Di tempat lain, Aurora sedang merias dirinya. Ia begitu senang Deon memintanya untuk datang ke rumahnya. Ia pun segera keluar dari kamarnya dan bersiap menemui kekasihnya.
"Sayang, kamu mau ke mana?" tanya Sara."Tentu saja bertemu dengan Deon, Ma. Deon mengatakan bahwa dia merindukanku. Dan apa Mama tau, Deon mengatakan padaku bahwa ia sedang menghukum Izabel. Aku begitu senang mendengarnya, Ma." ucap Aurora dengan perasaan senang."Benarkah? Ah, Mama senang sekali mendengarnya, Sayang.""Kalau begitu, aku pergi dulu ya Ma, bye!" pamit Aurora."Hati-hati, Sayang!"Memerlukan waktu satu jam bagi Aurora untuk bisa sampai di rumah kekasihnya dengan mobil Range Rover pemberian Deon saat ulang tahunnya tahun lalu. Kini mobil Aurora sudah memasuki gerbang rumah mewah nan megah milik Deon Hayden. Ia turun dari mobil dengan gaya angkuhnya selama ini."Di mana Deon?" tanya Aurora pada salah satu pelayan di rumah tersebut."Tuan ada di kamarnya, Nona. Tuan sudah menunggu Nona," sahut sang pelayan dengan menunduk hormat karena Deon yang memerintahkan pada para pelayannya di rumah untuk memperlakukan Aurora seperti nyonya di rumah itu. Meskipun para pelayan di rumah itu sama sekali tidak menyukai Aurora.Aurora segera menaiki anak tangga dan berjalan ke arah kamar Deon. Kamar yang sudah menjadi saksi bagaimana Aurora dan Deon seringkali bercinta sebelum Deon menikahi Izabel.Tok Tok TokCeklekDeon tersenyum melihat Aurora dengan pakaian seksinya. Ia begitu terpana melihat penampilan Aurora malam ini. Aurora mengenakan dress merah terang dengan tali spaghetti dan panjangnya di atas lutut. Bahkan jika ia membungkuk dengan jelas memperlihatkan bongkahan bokongnya yang padat."Masuklah, Honey!" Deon membiarkan Aurora untuk masuk ke dalam kamarnya. Kamar yang tidak pernah dimasuki oleh wanita manapun kecuali Aurora, wanita yang dicintainya.Aurora pun langsung duduk di tepi ranjang dan disusul oleh Deon di sampingnya."Honey, beritahu aku, hukuman apa yang kamu berikan pada Izabel?" tanya Aurora penasaran."Kamu penasaran, hm?" Deon tersenyum gemas melihat kekasihnya begitu penasaran."Tentu saja! Ayo beritahu aku, Honey!" rengek Aurora."Baiklah!" Deon berjalan mengambil ponselnya di atas nakas. Ia memperlihatkan pada Aurora hukuman yang telah diberikannya pada Izabel. Aurora merasa puas saat melihat Izabel sedang menangis di atas pohon sambil menggaruk tubuhnya karena digerayangi oleh semut di sana. Deon belum meminta Izabel untuk masuk padahal hari sudah gelap."Honey, kenapa kamu menghukumnya?" tanya Aurora."Dia telah mengacaukan pertemuanku dengan klienku." jawab Deon."Bagaiman bisa?" tanya Aurora lagi.Deon pun menceritakan bagaimana tadi Izabel menumpahkan minuman pada jas Mr. Martin, hingga Mr. Martin menunda pembahasan kerjasamanya dengan perusahaan milik Deon, yaitu Ursa Major."Dari dulu dia selalu seperti itu, Honey! Selalu membuat Mama dan mendiang Papa malu." kata Aurora berbohong."Apa kamu dan dia sudah sejak dulu tidak pernah akur?"tanya Deon."Kami memang tidak pernah akur karena Papa lebih menyayangiku dan dia merasa iri denganku. Dia seringkali melawan nasehat Mama dan Papa. Padahal nasehat dari mereka berdua itu demi kebaikannya. Tapi dia memang tidak pernah bisa diatur. Mungkin itulah alasan kenapa Papa lebih menyayangiku