Rona tersentak sehingga sebuah bingkai foto di depannya hampir lepas dari genggamannya, ia membenamkan keterkejutannya dengan matanya yang mencari-cari kebenaran.
''Lelaki yang kulihat di bus, apakah dia putra sulung paman Andrew?" Rona bertanya sendiri, menimbang jawaban sendiri dan mencoba mengkorelasikan wajah Paman Andrew dan bibi Linka pada foto lelaki di hadapannya.
"Itu Lucas, putra pertama bibi," Linka menjawab pertanyaan dalam benak Rona membuat Rona tersentak yang kedua kalinya. Dia mengingat betul lelaki yang sibuk bertanya kepadanya di dalam bus dan dia tak menanggapinya dengan baik.
"Umurnya berapa bi?" Rona menanyakan sesuatu yang sesungguhnya dia telah tahu jawabannya, dia pasti seumuran dengan Gavin
Rambu lalu lintas menandakan mobil yang mereka tumpangi harus berhenti, Rona membuka ransel yang dibawanya, dikeluarkan buku catatan yang dibawanya dari rumah, coretan-coretan beserta foto Gavin yang menempel pada halaman pertama buku itu membuat Rona kembali mengingat kesenangan-kesenangan besar pada hal-hal kecil yang dilaluinya bersama Gavin, meski harus menjalin kasih tanpa restu ibunya, Rona masih bisa merasakan kehangatan dari Gavin, lelaki pekerja keras yang ditemui pertama kali pada lokasi pembangunan infrastruktur desa membuat Rona jatuh cinta pada sekali pandang, Gavin yang acuh dan gigih tak berkutik saat disapa oleh Rona. Rona yang tampak malu dan menyembunyikan wajahnya di balik kepala yang menunduk membuat Gavin menahan senyum di pangkal bibirnya."Perkenalkan ini Rona, kakak sepupuku!" Rena menarik tangan Gavin agar dapat menyambut tangan Rona yang sedari tadi membentuk s
Aku tak bersemangat.Mengatakan hal tersebut bukanlah hal yang mudah bagi Rena. Rena melawan rasa sesaknya, hal-hal yang sering disebut dengan getaran menghantam kepalanya, getaran yang sering terjadi belakangan ini membuat dia semakin tak memiliki keinginan untuk hidup."Cobalah terlebih dahulu Rena!" Sora meyakinkan Rena yang duduk diatas dipan kecil di halaman rumahnya. Sebuah rumah kecil yang didesain khusus oleh Samos bergaya eropa, meski mereka tinggal di pedalaman desa, namun Samos memiliki mimpi besar ingin menetap di eropa, meskipun itu tak pernah terwujud namun dia realisasikan dengan bentuk rumahnya dengan corong asap yang sedikit menggelitik perut para tetangga yang lewat."Aku gak mau mencoba apapun Bu!'' Rena benar-benar tak dapat menahan rasa pesim
Sementara itu, Gavin menunduk pada jalan yang tak asing yang selalu dia lewati, Tak ada yang dapat ia harapkan melebihi apapun pada siapapun kecuali pada dirinya sendiri, kembali didatanginya pelabuhan tempat pelariannya bersama Rona, kejadian demi kejadian terekam pada setiap memorinya, rasa sesal dan rindu menghimpit dada Gavin, air mata nya tak ingin keluar namun matanya telah berkaca-kaca sedari tadi."Aku tidak akan membiarkan Rona dinikahi siapapun!"Jelang hujan yang tak ingin lepas dari awan membuat suasana menjadi dingin dan tenang, Gavin memikirkan hal-hal apa saja yang dapat membantunya keluar dari masalah itu kemudian membawa Rona kembali padanya."Aku cuma butuh uang!" Gavin menarik kerahnya sendiri, membuat dia terlihat bodoh dan mengenaskan.
