Brian masih saja senyum - senyum sendiri. Siswa yang sering Brian bully pun di biarkan hanya lewat. Padahal siswa itu sudah mempersiapkan diri jika Brian menariknya ke belakang sekolah.
Bahkan saat Brian berjalan ada yang menyenggolnya, biasa ngamuk kini acuh dengan senyum masih terbit. Efek dahsyat dari cinta.
“Bri, gue merasa dunia yang kita pijak itu beda..” Angga memicingkan matanya, menatap Brian ngeri.
Brian tidak terganggu.“Kalian emang engga gini ya? Bawaannya kangen, pengen senyum..” di tatapnya mereka dengan heran.
“Gitu sih awalnya, tapi dulu pas SMP__lo sih telat, SMA baru pacaran..” Waldi menyahut.
Brian mengangguk paham, dia memang telat. Lebih tepatnya, Tuhan baru mempertemukannya dengan Biya sekarang. Di akhir perjalanan SMA.
“Biya mana?” Satria bertanya dengan mulut mengunyah.
“Masih di kelas, katanya banyak salin catetan..”
“Lo y
Seperti niat awal, Brian bermanja - manja pada Biya setelah keduanya sampai di apart Brian. Biya yang awalnya risih dan berdebar pun kini teralihkan dengan hujan di kaca jendela.“Hujan, tapi masih cerah cuacanya..” Biya melirik Brian sekilas.Brian mengamati apa yang sebelumnya Biya lihat lalu mengangguk setuju.“Iyah, ga mendung malah cerah..” herannya, lebih tepatnya baru ngeh. Selama ini Brian mana peka cuaca.“Katanya, mitosnya kalau hujan gini, ada orang meninggal yang belum bisa ikhlas ninggalin orang terdekatnya..”Brian hanya menatap Biya, tidak peduli pada mitos yang di bahasnya. Biya semakin cantik di matanya, sungguh bercahaya.Mungkin inilah alaynya cinta, masa iya wajah Biya bercahaya. Ada lampunya begitu? Brian geli sendiri.“Sayang..” Biya menoleh, membuat Brian menghangat. Biya semakin peka saat Brian memanggilnya sayang.
Biya meniup pelan bubur panas di sendok yang di pegangnya. Brian hanya menatapnya dengan tersenyum kecil. Biya begitu telaten mengurusnya."Kata dokter, lusa pulang.." Biya tersenyum dengan wajah cerah karena senang dengan kabar akan pulangnya Brian.Brian mengangguk seraya menerima suapan dari Biya."Ga sabar pengen nikahin kamu, bayi.." godanya dengan sesekali mengunyah bubur.Brian heran, kenapa bubur di mulutnya masih bisa di kunyah. Brian melirik mangkuk yang di pangku tangan Biya. Ternyata ada wortel dan beberapa sayur, pantesan."Kamu kok ngebet.." Biya tersipu dengan pura - pura fokus meniup bubur di sendok.Brian mengulum senyum gemas."Pengen cari kebaikan sama kamu bareng - bareng, tiap pagi liat kamu, sebelum tidur bahkan kita bisa olah raga bersama.." kekehnya di akhir.Biya sontak menahan nafas sesaat dengan
Brian mengulum senyum, dia sudah benar - benar gila. Si pecandu seks, menyakiti perempuan, ketua geng, brandalan yang seenaknya, pemabuk, pembalap liar. Semua tertinggal di masa lalu. Brian 180° derajat berubah total."Mana bayi gue, Mor?" Brian menoleh pada Amora, senyumnya perlahan luntur saat melihat kondisi Amora."Biya, Bri__" Amora terisak."di culik, Junior lagi kejar, bantuin dia.." suara Amora bergetar hebat.Brian meraih kunci mobil dengan kelabakan, wajahnya menegang. Jangan sampai Biya kenapa - kenapa, tinggal seminggu lagi mereka akan menikah.Amora mengikuti Brian, dia tidak boleh sendirian. Kepalanya masih di perban, kakinya pun masih pincang."Pelan, Bri.."Brian melempar ponselnya ke arah Amora yang sudah duduk di sampingnya.
