Share

Radit Marah

Author: Soufflenur
last update Last Updated: 2024-01-08 11:21:26
Sementara itu di tempat lain, terlihat Radit yang tengah makan di restoran dengan seorang wanita.



"Kamu gimana sih, Mas? Hampir aja kita ketahuan tadi!" sungut wanita itu.



"Ya maaf," cicit Radit takut.

"Lagian kamu sih, Mas. Ngajak aku ke sini kamu kan tau kalau kita ke sini tuh bakalan ketahuan sama si Laras!"

"Ya maaf, Sayang. Aku lupa maaf deh, maafin aku aku yang salah." Radit terlihat takut pada wanita itu.

Wanita itu mendengus kesal. "Bisanya minta maaf doang!"

***

Ucapan Melati masih terbayang oleh Laras. Namun, dia tak bisa berbuat apa-apa, tanpa bukti.

Jadi, ia pun tetap bekerja. Bahkan, malamnya, Laras langsung pergi ke warung karena ingin melunasi hutang-hutangnya itu.

Namun, baru saja Laras sampai, Bu Nita sudah menyambutnya dengan wajah kesal.

"Ngapain lagi ke sini? Mau ngutang lagi ya? Jangan mimpi!" Bu Nita berkata dengan sinis.

"Enggak kok, Bu. Justru saya ke sini mau bayar utang saya," balas Laras dengan sabar.

"Tapi utang kamu udah lunas kan udah dibayarin sama mas Rangga. Emang Mbak Laras nggak tau ya?"

Deg!

"Apa? Udah dilunasin sama Mas Rangga?" tanya Laras ingin memastikan pendengarannya.

Si pemilik warung mengangguk. "Iya. Tapi maaf ya, Mbak. Kalau Mbak ke sini mau ngutang lagi saya udah nggak bolehin."

"Iya, Bu. Saya juga nggak mau ngutang lagi kok. Kalau gitu saya permisi dulu. Maaf udah ganggu Bu Nita malem-malem gini."

"Iya."

"Sombong banget sih gitu doang udah sok banget. Palingan Mas Rangga mau bayarin utangnya si Mbak Laras karena mereka tuh pasangan selingkuh. Dasar perempuan gatel udah punya suami kok malah main sama laki-laki lain," tuduh Bu Nita semena-mena setelah Laras pergi dari warungnya itu.

"Jangan nuduh sembarangan gitu, Bu. Nanti jatuhnya fitnah lho kalau nggak ada buktinya," tegur seorang Ibu yang baru saja datang ke warung Bu Nita.

"Siapa yang fitnah sih? Saya kan cuman nebak aja, Bu. Lagian kalau emang beneran selingkuh sama Mas Rangga ya kan nggak ada masalah soalnya kan suaminya Mbak Laras itu kan suami yang jahat sama istri, udah gitu nggak mau kerja lagi orangnya males."

Si Ibu hanya geleng-geleng kepala mendengar gosip dari Bu Nita tersebut.

"Udah Bu gosipnya saya mau beli garem nih sama tomat ada nggak, Bu?"

"Ada kok. Sebentar ya."

"Iya. Sama sekalian wortelnya juga."

****

Sementara itu, Laras yang berjalan kaki masih kebingungan dengan hal yang sedang terjadi.

Pucuk dicinta ulam pun tiba.

Rangga yang naik motor entah dari mana tiba-tiba menyapanya, "Sekalian aja bareng saya aja yuk, Mbak! Kita kan se arah." 

Laras tertegun. Namun, dia tak enak dilihat oleh para tetangga.

"Nggak usah, Mas. Makasih saya jalan sendiri aja deh nggak enak takut ada yang liat nanti malah jadi fitnah," tolaknya dengan sopan.

"Ya udah deh kalau gitu."

"Tunggu, Mas!"

"Iya, Mbak?" Rangga yang berniat akan meneruskan perjalanannya mendadak berhenti.

Laras mengeluarkan uang dari dompetnya lalu ia menyerahkan uang tersebut kepada Rangga.

"Ini Mas saya balikin uangnya Mas Rangga, makasih kemarin udah nalangin saya."

"Saya bukannya nalangin, Mbak. Tapi saya emang niatnya bantu bayarin utangnya Mbak Laras jadi nggak usah dibalikin segala," tolak Rangga dengan tulus.

"Nggak bisa, Mas. Saya yang jadinya nggak enak sama Mas Rangga nantinya."

"Udah nggak apa-apa, Mbak."

"Oh jadi gitu ya? Gitu ternyata kelakuan kamu di belakang aku? Kamu berani ketemuan sama laki-laki lain pas aku nggak ada di rumah. Iya?" seru Radit murka. Entah dia datang dari mana.

Laras yang mendengarnya tentu saja menjadi kaget dan juga ketakutan. Sudah jelas kan Radit kalau marah itu bagaimana, sangat menakutkan.

"Pulang kamu sekarang!" seru Radit sambil menarik tangan Laras dengan kasar.