Ruang tamu keluarga Andrew begitu ramai, kedatangan Rena membuat Rona bahagia tak main-main, Rona yang mendambakan seseorang yang dapat diajaknya berkeluh kesah akhirnya mendapat pelita juga. Begitupun dengan Cal, senyumnya mengembang dari pagi hingga ke malam kemudian kembali ke pagi lagi, Ia tak dapat menahan rasa berdebar dan sesuatu yang menggelitik di atas perutnya. Rena yang memiliki pekerjaan baru tak segan-segan melakukannya dengan baik dan penuh semangat, Keberadaan Rena melumpuhkan titik fokus pada kepala Cal dan nampak jelas oleh Linka."Sepertinya akhir-akhir ini kamu sering melakukan kesalahan dan kikuk," Linka menggoda Cal, dia mengerti bahwa sesuatu sedang tak berjalan dengan benar pada perasaan Cal kepada Rena.Cal tersenyum malu mencoba menyembunyikan perasaannya dari ibunya, meski ia tahu itu mustahil, f
Maven tertunduk lesu saat melihat hasil ujian di tangannya, mengerti jika kali ini dia akan mengecewakan sang ayah, Maven berpikir mencari sesuatu yang dapat membuatnya tak akan dimarahi oleh sang ayah."Ayah sangat suka buku," Maven berasumsi sendiri, pernyataan yang dia pikirkan tak sepenuhnya salah juga tak sepenuhnya benar. Dia hanya mengingat ayahnya pernah membaca satu buku, dia pikir itu lebih cukup menjadi alasan bahwa ayahnya menyukai sebuah buku.Maven menyenggol keras lengan Lucas yang menopang dagunya."Temani aku cari buku!" Maven meminta tanpa mengaba terlebih dahulu."Apa imbalannya?" Lucas meminta imbalan sebelum melakukan apapun, hanya memastikan bahwa dia tak melakukan hal sia-sia
Di ruang keluarga Andrew, Cal menarik tangan Lucas setelah acara makan malam dramatis yang dilakukan keluarga itu, Linka ibunya tak henti-henti membesar-besarkan Cal dan Lucas di depan para tamunya, berbicara panjang lebar tentang kebiasaan hebat yang sering dilakukan kedua putranya, sedang Maven sesekali mencuri pandang pada wajah gadis yang menghimpit dadanya serta berjarak dua kursi darinya, yang duduk sejajar pada meja makan berbentuk segi panjang dan putih."Ada apa?" Lucas menepis tangan Cal setelah menjauh dari orang-orang."Aku bakal nyatain cinta," Cal berkata dengan napas terburu-buru, semakin keras detak jantungnya semakin besar rasa yang ingin dia sampaikan."Dengan siapa?" Lucas menerka diantara dua gadis itu, namun lebih besar ke arah Rona sebab Ron
Semalam suntuk Rena tidak dapat tidur, dibayangkannya wajah Cal yang samar kemudian mendekat lalu semakin nyata, lonjakan kecepatan aliran darahnya membuat dia tak dapat menahan rasa bahagianya, Rona tahu persis perasaan Rena yang sedang dimabuk cinta, hal yang sama yang dirasakan Rona saat pertama kali bertemu dengan Gavin. Lelaki berkulit Mahogany itu telah mencabik-cabik pikirannya, tak ada yang dapat otaknya lakukan selain memikirkan lelaki itu."Ternyata rasa jatuh cinta seperti ini," Rena memeluk lengan Rona yang menghadap ke langit-langit, senyumnya tak henti-henti."Rasanya pengen terbang kan?" Rona mendeskripsikan dengan menunjuk jantung di bagian dadanya. Rena mengangguk setuju."Sekarang apa dilakukan Gavin diluar sana, yah?" Rona tak sengaja ber
Hari minggu adalah hari yang tepat untuk menghabiskan waktu dengan bersenang-senang namun waktu yang tepat bagi Maven membuka bengkel dan cucian motornya. Pikirnya hari ini akan banyak pelanggan sebab mereka akan keluar bersama orang terkasih haruslah menggunakan kendaraan yang bersih. Gavin tersenyum membayangkan pundi-pundi yang akan masuk ke dalam sakunya.Hingga terik matahari, tak ada satupun pelanggan yang datang, Gavin mulai cemas dibayangkannya hal-hal buruk yang akan terjadi pada bengkel nya namun ditepisnya kemudian, sebab bengkelnya baru saja beroperasi, orang-orang belum tentu tahu jika ada bengkel baru yang dibuka."Aku ingin menambal ban, Sial!" Lelaki berwajah seperti orang Neanthal mendekati Gavin.Gavin gugup dan menciut, lelaki itu tampak