Laras terlihat panik begitu melihat sebuah mobil yang meluncur ke arahnya. Untunglah mobil itu langsung berhenti tepat sekali di hadapannya jadi ia masih selamat. Selamat dari ancaman tertabrak mobil, ia bernapas lega.
"Ras tunggu! Kamu mau pergi ke mana?" seru Radit yang baru saja keluar dari kontrakannya itu. Laras menoleh dan panik melihat suaminya itu, mendadak ia menjadi emosi melihat pria yang ternyata sudah melakukan pengkhianatan padanya itu. Wanita itu pun berjalan cepat ke arah mobil."Pak atau Bu atau siapapun tolong buka pintunya!" pintanya memelas sambil mengetuk-ngetuk kaca mobil mewah itu.
"Tolong bukain pintu mobilnya, Pak!" pinta si pria tampan pemilik mobil tersebut dengan datar. "Iya baik, Tuan Muda," balas Pak sopir dan iapun segera membuka pintu mobil agar Laras bisa masuk. Laras tersenyum. "Terima kasih," ucapnya sambil masuk ke dalam mobil, ia duduk di kursi belakang dengan sungkan. "Sama-sama, Non," kata Pak sopir ramah. Laras menghela napas lega karena ia sudah merasa aman dari kejaran Radit. "Payah!" umpat Radit yang kesal melihat Laras sudah dibawa orang dengan mobil mewah. Telepon Radit kembali berbunyi, ia langsung mengangkatnya. [ Iya Sayang. Iya nanti aku ke sana, iya ok. Tapi sekarang aku nggak bisa. Laras malah kabur aku nggak tau kenapa, aku nggak tau sebabnya dia kabur gitu. ] [ Kamu tadi nelepon aku? Kamu ngomong apa sama si Laras itu? ] Tut Tut Tut! Radit menggeram kesal teleponnya malah dimatikan. "Ah payah pakai dimatiin lagi! Nih orang maunya apa sih? Gue udah banyak berkorban buat dia tapi dia malah makin seenaknya aja ke gue!" Radit mencoba menghubungi nomor Laras namun tak diangkat. Ia kembali mengumpat kesal. Kembali ke Laras, ia saat ini masih di dalam perjalanan entah ke mana ia tak tahu. Sejak tadi ia hanya merenung, ia merenung memikirkan kejadian tadi. Mencoba mencerna apa yang ia dengar tadi di telepon. Siapa yang tak kaget saat mendengar ada yang mengatakan hal seperti itu, seorang wanita yang mengatakan jika anaknya Radit sedang butuh uang. Radit suaminya sudah punya anak? Jadi apakah selama ini suaminya itu telah menipunya? Anak? Anak siapa itu? Apa hubungan wanita itu dengan Radit? Kalau memang mereka berdua punya hubungan lalu sejak kapan? Dan mengapa sudah ada anak? Apakah wanita itu janda dan Radit tengah menjalin hubungan dengan seorang janda? Laras mengusap wajahnya, air matanya mengalir tanpa ia sadari. Ia begitu mencintai Radit tapi mengapa suaminya itu tega menduakan dirinya selama ini? Selama ini ia sudah sabar dan selalu berusaha untuk mempertahankan rumah tangga mereka karena ia sangat mencintai suaminya itu. Tapi mengapa balasannya malah menyakitkan hatinya? "Maaf kita mau ke mana, Non?" tanya Pak sopir namun Laras diam saja karena ia masih sibuk merenung memikirkan hidupnya. "Tentu saja pulang ke rumah," balas pria tampan itu dingin. "Baik, Tuan." Mobil itu terus melaju di jalanan yang padat lalu lintas, tak lama mobil itu telah sampai di depan sebuah rumah yang mewah, rumah bergaya Eropa. "Sudah sampai, Non." Laras mendadak tersadar dari lamunannya, ia bingung melihat ke sebelah ternyata pria tadi sudah tak ada di sampingnya mungkin sudah turun dari mobil terlebih dahulu, pikirnya. "Mari ikut saya, Non." "Iya, Pak." Laras hanya patuh saat mengikuti saran dari Pak sopir setengah baya itu. Sopir itu membawanya masuk ke dalam rumah megah itu. Ia terlihat takjub, senyuman tipis tersungging di bibirnya yang mungil. "Rumah orang kaya nih," lirih Laras sambil terus tersenyum. Laras masuk ke sebuah ruangan yang luas, tepatnya kamar. "Kamu boleh nginep di sini untuk sementara biar pikiran kamu tenang." Laras kaget mendengar suara berat itu, ia menoleh dan melihat ternyata pria tampan yang tadi yang masuk ke kamar itu. "Maaf saya jadi ngerepotin nih," kata Laras terlihat sungkan. Ia menundukkan wajahnya tak berani menatap pria itu. "Nggak masalah, saya tadi liat kamu kayak orang bingung gitu jadi saya bawa aja kamu ke sini," kata pria itu sambil duduk di ranjang besar. "Iya saya tadi ketakutan karena suami saya sendiri," kata Laras dengan