Laras sampai meringis kesakitan seperti itu membuat Rangga yang melihatnya menjadi geram dibuatnya.

"Lepasin aku, Mas! Sakit ini," pinta Laras dengan memelas karena ia memang merasakan sakit di tangannya itu.

"Jangan kasar kasar dong sama perempuan! Lagian saya yang salah kenapa malah Mbak Laras yang disalahin?" tegur Rangga.

Radit langsung berhenti namun genggaman tangannya pada Laras tak ia lepaskan.

"Diam lo nggak usah ikut campur! Ini urusan gue sama istri gue! Lo itu cuman orang luar jadi elo nggak ada hak buat ikut campur urusan rumah tangga gue sama Laras!" seru Radit kesal.

"Ayo kita pulang!" seru Radit lagi.

"Tapi lepasin dulu, Mas. Sakit..."

Rangga terpaksa hanya diam saja karena menurutnya ia memang tak berhak ikut campur jika itu menyangkut urusan rumah tangga mereka berdua. Meski ia sangat kasihan melihat Laras diperlukan seperti itu oleh Radit yang statusnya adalah suami dari Laras.

Namun Radit tak peduli rintihan Laras, ia menarik istrinya pulang ke kontrakan mereka. Sampai di dalam rumah Laras langsung dihempaskan hingga jatuh di sofa ruang tamu.

"Bagus kamu ya sekarang kamu udah berani ketemuan sama laki-laki lain pas aku lagi nggak ada di rumah!" tuding Radit sambil berkacak pinggang di depan Laras.

"Aku nggak ketemuan sama Mas Rangga, aku itu cuman ketemu di jalan sama dia. Aku tadi ngobrol sama dia karena aku mau balikin duit dia aja. Mas Rangga udah bayarin utang kita di warung Bu Nita. Jadi aku balikin aja uang itu karena aku nggak enak sama dia, Mas," kata Laras panjang lebar menjelaskan pada suaminya.

Namun apakah Radit percaya? Tentu saja tidak.

"Alesan aja kamu! Bilang aja kamu suka sama dia makanya tadi ngobrol di jalan. Iya kan? Udah ngaku aja kamu! Kamu itu emang sebenarnya udah naksir dari lama sama si Rangga itu karena kamu udah males sama aku yang cuman pengangguran ini." Ia malah semakin menyudutkan Laras, menuduh istrinya yang tidak-tidak.

Laras hanya menangis dituduh seperti itu. Hatinya terasa sakit suaminya menuduhnya atas hal yang tak pernah ia lakukan. Ia hanya mencintai Radit dan bukan pria lain.

"Aku nggak bohong, Mas..."

"Udahlah mana ada sih maling yang ngaku! Sekarang cepet kamu bikinin aku kopi!"

"Tapi Mas..."

Radit terlihat semakin marah. "Kenapa? Gula sama kopi masih nggak ada juga di sini? Adanya apa sih di rumah ini hah? Bikin kesel aja!" serunya marah lalu ia membanting gelas yang ada di meja sebagai pelampiasan amarahnya itu.

"Uang itu nggak usah kamu balikin ke dia! Biarin aja ngapain kamu balikin segala emang kamu punya uang berapa banyak sok banget mau balikin utang!"

Laras diam saja tak bergeming, ia diam dan menangis menyaksikan tingkah laku kejam suaminya itu. Radit memang selalu seperti itu kepadanya.

Radit pun pergi ke kamar mandi, meninggalkannya sendiri.

Namun tepat saat itu, teleponnya berbunyi.

Laras sontak mengangkatnya, takut penting.

Hanya saja, dia malah mendengar suara wanita yang terkesan menuntut.

[ Mas, gimana? Uangnya udah ada belum? Anak kita nangis nih minta mobil-mobilan! ]

DEG!

Laras menutup mulutnya karena syok. Secepat kilat ia berlari keluar rumah, ia berlari tak tentu arah hingga ada sebuah mobil yang meluncur ke arahnya.

Ckiiittt!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahan Kedua dengan Tuan Muda   Kebohongan

    Aryo yang membaca pesan tersebut sama sekali tidak terpengaruh. Raut wajahnya juga datar saja. Karena merasa haus ia pun pergi ke dapur untuk mengambil minum. Ia membuka kulkas lalu mengambil air dingin dan langsung ia teguk dari botolnya. "Makin nggak waras aja si Safira itu, bisa-bisanya dia ngaku kalau lagi hamil anakku." Aryo mendengus. Bagaimana bisa wanita yang merupakan mantan kekasihnya itu mengaku hamil anaknya sedangkan mereka berdua saja tak pernah lagi bertemu. Mendadak Laras terbangun dari tidurnya yang nyenyak itu. Ia menoleh dan kaget karena suaminya tak ada di sampingnya. "Mas Aryo ke mana ya?" tanya Laras pada dirinya sendiri setelah ia menguap. "Aku cari aja deh." DUAR! GLUGUR GLUGUR GLUGUR! Terdengar suara petir yang sangat kencang membuat Laras kaget dan refleks ia menutup wajahnya dengan bantal. Ya, ia memang sangat takut pada yang namanya petir. Ia pun menangis tersedu-sedu saking takutnya ia. "Mas Aryo aku takut," jerit Laras di antara tangisnya. Aryo

