Terbangun pukul setengah lima dini hari, saat pertama membuka mata rasanya memilukan. Ini bukan di kamarku, rasanya masih belum ikhlas walaupun aku yang memilih pergi dari Lucas. Biasanya Lucas akan mengajakku shalat berjamaah saat subuh, tapi sekarang tidak ada dia. Semua itu hanya ada di dalam khayalan saja sepertinya.
Semalam, Ririn pergi ke mini market hanya untuk membeli alat tes kehamilan. Dia takut aku salah minum obat. Dia melarangku minum obat mag sebelum aku tes kehamilan.
Aku tahu waktu yang paling akurat adalah pagi hari. Aku pun pergi ke kamar kecil untuk memastikan apakah ada nyawa di dalam perutku atau tidak. Tidak tahu apa yang akan terjadi nanti, mungkin jika hasilnya positif, akan aku rahasiakan bahwa aku telah mengandung demi menghindar dari Lucas.
Beberapa menit menunggu hasil, jantungku berdebar untuk melihat benda itu. Kakiku melemas, dada terasa sesak dan dihimpit kepasrahan saat kutahu hasil tesnya positif. Aku menjatuhkan diri di lant
Lucas membawaku masuk ke dalam mobilnya, aku tidak meronta karena ingat sedang hamil. Hanya bisa minta dia menurunkan secara baik-baik. "Tolong turunkan aku!""Suruh siapa tidak menurut kalau diajak pulang.""Aku lagi nunggu cemilan via kurir. Aku mau ngemil sekarang. Gak mau pergi ke mana-mana.""Kita akan beli cemilan lain di jalan."Gerak tubuhku menolak saat masuk mobil, tapi Lucas mendorongku hingga tubuh terasa sakit. Dia tidak cinta padaku, dia hanya mencintai harga dirinya. Harga dirinya pasti terusik jika istri sendiri sampai kabur. Aku melihat wajah arogan Lucas saat memaksaku masuk.Aku duduk di jok depan, berpikir hal lain. Bagaimana kalau sekalian saja ambil pakaian ganti dan beberapa uang di laci. Bukankah saat pergi aku hanya membawa baju yang menempel di badan. Aku bisa pergi kapan pun, bahkan ke tempat yang jauh jika dibekali uang."Kamu lagi mikirin apa?" tanya Lucas, dia sadar rupanya aku melamun."Gak ada. Aku hanya ingin
Setelah semua yang telah terjadi, aku malas satu kamar dengan Lucas. Aku pura-pura nonton televisi sampai larut, menunggu Lucas terpejam duluan, lalu memilih tidur di sofa sendirian. Namun kenyataannya tidak terjadi, karena Lucas malah menungguku untuk pergi ke kamar bersamanya."Kamu besok harus kerja 'kan? Sana, tidur duluan aku masih mau nonton televisi.""Acaranya sampah, tidak bermutu dan lebay lebih baik kita ke kamar karena malam ini adalah jadwal untuk berhubungan badan kita.""Aku lagi menonton realiti show, kalau aku nonton sampah saat ini dihadapanku tong sampah bukan TV.""Ya sudah terserah kamu saja, suka-suka. Tapi yang jelas, layani aku sekarang! Buka bajumu!"Aku tahu, Lucas sulit untuk ditentang keinginannya. Semakin ditentang semakin dia memaksaku, kalau tidak dia akan marah besar nantinya. Daripada cape-cape melawan, lebih baik aku pura-pura mendengkur biar dia ilfil dan menjauh. Soalnya, aku gak tahu juga hubungan badan saat hamil mu
Tadinya aku akan pergi pagi hari, akan tetapi jam sudah menunjukan pukul 1 siang. Di luar cuaca sedang terik-teriknya sedikit menyesal kenapa tidak berangkat pagi saja sesuai rencana.Aku bingung dengan hatiku, padahal sudah mau pergi. Namun masih saja teringat baju kotor Lucas yang dua hari belum dicuci, aku pun mencuci bajunya dulu, menjemur dan menunggu hingga kering. Sementara menunggu kering, aku menyetrika baju yang ada di bak strikaan. Selain itu, kupastikan tanaman sudah disiram tadi, semoga nanti setelah pergi, Lucas tidak mengabaikan mereka.Atau mungkin saja Amanda punya ide lebih bagus tentang konsep taman yang asri. Rasanya tak rela saat membayangkan ular itu menggantikanku merawat taman kecil ini. Bahkan lebih tak rela, saat membayangkan Amanda memasak untuk Lucas, semoga masakan Amanda tidak enak dan membuat Lucas keselek tiap hari sampai keracunan.Setelah semua selesai, barulah aku meraih tas yang kusiapkan dari pagi. Aku melangkah ke l
Aku masih termenung mengingat bagaimana Aku dan Lucas bisa kenal satu sama lain, dipersatukan oleh takdir yang singkat ini. Masih lekat dalam ingatan bagaimana cara dia memintaku jadi istrinya satu tahun lalu.Aku pikir, Lucas hanya basa-basi menanyakan kapan aku main lagi bertemu dengan Cherry, adiknya. Aku memang saat itu sedang jenuh sehabis ikut lomba desain grafis dan ilustrasi, membuat otak mumet ingin bercanda bersama Cherry seperti waktu dulu, maka aku pun berkunjung ke rumah Cherry lagi.Tanpa ada prasangka apa pun, tiba-tiba Lucas duduk di sampingku sambil mulutnya penuh dengan cemilan yang kubuat untuk Cherry dan mamahnya, bukan untuk Lucas, loh itu ."Kamu yang bikin?" tanya Lucas yang masih mengunyah kue pastry buatanku."Iya." Aku deg-degan, kalau tahu Lucas ikut makan, aku pasti bikin pakai bahan premium semua biar makin mantap."Enak banget.""Makasih." Aku tersipu hanya dengan satu kalimat pujian pendek."Pintar masak