dibandingkan dengannya." tutur Aurora."Aku bangga memilikimu, Aurora. Aku tidak pernah salah memilih wanita yang aku jadikan sebagai kekasihku. Aku mencintaimu, Aurora," ungkap Deon. Lalu ia melumat bibir Aurora dengan lembut.Perlahan Deon melepaskan dress pendek yang masih menempel pada tubuh Aurora. Setelah terlepas semua hingga Aurora tampil topless. Kini Aurora yang membantu Deon untuk melepaskan kaos pendeknya dan juga celana boxernya. Hingga kini keduanya sudah polos tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh keduanya."Puaskan aku malam ini, Honey!" pinta Deon dengan mata berkabut."Tentu saja, Honey!" goda Aurora dengan mata nakalnya.Hingga kini keduanya pun bergumul di atas ranjang yang sering mereka gunakan untuk melampiaskan nafsu keduanya.***Di tempat Izabel berada, wanita itu semakin terisak karena hingga tiga jam lamanya, Deon belum juga memintanya untuk turun. Izabel merasa sangat lapar karena tadi siang ia belum sempat makan karena perutnya sedang sakit."Mas Deon, kamu di mana? Aku sudah tidak sanggup lagi berada di sini, Mas. Aku ingin masuk. Di sini dingin. Hikss...hikss..." isak Izabel. Ia hanya bisa berdo'a semoga Tuhan memberikannya kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi suaminya. Izabel masih belum tahu sebenarnya apa alasan Deon membenci dirinya, karena Izabel sendiri sebelumnya memang tidak pernah mengenal Deon. Ia mengenal Deon saat pria tersebut membebaskannya dari penjara dan memintanya untuk menikah. Izabel tidak tahu sebelumnya bahwa Deon adalah atasannya di tempat ia bekerja saat itu.Hingga dua jam berlalu, Deon dan Aurora baru saja bangun setelah tadi kelelahan bercinta selama satu jam lamanya."Aurora, sepertinya kamu harus pulang sekarang. Ini waktunya aku membebaskannya. Dia belum makan sama sekali. Aku tidak ingin dia mati dengan mudah. Setidaknya, dia harus mati di tanganku untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Setelah itu baru aku puas." pungkas Deon."Baiklah, Honey!" Aurora segera bangun dan memakai pakaiannya kembali yang sudah berceceran di lantai marmer kamar Deon. Disusul oleh Deon yang juga ikut memakai pakaiannya kembali."Honey, aku pulang dulu ya, muach..." pamit Aurora dan mengecup pipi Deon."Hati-hati, Honey!" balas Deon dan diangguki oleh kekasihnya.Hingga hampir tengah malam, Deon baru menemui Izabel kembali."Iza, ayo turun!" teriak Deon dari bawah.Namun saat ini Izabel tertidur di atas pohon karena menahan kantuk dan lapar."Iza, cepat turun!" teriak Deon lagi lebih keras. Dan teriakan tersebut berhasil membangunkan Izabel dari tidurnya."Mas Deon?" Izabel melihat ke bawah dan ada Deon di sana yang sedang menatapnya tajam."Cepat turun! Atau aku akan membiarkanmu di atas sana lebih lama!" seru Deon dengan ancamannya."Jangan! Aku akan turun sekarang, Mas!" jawab Izabel dari atas sana. Perlahan ia pun menurunkan kakinya. Hingga hampir saja ia akan sampai ke bawah, tiba-tiba saja ia terpeleset dan terjatuh."Awwww...!!!" jerit Izabel saat kakinya terkikir."Dasar bodoh! Turun saja kamu tidak bisa. Ayo cepat masuk!" umpat Deon."Aww, kakiku sakit, Mas! Aku sulit untuk berjalan." keluh Izabel karena memang sangat sakit dan sulit jika digunakan untuk jalan."Jangan berlebihan, Iza! Ayo cepat bangun!" paksa Deon."Tidak bisa, Mas!