nada yang lirih. "Saya Aryo, kamu bisa santai dulu di sini nggak masalah." Aryo ya? Nama yang bagus cocok dengan wajah pria itu yang tampan. Laras langsung malu ketika memikirkan hal itu. Ia sudah punya suami tak boleh berpikiran seperti itu kepada pria lain. "Ya udah kalau gitu kamu bisa istirahat di sini, saya tinggal dulu." "Iya, sekali lagi saya minta maaf udah bikin repot di sini. Dan terima kasih udah nolongin saya," ucap Laras. Aryo tersenyum tipis. "Udah kamu istirahat aja ya?" Laras mengangguk pelan. Aryo pun keluar dari kamar itu. Saat Aryo keluar dari kamar itu ia berpapasan dengan seorang wanita sekitar empat puluh lima tahunan yang masih terlihat muda dan cantik. "Gimana, Sayang? Kamu udah ketemu sama wanita yang akan jadi menantu Mama?" tanya wanita itu, Rita namanya. "Udah, Ma. Mama tenang aja," jawab Aryo dingin. Rita tersenyum puas mendengar jawaban dari putranya itu. "Bagus! Mama seneng banget tau nggak? Akhirnya hari ini jawaban yang udah Mama tunggu sekian lama akhirnya sudah terjawab. Siapa wanita itu, Aryo?" "Nanti Mama bisa liat sendiri kok, bisa ketemu juga hari ini." Wajah Rita berbinar senang. "Yang bener? Serius kamu? Dia udah kamu bawa ke rumah kita ini? Di mana calon mantu Mama itu?" "Lagi istirahat." "Dia dari keluarga mana? Putrinya siapa? Aduh Mama udah nggak sabar pengin cepet ketemu sama dia nih." Aryo menghela napas. "Sabar, Ma. Nanti juga ketemu." Rita mengangguk. "Ok. Kalau gitu Mama mau pergi dulu mau nyari dress buat makan malam nanti." "Ok." Aryo terdiam melihat kepergian ibunya itu, ia menghela napas. Bagaimana caranya ia akan bicara pada Laras nanti? Sementara itu di dalam kamar terlihat Laras yang masih merenung. Ia berpikir apakah ia akan pulang atau tidak? Ia masih menimbang-nimbang apa yang akan ia lakukan setelah mengetahui rahasia Radit. "Gimana ya? Aku pulang apa nggak ya? Kalau pulang aku takut sama Mas Radit dia pasti bakalan marah karena aku udah kabur dari rumah." "Kalau gitu nggak usah pulang, kamu di sini aja. Kamu mau kan jadi calon istri saya?" DEG! Laras menoleh karena ia kaget mendengar ucapan tersebut terlebih yang mengatakan hal itu adalah Aryo. Pria itu berdiri di belakangnya dengan tatapan yang datar. Apa? Menikah?Aryo yang membaca pesan tersebut sama sekali tidak terpengaruh. Raut wajahnya juga datar saja. Karena merasa haus ia pun pergi ke dapur untuk mengambil minum. Ia membuka kulkas lalu mengambil air dingin dan langsung ia teguk dari botolnya. "Makin nggak waras aja si Safira itu, bisa-bisanya dia ngaku kalau lagi hamil anakku." Aryo mendengus. Bagaimana bisa wanita yang merupakan mantan kekasihnya itu mengaku hamil anaknya sedangkan mereka berdua saja tak pernah lagi bertemu. Mendadak Laras terbangun dari tidurnya yang nyenyak itu. Ia menoleh dan kaget karena suaminya tak ada di sampingnya. "Mas Aryo ke mana ya?" tanya Laras pada dirinya sendiri setelah ia menguap. "Aku cari aja deh." DUAR! GLUGUR GLUGUR GLUGUR! Terdengar suara petir yang sangat kencang membuat Laras kaget dan refleks ia menutup wajahnya dengan bantal. Ya, ia memang sangat takut pada yang namanya petir. Ia pun menangis tersedu-sedu saking takutnya ia. "Mas Aryo aku takut," jerit Laras di antara tangisnya. Aryo
"Kinan, umumkan pernikahan kamu dan sekarang juga! Undang semua temen-temen kamu dan Kita akan menggelar pesta pernikahan yang sangat mewah!" perintah Sekar sambil menatap Linda dengan tatapan yang sinis. Kinan dan Linda terkejut mendengar Sekar mengatakan hal itu. "Apa, Ma? Nikah? Ma, please aku sama Mas Saka tuh baru kenal itu pun baru itungan hari. Aku nggak mau buru-buru nikah, Ma..." "Kinan kamu itu selalu mendengarkan perintah Mama ini kan?" potong Sekar yang membuat Kinan mengangguk cepat. "Iya, Ma," lirih Kinan. Sekar tersenyum puas. "Kalau begitu kamu nggak ada alesan lagu untuk menolak perintah Mama kamu ini. Secepatnya kamu harus menikah sama Saka!" "Oke, Ma." Linda menatap ibu dan anak itu tak percaya. Apa pula dua orang ini? batinnya. "Pernikahan kamu dan Saka akan digelar besar-besaran di hotel paling mewah di negara ini," kata Sekar dengan sombongnya. Ia mengatakan kesombongannya itu persis di hadapan Linda. Linda tertawa mengejek. "Nikah di hotel mewah? Meman
