Share

Bab 5

“Kamu di mana Nesya?” mengusap wajahnya kasar, sudah seminggu berlalu, tiada hari tanpa mencari adiknya yang hilang entah  ke mana. Belum lagi harus terlibat perkara rumah yang akan digusur karena itu bukan tanah miliknya.

Abi benar-benar frustasi, bahkan akhir-akhir ini kondisinya melemah, makan tidak teratur serta keseringan begadang. Kepergian Nesya dan Fariz benar-benar tidak berjejak, sepertinya Fariz telah menyiapkan rencana dengan sangat baik. Laki-laki itu menghela nafas, melihat sekelompok orang yang menghampirinya, Abi tahu jika itu adalah anak buah dari pemilik tanah yang ia tempati saat ini, rencananya sang pemilik akan membangun penginapan karena letaknya sangat strategis.

Pasrah saat mereka meminta Abi untuk mengemasi barang-barangnya, sekuat apapun dia menolak, tetap saja dia tidak bisa menang, apalagi ini adalah bukan miliknya. Rasanya berat meninggalkan rumah yang tersimpan banyak kenangan itu, Abi harap-harap cemas. Bagaimana seandainya Nesya kembali ke rumah itu? Bermodal uang lima ratus ribu, Abi mencari kost untuk sementara sampai dia mendapat pekerjaan baru, pendidikan yang hanya lulus SMA membuatnya hanya bisa bekerja serabutan. Meskipun letih karena berjuang sendirian, namun rasa itu lenyap saat Nesya menyambutnya, tapi kini semua itu hanya sebuah keindahan bertajuk kenangan.

Setelah mendapat hunian baru, Abi merebahkan tubuhnya di kamar yang lumayan sempit dan hanya tersedia kasur, sebuah lemari, dan meja kecil. Saat hampir memejamkan matanya, ponselnya berdering, jantungnya berdegup kencang, darahnya mendidih seketika, hampir saja dia melempar ponselnya yang tidak mahal itu. Dilihatnya beberapa foto seseorang yang selama ini dia rindukan, air matanya menetes, antara ingin marah atau sedih. Hingga beberapa saat kemudian, sebuah pesan singkat yang tertera setelah foto itu.

"Hai, ini aku calon adik iparmu. Bagaimana kejutannya? Hahaha pasti kamu terkejut, lihatlah adikmu. Tenang saja, dia baik-baik saja bukan? Aku akan menjaganya dengan sangat baik, hanya saja aku akan memberi pelajaran jika dia membangkang. Apa kau tahu? Bahkan aku sudah melihat tubuh indah adik kesayanganmu, dan sebentar lagi aku akan memilikinya."

“Nesya...” Abi melempar ponselnya ke tempat tidur, namun ia kembali mengambilnya. Mencoba menghubungi nomor yang tidak dikenal itu, namun jelas jika Abi sudah tahu pemiliknya.

“Arrgghh..!!!” Abi berteriak seraya memukul dinding kamarnya hingga punggung tangannya berdarah, kesal. 

Kembali melihat foto adiknya yang bersama Fariz, meskipun Nesya tersenyum, akan tetapi Abi bisa melihat jelas ketakutan serta kesedihan dari sorot matanya. Jelas dari senyumnya dia terpaksa, tangannya mengusap foto Nesya yang terlihat tidak terawat.

“Maafin kakak, ini semua salah kakak..” lirih Abi, tak kuasa melihat tubuh Nesya yang semakin kurus, wajahnya pun pucat, dan terdapat beberapa luka memar di bagian tertentu.

Tak jauh berbeda dengan sang kakak, Nesya tengah duduk di pinggiran kolam renang seraya memikirkan Abi. Gadis itu terisak, perutnya lapar tapi dia tidak berani makan sebelum ada perintah dari Fariz. Ia cukup trauma karena beberapa hari yang lalu, Nesya pernah lancang makan tanpa seizin Fariz, alhasil dia dihukum dan tidak diperbolehkan makan selama satu hari.

“Aaa toloong..!!” teriak Nesya sekuatnya, dilihatnya Fariz yang malah duduk sambil meneguk jus, tanpa peduli dengan Nesya yang sudah hampir tenggelam.

“Kak Fariz..” panggil Nesya namun tak dihiraukan oleh Fariz.

Fariz malah tertawa, melihat Nesya yang sudah kehabisan tenaga.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status