Share

Bab 7

Nesya membuka matanya yang terasa sembab, semalaman dia menangis karena menahan perih bercampur gatal yang menjalar di kulitnya. Mengepalkan tangannya, dadanya bergemuruh, kini Nesya sangat membenci Fariz, laki-laki yang telah merenggut kebahagiaannya serta memisahkan dirinya dari sang kakak. Ia malas untuk beranjak dari tempat tidur, tak peduli jika nanti Fariz akan marah karena dia tidak melakukan tugas dan kewajibannya.

Hingga akhirnya pintu kamarnya didobrak, terpampanglah manusia berhati iblis yang menatapnya tajam, “beraninya kamu bermalas-malasan! Aku membawamu kemari bukan untuk bersantai, apa kamu berpikir bisa tinggal di rumah mewah ini dengan cuma-cuma?” ujarnya seraya menarik pergelangan tangan Nesya.

“Lepas!” Nesya menggigit tangan Fariz membuat dia semakin murka.

“Wah.. wah, rupanya adik kesayangan pembunuh telah mengeluarkan taringnya, hebat!” Fariz tersenyum miring seraya menatap tangannya yang terdapat bekas gigitan Nesya.

“Kakak bukan pembunuh! Kamu salah paham!” entah keberanian dari mana, Nesya menunjuk wajah Fariz.

Fariz menaikkan sudut bibirnya, namun jelas amarahnya semakin berkobar, dia mendorong Nesya hingga terlentang di tempat tidur kemudian membuka kausnya. Nesya langsung gelagapan, saat dia mencoba lari, namun tubuh kekar Fariz menahannya.

“Ada apa? Kenapa panik? Mumpung aku mengundur waktu pernikahan kita, bagaimana kalau aku mencicipi tubuhmu dulu?” menjilati telinga Nesya, tangannya pun mulai tak terkondisikan.

“Jangan berani kamu menyentuhku bajing*n!” teriak Nesya dengan nafas tercekat karena Fariz menindihnya.

Fariz semakin geram, dia membuka pakaian Nesya kemudian melemparnya sembarangan, mulutnya membungkam bibir Nesya yang terus berteriak, tangannya mencengkeram kedua tangan Nesya. Mengabaikan air mata Nesya yang membasahi pipi gadis itu, melepas tautannya dan beralih ke leher jenjang Nesya, aksi Fariz benar-benar brutal, menghisap bahkan sesekali menggigit di bagian yang dia suka, tangannya meraba punggung Nesya, ia melepas pengait bra yang menutupi pemandangan indah itu.

Menelan ludah kasar meskipun sudah sering dia lihat belakangan ini, tangannya meremas benda sintal itu, mulutnya pun tak ingin menyia-nyiakan hal tersebut. Nesya menjerit, meronta, bahkan terus berteriak meminta tolong.

“Kakak jangan lakukan itu, aku mohon..” Nesya ketakutan saat Fariz melepaskan semua pakaiannya, kini keduanya sudah sama-sama nak*d.

Namun Fariz seakan tuli, setelah puas bermain di bagian atas, ia mengikat tangan Nesya dan membuka kaki Nesya lebar-lebar, merasa kesal karena Nesya terus berteriak, lelaki itu langsung memasukkan miliknya ke dalam milik Nesya.

“Akhhh berhenti kak! Sakit..!!” Nesya menjerit, merasakan sakit yang luar biasa ketika sesuatu yang besar menerobos masuk di bawah sana, tangisnya semakin pecah, Fariz yang melihatnya malah semakin gencar untuk menyiksa gadis itu. Ia tersenyum mendapati darah yang mengalir di selangkangan Nesya.

Lelaki itu mulai memaju mundurnya tubuhnya, sesekali dia mendesah merasakan kenikmatan tiada tara, tidak peduli dengan Nesya yang terus memukul punggungnya.

“Berhenti hiks.. Kak Fariz aku mohon..” Nesya menatap sayu pada Fariz.

“DIAM!!” lelaki itu menampar pipi Nesya.

“Ahh kak.. hentikan!” tangannya yang sudah terlepas pun mencengkeram punggung Fariz.

Fariz menyeringai, mempercepat temponya dan menghentak-hentakkan sangat keras hingga Nesya mengerang, “berhenti k-kak...” lirih gadis itu di bawah kungkungan Fariz, dengan tubuh yang berguncang, Nesya terus meminta Fariz untuk berhenti, perlahan suaranya mulai melemah, gadis itu pingsan karena kelelahan.

Tubuh Fariz pun ikut ambruk di sebelah Nesya, Ia menatap Nesya yang sudah terkapar, “maafkan aku, ini tidak akan terjadi jika kakakmu tidak membunuh Amel,” ujarnya seraya mengusap keringat Nesya, dia pun bangkit dan mengangkat tubuh perempuan yang baru saja dia tiduri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status