"Hai! Perkenalken saya adalah calon suaminya Neng Kinan yang cantik mempesona," ucap Saka yang membuat kaget semua orang. Ya, keluarga Malik saat ini sedang berkumpul di ruang tamu menyambut kepulangan Laras dan Aryo dari berbulan madu. "Duh kamu tuh siapa sih kok tiba-tiba main kagetin orang aja kalau ada yang jantungan gimana!" hardik Linda yang merasa kesal pada Saka. Saka tak merasa sedikitpun takut pada Linda. Ia malah cengengesan. "Hehehe ampun deh Tante, saya kan enggak ada niatan tuk membuat kalian semua terkaget-kaget terbengong bengong melihat saya yang kece ini." Ia bahkan dengan penuh rasa percaya diri membuat pose dua peace. Tingkah tengil Saka tentu saja membuat Linda dan Rita geram. "Kamu tuh mendingan pergi dari rumah kami sekarang juga! Siapa juga yang ngundang kamu ke sini!" seru Rita. "Iya, dasar tidak jelas!" lanjut Linda. "Dia itu kok lucu ya, Mas," ucap Laras lalu ia terkikik pelan. Aryo diam saja karena ia merasa cemburu mendengar Laras
"Mas Aryo!" seru Laras yang membuat Aryo dan Safira panik. Dengan kasar Aryo melepaskan diri dari pelukan Safira. Safira cemberut kesal. Laras pun segera mendekati suaminya itu dengan langkah cepat. "Sayang kamu jangan salah paham ya..." "Siapa perempuan itu, Mas? Kenapa dia bisa meluk kamu seenaknya kayak gitu?" tanya Laras dingin. "Dia itu bukan siapa-siapa aku, kami nggak ada hubungan apapun. Kamu harus percaya sama aku," kata Aryo menjelaskan sambil mencoba untuk memegang tangan Laras namun istrinya itu menjauh darinya. Aryo menghela napas berat. "Terus kenapa kamu mau mau aja dipeluk peluk sama dia, Mas?" "Kalau gitu aku minta maaf, ok? Aku nggak tau kalau dia tiba-tiba dateng terus meluk aku." "Emangnya kenapa kalau aku datengin Aryo dan meluk dia? Masalah?" tanya Safira dengan gaya menantang. Laras menjadi geram mendengar hal itu. Wanita asing itu bertanya apa masalahnya? Jelas-jelas itu sebuah kesalahan besar karena ia sudah menggoda suaminya! Laras mendengus. "Kamu
[ Sayang? Kok kamu diem aja sih? Sayang? Hello? ] Aryo yang tak ingin Laras mendengarnya sedang ditelepon seseorang lantas ia pun pergi keluar kamar. [ Sayang? Kamu masih di situ kan? Jangan diem aja dong! ] [ Ngapain kamu telepon saya terus? Kita kan udah putus. ] balas Aryo tegas. Terdengar suara tawa wanita itu di seberang sana. [ Putus kamu bilang? Sayang, kita tuh nggak putus. Aku ini masih pacar kamu! ] [ Safira dengerin saya baik-baik jangan hubungi saya lagi! ] Dengan itu Aryo mematikan sambungan telepon, ia menghela napas kasar. "Aku harus secepatnya kembali ke kamar, takutnya Laras nyariin." Aryo kembali ke kamarnya dengan sang istri, ia terkejut melihat Laras ternyata tak ada di tempat tidur. Ke mana istrinya itu pergi? "Sayang? Kamu di mana?" panggil Aryo sambil mencari Laras di kamar mandi dan tak ada orangnya. "Sayang?" "Justru aku yang harusnya nanya sama kamu, Mas. Kamu tadi ke mana kok aku tadi nyariin kamu tapi kamunya nggak ada." Aryo berbalik dan ia le
Aryo menyeruput kopinya sambil melihat pemandangan dari balkon hotel. Pagi ini cuacanya sangat cerah, cocok untuk jalan-jalan nanti. Tanpa terasa ia dan Laras istrinya sudah tiga hari berada di Paris. Mereka sudah jalan-jalan menyusuri kota nan indah itu. Mereka juga merekamnya dan memotret kegiatan mereka untuk diabadikan. Ia pun juga merasa lega karena sudah berhasil mewujudkan impian Laras yang katanya sejak dulu ingin sekali pergi ke Paris. Ngomong-ngomong di mana Laras? Tak terlihat di manapun. Aryo menoleh ke arah Laras, rupanya istri tercintanya itu masih tidur pulas di kasur. Ia tersenyum ketika mengingat kegiatan mereka semalam yang sangat bersemangat sampai Laras lelah seperti itu. Laras menggeliat lalu ia pun membuka matanya perlahan. Ia menoleh ke sampingnya dan panik karena tak melihat keberadaan suaminya di sampingnya. Lantas ia mengambil ponselnya yang ada di atas meja, dan ia memeriksa jam. "Udah jam sepuluh pagi nih, Mas Aryo ke mana ya?" gumam Laras sambil menguc