Beranda / Romansa / Pernikahan Hampa / 14. Lucas Bermesraan dengan Amanda

Share

14. Lucas Bermesraan dengan Amanda

Penulis: Mira Restia
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-01 08:06:16

Aku mencari keberadaan Lucas. Aku abaikan kondisi kesehatan yang kurang baik ini demi mengetahui fakta yang sesungguhnya. Kaki sudah semakin letih berjalan, tapi tetap saja belum melihat keberadaanya di mana.  Apa orang yang memberitahu Lucas ada di pantai ini berkata jujur? Jangan-jangan, aku kena prank lagi oleh nomer Gaje itu.

Semakin lelah, aku pun jongkok. Pasir putih ini, membuat kaki merasa sedikit terbebani. Aku kembali berdiri setelah beberapa detik termenung, berniat akan pulang karena tidak mendapat apa pun di sini, kecuali rasa letih.

Aku tidak jadi pulang, saat melihat di depanku ada pria mirip Lucas.

Dari jarak beberapa meter, aku melihat seorang pria sedang menggendong wanita muda. Wanita itu, nampak bahagia berada di punggung pria. Adegan yang aku lihat mirip drama Korea stairway to heaven. Aku menghampiri mereka, karena merasa kenal dengan t-shirt yang dipakai pria itu. T-shirt yang kemarin malam baru aku strika dan di simpan di lemari pada lipatan paling atas. Itu milik Lucas.

Seakan dicekik kenyataan, ternyata itu benar-benar Lucas, suamiku. 

"Mas Lucas!" Aku menyapanya sedikit keras.

Dia melirik. Terpaku tanpa suara ke arahku. Wajahnya tanpa ekspresi, tidak marah juga tidak takut saat menatapku. Wanita yang berada di punggung Lucas juga menatap ke arahku, dia semakin mempererat pelukan pada bahu suamiku. Apa-apaan ini bisa-bisanya Lucas memanjakan wanita lain seperti ini? Bahkan, aku belum pernah pergi ke pantai bersama Lucas.

Lucas berbalik badan dan melangkah menjauh tanpa berkata apa-apa. Apa Lucas masih waras? Aku datang bukannya menurunkan wanita itu dulu. Malah lanjut bermesraan membuatku ingin muntah dan meledakan ke dua orang itu dengan granat.

Aku mengikuti mereka dari belakang, sambil sesekali mengusap air mata yang entah sejak kapan sudah membanjiri pipi. Pandangan mata berkabut. Namun aku harus menyelesaikannya sekarang. Aku ingin bercerai. Aku ingin melabrak mereka terlebih dahulu.

Dalam langkah yang semakin berat, dalam detak jantung yang sulit untuk stabil kembali, mata ini menangkap sesuatu yang ganjil. Amanda hanya memiliki satu kaki. Apa yang harus aku lakukan? Alam akan mempermalukan ku kalau aku sampai melabrak seorang wanita yang sudah tidak bisa berjalan.

Aku mendengkus. Saat melihat Lucas menurunkan Amanda di depan kursi roda dan membantunya untuk duduk kembali dengan tenang. Lucas bersimpuh di depan kursi roda, aku bisa merasakan Lucas memberi ketenangan pada Amanda "Aku mau temui istriku bentar, ya!"

"Iya, silakan."

Lucas berdiri, berbalik ke arahku. Aku mengusap air mata sialan yang tidak bisa dihentikan ini.

"Kamu diam-diam nyelidiki aku, Flo?"  tanya Lucas.

Aku jawab sambil terisak. "Sudah ketahuan pun kamu masih nyalahin aku?"

"Ya, bukan itu maksudku." Lucas menggaruk kulit kepala. Dia gelagapan. Baru kali ini aku lihat tampang dia yang konyol.

"Sudah aku bilang, aku gak punya ruang untuk membela diri. Silakan, sesuka hati kamu. Aku ingin pisah."

"Flora, jangan berkata yang macam-macam. Aku tidak akan menceraikanmu sampai kapan pun."

"Egois."

