebagai tersangka. "Iza, kamu kenapa terlihat cemas? Apa yang sedang kamu pikirkan sayang?" tanya Deon. "Mas, apa Mas Deon tahu, pembunuh sebenarnya dari nyonya Dhyra adalah Aurora, saudaraku sendiri Mas." ucap Izabel. "Iya, aku tahu." jawab Deon. "Jadi Mas Deon sudah tahu?" "Tentu saja aku tahu, karena aku sendiri yang menjebloskan sauadara tirimu ke dalam penjara." Deon mengaku. "Apa!!!" Izabel begitu terkejut dan tidak menyangka bahwa ternyata yang menjebloskan Aurora ke dalam penjara adalah suaminya sendiri. Ia tak habis pikir. "Iza, jangan terkejut seperti itu. Bukankah aku sudah pernah bilang padamu bahwa aku akan membantu membersihkan nama baikmu dan mencari pembunuh yang sebenarnya. Dan aku sudah menemukan banyak bukti. Setelah itu ternyata benar, bahwa saudara tirimu lah yang telah menjebakmu, padahal dia sen

  • Pernikahan Dendam Dengan CEO Tampan    Bab 49: Ditangkap

    Ting TongTing TongCeklek"Selamat pagi, Bu." sapa tiga orang pria berseragam coklat."Selamat pagi." balas bu Sara begitu terkejut melihat pria berseragam di hadapannya."Apa benar ini kediaman saudara Aurora Jovita?" "Ya, benar, saya ibunya. Ada apa ya, Pak?" tanya bu Sara."Ma, Mama di mana? Aku keluar sebentar ya, Ma." teriak Aurora. Kemudian wanita itu segera berjalan ke depan untuk menghampiri ibunya yang terlihat seperti sedang mengobrol dengan seseorang."Ma, ada apa ini? Kenapa bisa ada polisi?" tanya Aurora tak kalah terkejut."Permisi, apa saudara yang bernama Aurora Jovita?" tanya salah satu pria berseragam tersebut."Iya benar, saya sendiri Aurora Jovita. Ada apa ini?" tanya Aurora."Kami ke sini untuk membawa surat penangkapan Nona Aurora, dan Nona Aurora harus ikut kami ke kantor polisi." jawabnya."Apa? Membawa saya ke kantor polisi? Apa maksud kalian? Apa salah saya sampai saya harus ikut kalian ke kantor polisi?" Aurora begitu tercengang mendengar penjelasan p

  • Pernikahan Dendam Dengan CEO Tampan    Bab 48: Ternyata Aurora

    "Hallo, bagaimana? Kamu sudah menemukan siapa pemilik mobil itu?" tanya Deon pada orang suruhannya di telepon."Saya sudah berhasil menemukan siapa pemilik mobil tersebut, Tuan. Mobil itu adalah mobil milik rental yang disewa oleh seorang perempuan," jelas anak buah Deon di telepon."Apa? Mobil sewaan? Siapa perempuan yang menyewa mobil itu?" tanya Deon."Menurut info yang saya dapat, mobil tersebut disewa oleh seorang perempuan yang bernama Aurora Jovita, Tuan. Dan menurut pantauan cctv yang berada di sekitar tempat kejadian, ternyata mobil itu sudah berada di ujung jalan satu jam sebelum kejadian itu, Tuan. Mobil itu memang sengaja ingin menabrak Nona Izabel," kata anak buah Deon.Deon mengepalkan tangannya begitu mendengarkan fakta yang sebenarnya. Ternyata dugaannya benar, jika Aurora adalah dalang di balik kejadian kemarin. Sungguh demi apa pun Deon benar-benar marah dan tidak akan memaafkan Aurora. Jika saja kemarin ia terlambat menolong Izabel, ia telah kehilangan dua wanita te