Pagi hari saat Deon baru akan sarapan, ia tidak melihat Izabel di dapur. Biasanya saat ia sedang sarapan, Izabel pasti juga melakukan hal yang sama sarapan di dapur dan duduk di bawah lantai. Namun kali ini ia tidak melihat istri yang sangat dibencinya itu."Bi, di mana Iza?" tanya Deon."Non Iza sakit, Tuan, dan dia ada di kamarnya," jawab bi Kinar.Ya, tadi pagi saat baru bangun tidur, kepala Izabel terasa pusing dan badannya juga lemas. Ditambah kakinya yang masih sedikit nyeri meskipun sudah dipijat oleh bi Kinar semalam."Sakit?" ucap Deon."Iya Tuan, Non Iza mengeluhkan kepalanya terasa pusing dan badannya juga lemas. Saya lihat sendiri bagaimana pucatnya wajah Non Iza. Ditambah lagi kakinya yang masih belum sembuh," jelas bi Kinar."Tuan, apa sebaiknya kita panggilkan dokter saja untuk memeriksa Non Iza?" lanjut bi Kinar."Tidak! Biarkan saja!" tolak Deon dengan tegas.Deon tidak akan pernah membiarkan Izabel mendapatkan perlakuan baik di rumahnya. Apalagi sampai memanggil dokt
Malam ini di sebuah kamar hotel, sepasang kekasih baru saja selesai melakukan percintaan di kamar yang sering mereka kunjungi. Sang wanita kini sedang berada di dalam pelukan pria yang saat itu sama-sama dalam keadaan polos."Mau sampai kapan kita akan seperti ini secara sembunyi-sembunyi? Aku bahkan tidak tega padanya. Aku merasa telah mengkhianatinya, apalagi selama ini dia sudah begitu banyak membantuku." ucap pria tersebut."Bersabarlah! Aku akan menyelesaikannya. Tapi tidak sekarang. Jadi, aku mohon pengertianmu! Selama dia tidak tahu dengan apa yang kita lakukan saat ini, kita pasti akan aman. Kamu tenang saja, ya! Aku begitu sangat mencintaimu dan aku sangat nyaman berada di dekatmu. Jadi, tolong jangan pernah tinggalkan aku!" kata wanita tersebut dengan mata berkaca-kaca.Wanita itu memang begitu sangat mencintai pria yang sudah beberapa bulan ini telah resmi menjadi kekasihnya. Di dekat pria itu, ia merasakan kenyamanan yang tidak pernah ia dapatkan dari pria manapun."Tenangl
Enam bulan kemudian Meskipun pernikahan Deon dan Izabel sudah memasuki bulan ke-enam, namun tetap saja perlakuan Deon pada Izabel tetaplah sama. Deon masih saja membuat Izabel susah. Bahkan Deon juga masih sering menyiksanya dengan bermain tangan.Pernah suatu ketika, saat itu Izabel pulang bekerja larut malam karena saat itu hujan deras mengguyur dan jarang ada kendaraan yang beroperasi karena saat itu juga kebanyakan terjebak banjir. Saat itu Izabel memberanikan diri menghubungi suaminya sendiri untuk menjemputnya karena Izabel bingung harus pulang dengan menaiki apa. Namun yang didapat Izabel lagi-lagi sebuah penyiksaan dari suaminya. Sebenarnya tanpa ia sadari, ia begitu trauma dengan perlakuan Deon padanya selama ini. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain pasrah.#Flashback OnTadi pagi Izabel sudah meminta izin pada Deon bahwa hari ini ia akan pulang melebihi jam yang telah ditentukan oleh Deon karena hari ini kafe tempatnya bekerja sudah dibooking untuk acara ulang t
Izabel langsung menoleh ke belakang saat mendengar suara tersebut. Suara yang begitu sangat menakutkan baginya. Suara yang sudah ia anggap seperti suara malaikat maut yang siap mencabut nyawanya."Ma...Mas De...Deon?" Izabel terbata.Deon berjalan mendekat menghampiri Izabel. Dan tanpa di duga, ia langsung melakukan hal yang membuat Izabel kaget dibuatnya.PlakkkkDeon menampar pipi mulus Izabel dengan begitu kencangnya, hingga terlihat jelas sekali bekas tamparan pada pipi wanita itu yang berwarna kemerahan."Kenapa Mas Deon tampar aku?" tanya Izabel memegangi sambil menahan pipinya yang terasa sangat sakit."Kamu tanya kenapa?" Deon mencekik leher Izabel hingga wanita itu terlihat kesulitan untuk bernapas."Kamu tahu sekarang jam berapa? Aku sudah memperingatkan kamu, jangan pulang melebihi dari jam yang telah aku tentukan! Tapi lagi-lagi kamu melanggar aturanku. Kamu ini memang pembangkang." Deon semakin kencang mencekik leher Izabel hingga wanita itu tidak bisa mengeluarkan kata-k