"Aku hanya mengajak dia main ke sini. Dia ingin melihat pantai, aku sebatas membantunya mendekati ombak, karena dia suka."

Aku meringis mendengarnya. "Memangnya harus sama kamu? Kalau gak salah, Mas Dean juga kenal sama Amanda. Kenapa gak Mas Dean aja yang ngajak dia ke pantai?"

Lucas terdiam. Pria dengan beragam alasan ini kehabisan stock kata-kata. 

"Kamu bahkan nekad pergi walau tahu aku sedang sakit. Sekarang pun masih sakit. Memangnya cinta banget sama wanita itu?"

"Kamu masih sakit, Flo? Sudah diminum obatnya?" Lucas mendekat ke arahku menyentuh dahiku. Namun aku tepis.

"Aku gak jadi berobat. Coba cek WA makannya bukannya pacaran terus sama dia."

"Hapeku gak aktif." Lucas menatap ke atas langit dan sekitar kita. "Udah mau malam, pulang, yuk!"

"Kamu gak niat lihat matahari terbenam sama Amanda? Pasti aku ganggu momen romantis kalian, ya. Hahaha." Aku tertawa frustasi.

"Ikut pulang denganku, Flo!"

Lucas mengajakku tapi dia menghampiri Amanda. Sepertinya, Lucas lebih khawatir dengan kesehatan Amanda. Lucas mendorong kursi roda milik Amanda.

Aku menghampiri, ada perasaan tidak rela saat Lucas menjaga mantannya. Lebih baik, aku yang mendorong kursi roda daripada melihat Lucas yang melakukannya. Seolah, aku melihat Lucas yang diperbudak cinta tapi bukan padaku.

"Sin, aku yang dorong!"

Lucas mengalah, membiarkanku melakukannya. 

"Terimakasih banyak, Mbak Flora." Ular ini berkata ramah padaku. Apa-apan maksudnya."

"Lebih baik kamu jangan berkata apa pun padaku. Kalau tidak, aku akan membuatmu tersungkur hingga tewas." 

Aku lirik Lucas, dia tidak bereaksi apa pun. Pasti dia tahu, aku tidak serius dan tidak akan pernah berani melakukan hal demikian. Walaupun seluruh hatiku sudah hancur, tak terselamatkan.

Kami berjalan bertiga, Lucas tidak berbicara sedikitpun. Saat kulirik tatapannya hampa, kesedihan terpancar dari matanya. Kenapa saat bersama Amanda dia menjadi pria luluh dan melankolis. Sementara saat bersamaku, dia menjadi pribadi yang tegas dan berwibawa. Aku penasaran, seperti apa hubungan mereka di masa lalu.

Saat, sudah di depan pintu mobil. Lucas menggendong Amanda, kemudian membantunya duduk di dalam mobil. Hatiku tersayat kembali, sudah cukup pemandangan ini kusaksikan. Malah semakin menyesakan hati. 

Aku memundurkan langkah, di saat Lucas sedang sibuk dengan Amanda. Berjalan lunglai entah ke mana tujuan, yang penting menghilang dari kehidupan mereka. Sudah aku putuskan, aku tidak akan kembali ke rumah itu lagi.

Aku terisak kembali, sambil terus berjalan. Sesekali perutku bergejolak, isinya minta dikeluarkan. Aku bahkan baru ingat, bahwa aku belum makan dari pagi. Setelah berhasil memakan bubur ayam tadi pagi dengan terpaksa, aku malas makan apapun kecuali rujak yang aku berhentikan saat penjualnya lewat di depan rumah.

Sementara, langit semakin menghitam. Sebentar lagi akan malam. Dan aku masih di tempat ini sendirian. Kepala berdenyut sakit, pandangan sedikit kabur, keseimbangan berjalan mulai terganggu. Aku tak kuasa melangkah lagi, berniat mencari tempat duduk tapi terlanjur ambruk duluan.

Seseorang memegangi aku. Lalu mengangkat tubuh ini yang sudah lemas. Aku melihat manik pria itu lekat menatap ke arahku tampak khawatir. "Flora, kamu gak apa-apa?"

"Dean?"

