Share

Bab 6: Cerita Aurora

Di tempat lain, Aurora sedang merias dirinya. Ia begitu senang Deon memintanya untuk datang ke rumahnya. Ia pun segera keluar dari kamarnya dan bersiap menemui kekasihnya.

"Sayang, kamu mau ke mana?" tanya Sara.

"Tentu saja bertemu dengan Deon, Ma. Deon mengatakan bahwa dia merindukanku. Dan apa Mama tau, Deon mengatakan padaku bahwa ia sedang menghukum Izabel. Aku begitu senang mendengarnya, Ma." ucap Aurora dengan perasaan senang.

"Benarkah? Ah, Mama senang sekali mendengarnya, Sayang."

"Kalau begitu, aku pergi dulu ya Ma, bye!" pamit Aurora.

"Hati-hati, Sayang!"

Memerlukan waktu satu jam bagi Aurora untuk bisa sampai di rumah kekasihnya dengan mobil Range Rover pemberian Deon saat ulang tahunnya tahun lalu. Kini mobil Aurora sudah memasuki gerbang rumah mewah nan megah milik Deon Hayden. Ia turun dari mobil dengan gaya angkuhnya selama ini.

"Di mana Deon?" tanya Aurora pada salah satu pelayan di rumah tersebut.

"Tuan ada di kamarnya, Nona. Tuan sudah menunggu Nona," sahut sang pelayan dengan menunduk hormat karena Deon yang memerintahkan pada para pelayannya di rumah untuk memperlakukan Aurora seperti nyonya di rumah itu. Meskipun para pelayan di rumah itu sama sekali tidak menyukai Aurora.

Aurora segera menaiki anak tangga dan berjalan ke arah kamar Deon. Kamar yang sudah menjadi saksi bagaimana Aurora dan Deon seringkali bercinta sebelum Deon menikahi Izabel.

Tok Tok Tok

Ceklek

Deon tersenyum melihat Aurora dengan pakaian seksinya. Ia begitu terpana melihat penampilan Aurora malam ini. Aurora mengenakan dress merah terang dengan tali spaghetti dan panjangnya di atas lutut. Bahkan jika ia membungkuk dengan jelas memperlihatkan bongkahan bokongnya yang padat.

"Masuklah, Honey!" Deon membiarkan Aurora untuk masuk ke dalam kamarnya. Kamar yang tidak pernah dimasuki oleh wanita manapun kecuali Aurora, wanita yang dicintainya.

Aurora pun langsung duduk di tepi ranjang dan disusul oleh Deon di sampingnya.

"Honey, beritahu aku, hukuman apa yang kamu berikan pada Izabel?" tanya Aurora penasaran.

"Kamu penasaran, hm?" Deon tersenyum gemas melihat kekasihnya begitu penasaran.

"Tentu saja! Ayo beritahu aku, Honey!" rengek Aurora.

"Baiklah!" Deon berjalan mengambil ponselnya di atas nakas. Ia memperlihatkan pada Aurora hukuman yang telah diberikannya pada Izabel. Aurora merasa puas saat melihat Izabel sedang menangis di atas pohon sambil menggaruk tubuhnya karena digerayangi oleh semut di sana. Deon belum meminta Izabel untuk masuk padahal hari sudah gelap.

"Honey, kenapa kamu menghukumnya?" tanya Aurora.

"Dia telah mengacaukan pertemuanku dengan klienku." jawab Deon.

"Bagaiman bisa?" tanya Aurora lagi.

Deon pun menceritakan bagaimana tadi Izabel menumpahkan minuman pada jas Mr. Martin, hingga Mr. Martin menunda pembahasan kerjasamanya dengan perusahaan milik Deon, yaitu Ursa Major.

"Dari dulu dia selalu seperti itu, Honey! Selalu membuat Mama dan mendiang Papa malu." kata Aurora berbohong.

"Apa kamu dan dia sudah sejak dulu tidak pernah akur?"tanya Deon.

"Kami memang tidak pernah akur karena Papa lebih menyayangiku dan dia merasa iri denganku. Dia seringkali melawan nasehat Mama dan Papa. Padahal nasehat dari mereka berdua itu demi kebaikannya. Tapi dia memang tidak pernah bisa diatur. Mungkin itulah alasan kenapa Papa lebih menyayangiku dibandingkan dengannya." tutur Aurora.

"Aku bangga memilikimu, Aurora. Aku tidak pernah salah memilih wanita yang aku jadikan sebagai kekasihku. Aku mencintaimu, Aurora," ungkap Deon. Lalu ia melumat bibir Aurora dengan lembut.

Perlahan Deon melepaskan dress pendek yang masih menempel pada tubuh Aurora. Setelah terlepas semua hingga Aurora tampil topless. Kini Aurora yang membantu Deon untuk melepaskan kaos pendeknya dan juga celana boxernya. Hingga kini keduanya sudah polos tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh keduanya.

"Puaskan aku malam ini, Honey!" pinta Deon dengan mata berkabut.

"Tentu saja, Honey!" goda Aurora dengan mata nakalnya.

Hingga kini keduanya pun bergumul di atas ranjang yang sering mereka gunakan untuk melampiaskan nafsu keduanya.

***

Di tempat Izabel berada, wanita itu semakin terisak karena hingga tiga jam lamanya, Deon belum juga memintanya untuk turun. Izabel merasa sangat lapar karena tadi siang ia belum sempat makan karena perutnya sedang sakit.

"Mas Deon, kamu di mana? Aku sudah tidak sanggup lagi berada di sini, Mas. Aku ingin masuk. Di sini dingin. Hikss...hikss..." isak Izabel. Ia hanya bisa berdo'a semoga Tuhan memberikannya kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi suaminya. Izabel masih belum tahu sebenarnya apa alasan Deon membenci dirinya, karena Izabel sendiri sebelumnya memang tidak pernah mengenal Deon. Ia mengenal Deon saat pria tersebut membebaskannya dari penjara dan memintanya untuk menikah. Izabel tidak tahu sebelumnya bahwa Deon adalah atasannya di tempat ia bekerja saat itu.

Hingga dua jam berlalu, Deon dan Aurora baru saja bangun setelah tadi kelelahan bercinta selama satu jam lamanya.

"Aurora, sepertinya kamu harus pulang sekarang. Ini waktunya aku membebaskannya. Dia belum makan sama sekali. Aku tidak ingin dia mati dengan mudah. Setidaknya, dia harus mati di tanganku untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Setelah itu baru aku puas." pungkas Deon.

"Baiklah, Honey!" Aurora segera bangun dan memakai pakaiannya kembali yang sudah berceceran di lantai marmer kamar Deon. Disusul oleh Deon yang juga ikut memakai pakaiannya kembali.

"Honey, aku pulang dulu ya, muach..." pamit Aurora dan mengecup pipi Deon.

"Hati-hati, Honey!" balas Deon dan diangguki oleh kekasihnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status