MasukKenward hanya ingin tahu, apakah setelah Darlene mengira dirinya telah berhubungan dengan pria lain, dia akan merasa bersalah kepada Kenward.Darlene melemparkan foto ranjang itu ke wajah Kenward, lalu berbalik masuk ke dalam gedung. Air matanya baru mengalir setelah dia benar-benar masuk ke dalam.Sesampainya di rumah, emosi Darlene yang kacau perlahan mereda.Meski fotografer itu menjalani pekerjaan memotret diam-diam demi uang dan Darlene memang telah membayar mahal, secara logika, orang itu tidak akan lagi menyebarkan foto tersebut. Kalau sampai menyebarkannya, bagaimana mungkin dia masih bisa terus memeras orang lain lewat foto-foto rahasia di kemudian hari?Namun, tidak menyebarkan bukan berarti tidak menyimpan cadangan. Setelah mempertimbangkannya sejenak, Darlene akhirnya menelepon seseorang."Gianna?" Dari gagang telepon terdengar suara seorang pria. Suaranya terdengar merdu dan jernih.Setelah Darlene lama terdiam, pria itu mengubah sapaan, "Darlene, ada apa?"Barulah Darlene
Angin malam musim panas membawa sedikit kesejukan dibandingkan siang hari.Kenward jarang sekali bersikap setenang ini. Dia menunggu cukup lama. Namun, Darlene tak kunjung membuka mulut."Aku bisa bantu kamu menyelesaikan masalah ini." Pada akhirnya, Kenward yang terlebih dulu merasa tidak sabar.Respons Darlene tetap dingin. "Apa syaratnya?""Berhenti kerja dan pulang ke rumah. Ke depannya, jangan pernah menyebut perceraian lagi. Tetap jadi istriku seperti dulu." Nada bicara Kenward juga sama dinginnya.Kali ini, Darlene terdiam lebih lama."Kalau kamu memang nggak ingin bercerai denganku, berarti kamu pasti nggak akan membiarkan foto ini tersebar." Darlene menatap mata Kenward dengan intens. Untuk pertama kalinya, dia melihat keterkejutan di mata itu."Kalau foto ini bocor, orang tuamu dan seluruh keluarga Bramantyo pasti akan memaksa kita bercerai meski kamu menolak. Itu akan menimbulkan dampak buruk bagi seluruh Grup Bramantyo. Jadi, meski aku nggak menyetujui syaratmu, kamu tetap
Sasana Tinju Abadi.Darlene menghabiskan sorenya dengan berlatih tinju di dalam sana. Dulu saat belajar silat, dia juga sempat berlatih tinju. Namun, lama-kelamaan kemampuannya menjadi tumpul.Karung pasir gantung itu memantul kembali karena tinjuan dan menghantam wajah Darlene sehingga membuat pipinya memerah. Darlene duduk terhempas di lantai. Air matanya mengalir tanpa bisa ditahan.Dia telah diperkosa saat tidak sadar! Dan pelakunya adalah Devan, pria menjijikkan dengan tubuh penuh lemak itu.Darlene menggertakkan giginya penuh kebencian. Dadanya dipenuhi rasa mual sekaligus penderitaan.Setelah meninggalkan hotel, dia tidak kembali ke kantor dan juga tidak mengajukan izin. Dia langsung mencari sebuah sasana tinju untuk melampiaskan semuanya dan terus melampiaskan amarahnya sampai sekarang.Namun, tak peduli seberapa kerasnya pun dia berusaha meluapkannya, sensasi yang tertinggal di tubuhnya tetap sulit dihapus.Malam hari saat Darlene meninggalkan sasana tinju, ada orang asing yan
Darlene menyadari bahwa Devan punya niat jahat. Dia berbalik hendak lari, tetapi tubuh Devan yang gemuk malah mengadang jalannya. Dia masih ingin menghantam Devan dengan botol minuman seperti sebelumnya. Namun, botol itu malah meluncur dari telapak tangannya dan jatuh ke lantai.Darlene menatap tangannya sendiri. Bukan cuma tangannya yang tidak bertenaga, penglihatannya pun mulai tampak berbayang."Akhirnya bereaksi juga. Lama sekali ...." Di telinganya, terdengar suara Devan yang samar. Darlene merasa kesadarannya perlahan menjauh.Dia telah diberi obat!Saat dia menyadarinya, semuanya sudah terlambat. Darlene menyesal setengah mati. Seharusnya dia tidak datang ke jamuan makan ini.Seluruh tubuhnya terasa berputar. Di dalam tubuhnya seolah ada api yang menyala, rasa panas yang luar biasa membuat Darlene berkeringat deras dan wajahnya memerah."Panas, ya? Nggak apa-apa, aku akan segera membantumu melepas pakaian .... Kalau sudah telanjang, pasti jadi sejuk ...."Devan menggosok-gosokka
Belum sempat dia minum, gelas anggur itu sudah direbut oleh Kenward."Dia cuma karyawan kecil. Kalau Pak Devan harus berurusan dengan dia, itu sama saja dengan merendahkan diri." Kenward meneguk habis isi gelas itu."Ah, iya, iya, Pak Kenward benar. Kalau begitu, aku minum satu gelas lagi sebagai hukumannya." Devan juga menenggak segelas.Keduanya terus minum, sementara Darlene yang duduk di samping merasa sangat bosan. Setiap kali Devan mencari kesempatan untuk menjejalkan minuman ke Darlene, Kenward selalu menghentikannya.Darlene tidak pernah membayangkan akan ada hari di mana Kenward mau membantunya menolak minuman. Meskipun begitu, kemungkinan besar alasannya hanya karena tidak mau repot mengurus dirinya kalau sampai mabuk.Saat itu, pelayan mengetuk pintu ruang privat, membawa satu hidangan baru."Ini khusus aku pesan untuk Bu Darlene, pepaya rebus snow jelly. Bagus untuk kecantikan. Ayo, cepat dicoba."Selesai berbicara dan melihat Darlene tidak bergerak, Devan langsung mendesak
Saka memarkir mobil, lalu ikut menyusul. Dia berjalan di belakang Kenward dan Darlene dengan tangan membawa tas dokumen.Darlene menyadari sesuatu, lalu menoleh dan bertanya kepada Kenward, "Kamu membawaku untuk membicarakan urusan bisnis?""Kalau bukan itu, apa lagi?" Kenward juga menoleh, beradu pandang dengan Darlene. "Masa kamu berharap aku membawamu untuk berkencan?"Darlene melihat jelas godaan dalam mata Kenward. Dia buru-buru memalingkan wajah. Senyuman Kenward yang menawan sedikit terangkat di sudut bibir.Tiga orang berjalan masuk ke hotel besar itu. Mereka menuju ruang privat yang sudah ditentukan.Hotel ini berbeda dari kebanyakan hotel mewah lainnya. Gaya dekorasinya sangat kental dengan nuansa kuno.Darlene mengikuti Kenward masuk ke ruang privat. Ruang ini berbentuk suite. Bagian luarnya seperti ruang makan besar di restoran kuno, dengan meja makan bundar berputar dari kaca yang sangat besar. Sedangkan bagian dalam suite lebih mirip kamar hotel, lengkap dengan lemari dan