Dean membawaku entah ke mana. Aku sebenarnya tidak mau digendong oleh pria selain suamiku. "Turunkan aku, Dean!"

"Berjalan saja kamu sulit, Flo. Kamu benci banget sama aku, sampai ditolong pun gak mau?"

"Bukannya kaya gitu, kita bukan muhrim. Aku risih."

"Ini lagi darurat, ijinkan aku menggendongmu sampai naik ke mobilku. Aku antar pulang."

"Oh, gitu. Maaf merepotkanmu. Jadi Lucas berlibur bertiga sama kamu juga?"

Dean tidak menjawab pertanyaanku. Itu artinya, dia tidak berlibur bersama mereka. Sedikit aneh memang, kalau tidak berlibur bersama. Kenapa Dean bisa ada di tempat ini?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Tiwi Syalala
paling gedek SM perempuan oon sok baik tp oon novel nya bikin kurg gereget klo cweknya oon
goodnovel comment avatar
Kenzo Nova Yandi
ngeselin banget sumpah..d bikin gregetn
goodnovel comment avatar
Ilham Zia
iyaaaa.........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pernikahan Hampa   EXTRA PART - POV LUCAS

    Aku seakan bermimpi, saat membuka mata di pagi hari, dan yang pertama kali aku lihat adalah sosok wanita yang kucinta. Dulu, dia mengisi hati ini kemudian pergi dengan membawa luka. Aku tidak bisa mencegahnya walaupun sudah berusaha menahannya. Dia tidak setuju dengan tawaran yang aku berikan. Tawaran untuk berpoligami. Entahlah, aku merasa tidak ada yang salah waktu itu. Hatiku tetap ada untuknya. Lalu sudah aku katakan berulang kali bahwa menikahi wanita lain hanya sebatas alasan yang mendesak. Bukankah pria mempunyai hak jika mampu? Tapi istriku tidak mau peduli dengan apa pun alasannya. Amanda mantanku, dia kembali setelah cukup lama tidak berjumpa. Dia datang dengan tidak berdaya, sakit dan menyedihkan. Dia memintaku untuk melindunginya. Karena katanya, tidak ada satu pria pun yang mencintai wanita lumpuh dengan tulus. Karena akulah penyebab dia kecelakaan. Aku merasa bersalah mendengar kata-katanya. Dia memukul terus kakinya yang pincang, dan ha

  • Pernikahan Hampa   62. TAMAT

    Semua mata tertuju padaku bukan karena pernyataan Lucas, tapi karena aku tersedak dengan tiba-tiba. Wajahku pasti terlihat konyol saat ini, aku malu. Lucas memberiku segelas air putih dan aku menandaskannya dengan segera. Saat ada kalimat selamat yang terlontar dari mulut mereka secara bergantian, hatiku belum sepenuhnya sadar. Seakan Lucas sedang membuat konten prank di Chanel YouTube untuk menjahiliku. Tapi saat aku melirik ke arahnya dia nampak serius. Kami pulang. Sepanjang perjalanan pulang Lucas nampak tersenyum. Pria gila itu selalu berhasil mewujudkan keinginannya. Sementara aku mendadak gugup, tak berselera untuk bicara namun jiwaku terasa hangat. Walau caranya membuat aku jengkel, tapi aku suka saat dia meminta aku kembali jadi miliknya. Lucas menerima panggilan telepon, entah dari siapa. Namun raut wajahnya nampak lesu dan risau. "Huh, merepotkan!" umpat Lucas. "Ada apa?" tanyaku ragu-ragu. "Papah masuk rumah sakit, dia pecah pembul