Brian mengusap punggung polos Biya dengan mengulum senyum. Beberapa jam lalu baru itu namanya bercinta. Tidak seperti kesalahannya waktu itu.Brian menyesal karena melakukannya saat pertama kali dalam keadaan tidak sadar. Ah bukan, tapi setengah sadar.Bahkan Brian semakin menyesal dan merasa bersalah saat mengingat tidak ada kelembutan saat melakukannya. Ceroboh khas orang mabuk. Untung saja Biya tidak terlalu kesakitan paginya.Ingatannya kembali di penuhi dengan kegiatan semalam. Senyum kembali merekah. Sungguh bucin Brian itu. Apalagi semalam, Biyanya terlalu em... Nikmat?Brian cengengesan sendiri, sedangkan Biya sudah bahagia bersama mimpi - mimpi."Ah! Gue budak cinta banget.." gumamnya dengan merinding sendiri, semenggelikan itukah dirinya sekarang?
Biya cekikikan geli, Brian terlalu dekat dan sesekali menggelitik pinggang atau bermain di kuping dan lehernya. Sungguh nyaman namun geli."Ih geli, Brian. Cepet fokus belajarnya.." Biya mencoba mendorong Brian agar berhenti usil itu."Rumusnya bikin pusing, sayang.." keluhnya dengan tidak bertenaga."mending kemarin, bahasa Indonesia dari pada hari terakhir ini.." keluhnya semakin menjadi."Matematika itu gampang kalau kamu mau belajar.." Biya mengusap pipi Brian sekilas sebelum melirik lagi pada soal."Belajar udah tapi soal yang keluar biasanya beda sama contoh soal, sayang.. Aku jadi bingung harus masukin rumus apa dan gimana ngerjainnya.. Yang rese itu bukan belajarnya tapi soalnya.." Brian cemberut, sungguh malas untuk UN terakhir besok. Rasanya Brian ingin mengs
Brian mengulum senyum, kedua matanya terpejam."Nah, enak banget, sayang.." katanya saat menikmati kedua jemari Biya bekerja lembut di kepalanya.Biya tersenyum tipis, menatap busa yang semakin banyak di jemari dan kepala Brian. Ceritanya Brian ingin keramas seperti di salon - salon namun dia sambil berendam."Ih, pijitan istri aku emang selalu enak.." puji Brian dengan mengelus perut Biya sekilas.Biya yang setengah membungkuk hanya tersenyum dengan jantung yang selalu berdebar.Brian mendongkak, menatap Biya yang selalu diam semenjak membantunya keramas."Kok, diem terus? Kenapa, bayi? Ga mau keramasin?" tanyanya dengan sedikit cemas, Brian tidak mau memaksa Biya jika tidak mau. Demi apapun, Brian akan mengutamakan perasaan Biya dari segalanya."Aku lagi f
Jayden memeluk Brian sekilas, keduanya berbincang dengan saling merangkul. Setelah masalah waktu itu terselesaikan, Brian dan Jayden semakin dekat seperti dulu."Bunda.." Biya memeluk Zela, keduanya pun sama berbincang dan mengekor di belakang para pemimpin keluarga itu."Gimana? Kalian mau honeymoon kemana? Besok katanya, iya?" Zela tersenyum hangat pada menantunya itu."Iyah, Biya sih ikut Brian aja bunda.." Biya terlihat semakin cerah, mungkin karena kedatangan mertua kesayangannya."Kamu memang istri yang baik.." di usapnya kepala Biya.Mereka duduk di ruang tengah."Gimana? Biya udah isi?" Jayden bertanya dengan senyum ramah, terlihat sekali kalau dia ingin segera menimang cucu.
Jayden memeluk Brian sekilas, keduanya berbincang dengan saling merangkul. Setelah masalah waktu itu terselesaikan, Brian dan Jayden semakin dekat seperti dulu."Bunda.." Biya memeluk Zela, keduanya pun sama berbincang dan mengekor di belakang para pemimpin keluarga itu."Gimana? Kalian mau honeymoon kemana? Besok katanya, iya?" Zela tersenyum hangat pada menantunya itu."Iyah, Biya sih ikut Brian aja bunda.." Biya terlihat semakin cerah, mungkin karena kedatangan mertua kesayangannya."Kamu memang istri yang baik.." di usapnya kepala Biya.Mereka duduk di ruang tengah."Gimana? Biya udah isi?" Jayden bertanya dengan senyum ramah, terlihat sekali kalau dia ingin segera menimang cucu.