  • Pernikahan Dendam Dengan CEO Tampan    Bab 47: Hampir Saja

    "Apa? Jadi, Deon sudah mengetahui tentang hubungan kita?" Javas begitu kaget mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh Aurora."Iya, aku harus bagaimana, Javas? Ini sangat gawat!" Aurora berjalan mondar-mandir merasa bingung apa yang harus ia lakukan."Aku juga bingung, Aurora. Deon pasti akan sangat marah padaku," jawab Javas tak kalah cemas."Javas, kenapa Deon bisa tahu tentang hubungan kita? Padahal selama ini kita sudah bermain aman. Tapi kenapa dia bisa tahu? Atau jangan-jangan Izabel yang memberitahukannya pada Deon?" tebak Aurora."Maksudmu?" tanya Javas belum mengerti."Kamu ingat jika Izabel tahu kamu adalah Austin kekasihku. Atau jangan-jangan Izabel bercerita pada Deon tentang hubungan kita?" tukas Aurora."Kamu benar, Aurora. Selama ini hanya saudara tirimu yang tahu tentang hubungan kita meskipun dia tahu aku dengan nama Austin," timpal Javas."Kurang ajar! Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus kasih pelajaran pada Iza," geram Aurora."Apa yang akan kamu lakukan, Aurora?

  • Pernikahan Dendam Dengan CEO Tampan    Bab 46: Ketahuan

    "Honey!!!" Aurora masuk begitu saja ke dalam ruangan Deon.Deon begitu terkejut dengan kedatangan wanita yang sampai kini masih berstatus sebagai kekasihnya."Aurora? Kenapa kamu ke sini?" tanya Deon menatap Aurora dengan tatapan yang tidak biasa."Tentu saja aku merindukan kamu, Sayang. Sudah beberapa hari ini kita tidak menghabiskan waktu bersama. Aku ingin kita melakukannya, Sayang." Aurora langsung duduk di pangkuan Deon.BugghhhDengan secepat kilat, Deon langsung mendorong tubuh Aurora di atas pangkuannya, hingga wanita itu terjungkal ke bawah. Deon merasa jijik dengan wanita yang pernah dicintainya itu. Kini cintanya untuk Aurora telah berubah menjadi rasa benci dan dendam yang begitu besar pada wanita itu. Apalagi jika ia mengingat bahwa Aurora adalah pembunuh mendiang ibunya. Ia semakin benci pada wanita itu."Deon, kenapa kamu mendorongku? Hah? Sakit, Sayang." keluh Aurora."Aku reflek," jawab Deon dengan santainya."Sebenarnya ada apa denganmu? Kenapa sikapmu padaku berubah

  • Pernikahan Dendam Dengan CEO Tampan    Bab 45: Menjalankan Kewajiban

    Aurora dibuat tidak bisa tidur malam ini. Saat ini ia sedang berada di hotel bersma Javas. Sebelumnya Javas yang meminta Aurora menemaninya di hotel karena pria itu sedang merindukan kekasih gelapnya."Ada apa, Sayang? Kenapa dari tadi aku perhatikan kamu seperti sedang memilki masalah," tanya Javas."Javas, apa kamu tahu, bahwa akhir-akhir ini sikap Deon telah berubah padaku. Bahkan seakan dia tidak peduli padaku dan mengabaikanku," kata Aurora."Maksudmu bagaimana?""Javas, Deon baru saja mengajak Izabel berlibur selama satu minggu ke Mesir. Sedangkan denganku, dia tidak pernah mengajakku berlibur sejauh itu. Aku takut jika dia telah jatuh cinta pada Izabel," ungkap Aurora."Memangnya apa salahnya? Izabel adalah istrinya. Aku rasa tidak ada yang salah dengan itu," cetus Javas."I know! Tapi aku takut, Javas. Aku takut jika Deon sudah tidak percaya lagi padaku. Aku takut jika dia tidak percaya bahwa Izabel adalah pembunuh ibunya. Jika dia tidak percaya bahwa Izabel adalah pembunuh, m

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status