Sudah tiga bulan aku tinggal di kontrakan ini sendirian, Ririn terkadang menginap jika dia tidak sibuk. Usia kandunganku pun sudah menginjak 5 bulan. Perut ini mulai membesar tapi wajah makin tirus, mungkin karena banyak pikiran. Aku sudah berusaha menstabilkan hati, demi buah hati. Namun ternyata, pura-pura bahagia itu sulit. Kita bisa saja tersenyum di depan dunia tapi hati siapa yang tahu.Aku pergi ke mini market sore hari, membeli satu box coklat seduh dan teh celup. Selain itu, aku juga membeli susu Ibu hamil untuk nutrisi buah hati. Aku melirik ke arah samping, ada pria tegap tampan tapi jomblo sedang berbelanja juga. Aku memalingkan wajah, sebisa mungkin menghindar. Kenapa juga dia belanja di sini. Perasaan kontrakanku jauh dengan jangkauan keluarga dan teman."Flora? Flora tunggu! Kamu Flora 'kan?" Dean mengikuti dan menegurku, aku tidak kuasa membalikan badan."Aku tahu kamu Flora dari pakaianmu." Dean memberi jarak, dia menungguku mengaku duluan.
Aku pergi ke rumah Lucas lagi, karena harus mengambil berkas penting milikku yang tertinggal. Bodohnya aku karena lupa hal penting semacam itu. Berkas yang isinya terdapat akta dan ijazah.Lucas sedang kerja, sementara aku masih punya kunci rumah yang dari dulu memang ada duplikatnya. Rencananya, aku akan mengendap seperti pencuri. Bedanya, kalau pencuri membobol pintu tapi aku bisa langsung masuk karena pegang kuncinya.Tertegun sejenak di depan rumah, aku merasa hati bergetar hebat mengingat rumah ini satu tahun kurawat dengan penuh perasaan. Aku berdiri di pintu gerbang, sekilas terlihat tanaman tidak seasri dulu, rumput liar tumbuh dengan cepat, apa Lucas tidak menyewa tukang kebun saja. Masa harus tanganku yang menjadikan huniannya indah.Aku mendengkus, sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat untuk masuk karena ternyata mobil ada di garasi, itu artinya Lucas tidak berangkat kerja. Apa dia cuti? Tapi cuti untuk apa? Dia rajin, tidak mungkin s
Aku menyantap Batagor kuah seorang diri di kontrakan ini. Aroma batagornya khas ikan tenggiri, dan kuahnya pedas segar karena ditambah sedikit perasan limau. Tidak sulit mendapatkan makanan ini, cukup dengan berjalan kaki ke sebrang, dan di sana ada penjualnya mangkal.Batagornya belum kuhabiskan. Akan tetapi, ada suara orang mengetuk pintu. Selama ini, tamu yang datang hanya Ririn. Aku tertegun, karena biasanya Ririn akan berteriak memanggilku. Suara cempreng Ririn akan terdengar hingga ruangan tengah.Perlahan, aku mendekati pintu. Mencoba menggeser badan sedikit ke arah jendela, tapi orang yang dibalik pintu tidak terlihat wajahnya. Yang jelas, badanku bergetar saat tahu yang mengetuk pintu ini seorang pria tegap. Aku mencoba mengingat, siapa tahu ini kurir paket, tapi aku tidak pesan barang online apapun. Aku berjongkok enggan membuka pintu, hanya bisa orang itu pergi dengan sendirinya."Flora! Kamu di dalam? Buka pintunya! Jangan bikin orang khawatir.
Aku membayar di kasir untuk baju Baby Doll yang sudah kubeli, kulihat dari kejauhan Lucas dan Amanda masih berbelanja. Tidak malu, ya si Amanda itu dibelanjain sama suami orang. Untung aku sudah pergi dari rumah Lucas.Aku segera bergegas masuk ke kafe ice cream. Aku memesan porsi lumayan besar. Kata dokter kandungan, berat janin masih kecil dibanding usianya. Aku harus banyak makan protein dan olahan susu.Aku memesan kombinasi rasa green tea dan vanilla, dengan toping coklat cair dan taburan choco chips. Menyendok dengan ukuran besar, membuka mulut lebar-lebar demi membuat sensasi penuh di mulut. Enak.Lucas sedang senang-senang tanpaku. Aku pun harus bisa senang-senang tanpanya. Kami akan saling melupakan. Kisah ini akan tertulis dalam sejarah kelam pribadiku. Satu-satunya hadiah yang aku dapat dari Lucas adalah seorang anak. Aku dengan alami mengelus perut, ini adalah darah daging Lucas.Aku pulang. Keasyikan belanja membuatku pulang lebih siang