Setelah pulang dari kantornya, Deon langsung menjalankan mobilnya untuk bertemu dengan kekasihnya. Ia merasa rindu dengan wanitanya itu. Sudah satu minggu ini ia dan Aurora memang tidak bertemu karena kesibukan dari keduanya. Setelah sampai di rumah sang kekasih, ia langsung disambut hangat oleh bu Sara."Selamat sore, Tante." sapa Deon."Selamat sore, Deon. Kamu ingin bertemu dengan Aurora, ya?" kata bu Sara.Deon mengangguk. "Benar, Tante. Apa Aurora sudah pulang?" tanya Deon.Belum sempat bu Sara menjawab, terlihat sebuah mobil memasuki gerbang rumah tersebut. Mata Deon mengenali mobil tersebut. Mobil itu adalah milik sahabatnya sendiri, yaitu Javas. "Bukankah itu mobil Javas? Untuk apa dia ke sini?" ucap Deon dalam hati."Aurora bersama Javas. Bagaimana ini? Deon pasti akan curiga," batin bu Sara.Setelah mobil milik Javas terparkir, turunlah sang pemilik mobil bersama dengan Aurora. Deon merasa terkejut melihat Aurora pulang bersama dengan Javas. Sedangkan Javas dan Aurora terli
Malam dinihari, entah kenapa tiba-tiba Deon merasa lapar. Sejak tadi sore pria itu memang belum makan. Deon terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Pria itu ingin menyelesaikan beberapa tugasnya di rumah sebelum bulan depan nanti ia akan pergi berlibur dengan sang kekasih, Aurora. Deon langsung turun ke bawah untuk mencari makanan yang bisa ia makan. Namun sayang, ternyata tidak ada simpanan makanan sama sekali. Di dapur hanya ada nasi dan telur. Sedangkan ia tidak bisa memasak. Sementara kini bi Kinar sedang pulang ke kampung halamannya sejak tadi siang. Jadi tidak ada yang melayaninya. "Aku ingin sekali memakan nasi goreng. Tapi bagaimana cara memasaknya? Sedangkan aku tidak bisa memasak." gumam Deon merasa bingung.Saat sedang berpikir, tiba-tiba saja Izabel juga ke dapur karena merasa haus. Izabel begitu kaget melihat Deon yang sedang berdiri di depan kitchen set. Deon pun menatap Izabel yang langsung menunduk. Izabel mengambil gelas dan menuangkan air, kemudian meminumnya. Setelah i
Hari ini adalah hari libur. Aurora kini sudah berada di rumah kekasih gelapnya, Javas. Ia ke rumah Javas karena permintaan dari pria itu."Aku merindukanmu, Sayang." ucap Javas sembari memeluk Aurora yang kini sedang duduk di sofa."Javas, ada yang ingin aku katakan padamu." kata Aurora."Apa? Sepertinya ini serius," balas Javas."Bulan depan Deon ingin mengajakku berlibur. untuk itu, kita tidak bisa bertemu untuk sementara waktu," jelas Aurora."Apa? Jadi, kalian berdua akan berlibur?" tanya Javas begitu terkejut."Iya, Sayang." Aurora mengangguk."Kenapa kamu tidak menolak ajakannya? Lalu, bagaimana dengan aku? Kamu tega ninggalin aku di sini, sedangkan kalian berdua bersenang-senang di luar sana," kesal Javas."Sayang, tidak mungkin aku menolak ajakan Deon. Lagi pula, aku ingin liburan, aku merasa jenuh, Javas. Selama ini kamu juga tidak pernah mengajakku untuk pergi liburan." ucap Aurora dengan merengek manja.Javas tidak menjawab. Ia merasa kesal karena sang kekasih gelap akan be