  • Pernikahan Hampa   61. Lucas Membawaku Bersamanya

    Aku paham, butuh waktu cukup lama untuk seseorang memahami isi hati orang lain. Begitupun bagi Andrean, meskipun Lucas sudah merangkul dan meminta maaf. Dia mematung, tidak ada minat sedikitpun untuk berbicara dengan Lucas. Tak lama dia memilih pulang. Dia hanya pamit kepadaku dan tidak menanggap Lucas ada di dekatnya. Lucas menatap punggung Andrean hingga menghilang. Tertunduk dan melamun, mungkin saja Lucas ingin hubungannya baik seperti dulu kala. Menjalani masa kecil bersama, sekolah dan masuk universitas yang sama dan kini hubungannya retak hanya karena masalah hati. Aku paham pahitnya ditinggalkan sahabat sendiri. Cukup lama aku dan Lucas berada di ruang yang sama namun memilih saling diam dari tadi. Akhirnya Lucas menatap ke arahku dan tersenyum. "Flora, lagi sibuk? Apa bisa minta waktumu sebenar saja buat ikut denganku?" Aku tersenyum, tidak biasanya dia meminta waktuku dengan sesopan itu. Lucas berkata kembal

  • Pernikahan Hampa   60. Membesarkan Anak Sendiri

    Aku melempar pakaian Lucas ke lantai di kamar. "Cepat pakai pakaianmu! Memalukan! Mentang-mentang tidak ada Renata, so merasa jadi anak muda? Jangan coba-coba tebar pesona padaku! Tidak akan mempan." "Siapa yang tebar pesona? Terus menurutmu, cara pakai handuk seorang bapak satu anak bagaimana? Apa dililitkan di leher, hah? Atau diikat pada dua kaki seperti orang yang sedang diculik penjahat? Kamu akan lebih menjerit histeris jika melihat aku seperti itu." Ah sialan, kenapa Lucas berkata seperti itu aku malah membayangkan Lucas melilitkan handuk ke leher dan kaki. Aku jadi frustrasi membayangkan visual aneh itu. Sepertinya Lucas melangkah mengambil pakaiannya yang tercecer. Entahlah, setelah dengar ocehannya aku langsung menutup pintu tanpa menatap ke arahnya. Kemudian aku menyeduh macchiato untuk kami berdua. Lucas keluar kamar dengan stelan casual warna denim. Seingatku, pakaian itu aku yang pilihkan, belanja di online shop saat ada diskon dan grati

  • Pernikahan Hampa   59. Roti Sobek Lucas

    Lucas menggendong Andrean. "Mau kita buang ke mana pria brengsek ini?"Aku teramat resah, masa iya Lucas mau membuang Andrean seperti barang bekas. Apa mungkin dia akan melempar Andrean ke lapangan yang tandus seperti halnya membuang Amanda kemarin itu?"Jangan becanda, Lucas." Aku mengikuti langkah Lucas yang pelan karena beban di punggungnya."Kamu parkir mobil di mana?" tanya Lucas."Aku gak bawa mobil, mobil ada di parkiran Cofee Shop. By the way, aku hanya berniat membawa Andrean ke pinggir dekat pohon itu. Kita bisa taruh dia di sana saja, lalu pura-pura tidak tahu apa yang terjadi." Aku menunjuk pohon besar yang di depannya terdapat tong sampah."Andrean tidak akan muat jika masuk ke tempat sampah sekecil itu. Kita butuh TPS berukuran besar.""Ayolah, Lucas! Kamu tahu sendiri maksudku adalah taruh Andrean di pinggir pohon, supaya tidak menghalangi jalan. Bukan menaruh Dean di tong sampah."Lucas tersenyum, sambil terus berjalan

  • Pernikahan Hampa   58. Mantan Suami Rese

    Sejenak, aku merasa diri ini kehilangan akal sehat karena membiarkan mantan suami mengecup puncak kepalaku. Dan bisa-bisanya aku memejamkan mata menahan degup jantung yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Bibir Lucas enggan berpindah selama beberapa menit, mungkin dia keterusan. Aku membuka mata, tersentak saat melihat ada orang yang lewat sehingga tanpa sengaja menyundul kepala Lucas. Menyisir rambut dengan jari, dan merapikan posisi baju yang hampir kusut. Aku hampir melupakan Lucas yang sedang meringis menahan sakit pada bibir. Dia menutup mulut dengan kedua tangannya, dengan ekspresi bodoh sedang menahan sakit. Lucas menatapku. "Agghh ... dasar cewek preman! Lihat ini! lukaku bertambah lagi di bibir. Apa bedanya kamu dengan scurity di kantor Papah?" Sembarangan, bisa-biaanya Lucas menyamakan aku dengan scurity kantor yang bertubuh besar. "Suruh siapa kamu begitu lancang mencium kepalaku? Lagian kamu pikir kepalaku juga tidak sakit beradu dengan

  • Pernikahan Hampa   57. Penuh Luka

    Saat itu, Ibuku yang selama ini tidak pernah tahu menahu urusanku tiba-tiba hadir di pemakaman mamahnya Lucas. Ternyata bukan tanpa alasan, karena Mamah Lusi yang memanggil beliau sebelum wafat. Hanya untuk menyampaikan satu permohonan terakhir sebelum melepas nyawanya satu Minggu yang lalu. Dia meminta aku dan Lucas rujuk demi kebahagiaan Renata.Aku diam sebagai tanda protes. Ibuku datang-datang menodong dengan permintaannya tanpa berniat memperbaiki hubungan dulu denganku. Dan apakah tidak pernah terbersit dalam hatinya, meminta maaf padaku? Maaf karena dulu berniat melenyapkan aku dari dunia ini. Walau belum lahir, tapi aku hidup di dalam perutnya. Untung usahanya gagal.Ibu berkata padaku dan Lucas, "Flora, Lucas! Ibu rasa permintaan Lusi adalah satu amanah yang harus dipenuhi. Kalian mungkin bisa menurunkan ego masing-masing karena sudah terikat oleh seorang anak."Aku berdiri, memberi senyum ke arahnya. "Ibu! Aku bukan orang yang dengan mudah terpengaruh

  • Pernikahan Hampa   56. Dilecehkan

    "Kenapa dari kemarin pesan dariku tidak kamu baca?" Andrean bertanya padaku saat dia berkunjung ke rumah tanpa persetujuan dariku.Satu pertanyaan itu membuatku tertekan. Aku masih terlarut dalam duka, dua Minggu yang lalu mamah Lusi meninggal, aku pun sedang malas menerima tamu. Namun dia tidak pernah mengerti. Ditambah, sudah ketahuan bahwa Andrean sekongkol bersama Amanda membuat aku tidak ingin menemuinya dulu.Andrean mencengkram pundakku. Aku menepisnya. "Tolong jangan kasar gini, Andrean! Aku mau istirahat, lebih baik kamu pulang saja!""Kita harus lanjutkan membahas pernikahan kita! Please!" Andrean mendesak."Tidak sekarang!""Kapan kamu bisa?""Tidak sekarang dan tidak juga untuk selamanya. Aku rasa kita lebih cocok jadi teman dan partner bisnis. Aku kehilangan kamu yang dulu. Kamu sudah berubah jadi over protektif padaku."Andrean meraup udara yang banyak disekitarnya, wajahnya nampak resah bercampur kesal. "Kamu pikir, aku

  • Pernikahan Hampa   55. Lucas Butuh Pelukanku

    Rungan ini pengap dan gerah karena tidak ada pendingin ruangan, ditambah melihat Amanda dari tadi meraung-raung seperti kucing di dalam karung yang hendak dibuang ke hutan, membuat kepalaku terkena sakit kepala sebelah gara-gara mendengar suaranya. Dia lebay dan bikin pusing, aku tidak bisa membayangkan bagaimana saat Amanda di samping Lucas. Pasti hidup Lucas bagaikan lelucon bernuansa tragedi.Aku membuka pintu untuk keluar dari tempat ini. Saat pintu terbuka aku melihat wajah Lucas yang penuh tanda tanya saat melihatku. Aku yakin, dia yang mengetuk pintu dari tadi.Lucas bertanya lirih setelah sebelumnya melirik ke belakangku ada Amanda di sana. "Ngapain kalian ada di tempat ini?""Lagi bicara sesuatu."Tangan Lucas bergerak, perlahan terangkat hendak menyentuh pipiku namun tertahan di udara, kemudian dia mengepalkan tangannya dan menaruhnya lagi ke tempat semula. Dia mendengus dan menyimpan semua hasrat untuk diri sendiri."Di sini panas, kamu

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status