  • Pernikahan Kedua dengan Tuan Muda   Pernikahan Kinan

    "Kinan, umumkan pernikahan kamu dan sekarang juga! Undang semua temen-temen kamu dan Kita akan menggelar pesta pernikahan yang sangat mewah!" perintah Sekar sambil menatap Linda dengan tatapan yang sinis. Kinan dan Linda terkejut mendengar Sekar mengatakan hal itu. "Apa, Ma? Nikah? Ma, please aku sama Mas Saka tuh baru kenal itu pun baru itungan hari. Aku nggak mau buru-buru nikah, Ma..." "Kinan kamu itu selalu mendengarkan perintah Mama ini kan?" potong Sekar yang membuat Kinan mengangguk cepat. "Iya, Ma," lirih Kinan. Sekar tersenyum puas. "Kalau begitu kamu nggak ada alesan lagu untuk menolak perintah Mama kamu ini. Secepatnya kamu harus menikah sama Saka!" "Oke, Ma." Linda menatap ibu dan anak itu tak percaya. Apa pula dua orang ini? batinnya. "Pernikahan kamu dan Saka akan digelar besar-besaran di hotel paling mewah di negara ini," kata Sekar dengan sombongnya. Ia mengatakan kesombongannya itu persis di hadapan Linda. Linda tertawa mengejek. "Nikah di hotel mewah? Meman

  • Pernikahan Kedua dengan Tuan Muda   Diratukan

    "Hai! Perkenalken saya adalah calon suaminya Neng Kinan yang cantik mempesona," ucap Saka yang membuat kaget semua orang. Ya, keluarga Malik saat ini sedang berkumpul di ruang tamu menyambut kepulangan Laras dan Aryo dari berbulan madu. "Duh kamu tuh siapa sih kok tiba-tiba main kagetin orang aja kalau ada yang jantungan gimana!" hardik Linda yang merasa kesal pada Saka. Saka tak merasa sedikitpun takut pada Linda. Ia malah cengengesan. "Hehehe ampun deh Tante, saya kan enggak ada niatan tuk membuat kalian semua terkaget-kaget terbengong bengong melihat saya yang kece ini." Ia bahkan dengan penuh rasa percaya diri membuat pose dua peace. Tingkah tengil Saka tentu saja membuat Linda dan Rita geram. "Kamu tuh mendingan pergi dari rumah kami sekarang juga! Siapa juga yang ngundang kamu ke sini!" seru Rita. "Iya, dasar tidak jelas!" lanjut Linda. "Dia itu kok lucu ya, Mas," ucap Laras lalu ia terkikik pelan. Aryo diam saja karena ia merasa cemburu mendengar Laras

  • Pernikahan Kedua dengan Tuan Muda   Sang Mantan

    "Mas Aryo!" seru Laras yang membuat Aryo dan Safira panik. Dengan kasar Aryo melepaskan diri dari pelukan Safira. Safira cemberut kesal. Laras pun segera mendekati suaminya itu dengan langkah cepat. "Sayang kamu jangan salah paham ya..." "Siapa perempuan itu, Mas? Kenapa dia bisa meluk kamu seenaknya kayak gitu?" tanya Laras dingin. "Dia itu bukan siapa-siapa aku, kami nggak ada hubungan apapun. Kamu harus percaya sama aku," kata Aryo menjelaskan sambil mencoba untuk memegang tangan Laras namun istrinya itu menjauh darinya. Aryo menghela napas berat. "Terus kenapa kamu mau mau aja dipeluk peluk sama dia, Mas?" "Kalau gitu aku minta maaf, ok? Aku nggak tau kalau dia tiba-tiba dateng terus meluk aku." "Emangnya kenapa kalau aku datengin Aryo dan meluk dia? Masalah?" tanya Safira dengan gaya menantang. Laras menjadi geram mendengar hal itu. Wanita asing itu bertanya apa masalahnya? Jelas-jelas itu sebuah kesalahan besar karena ia sudah menggoda suaminya! Laras mendengus. "Kamu

  • Pernikahan Kedua dengan Tuan Muda   Safira

    [ Sayang? Kok kamu diem aja sih? Sayang? Hello? ] Aryo yang tak ingin Laras mendengarnya sedang ditelepon seseorang lantas ia pun pergi keluar kamar. [ Sayang? Kamu masih di situ kan? Jangan diem aja dong! ] [ Ngapain kamu telepon saya terus? Kita kan udah putus. ] balas Aryo tegas. Terdengar suara tawa wanita itu di seberang sana. [ Putus kamu bilang? Sayang, kita tuh nggak putus. Aku ini masih pacar kamu! ] [ Safira dengerin saya baik-baik jangan hubungi saya lagi! ] Dengan itu Aryo mematikan sambungan telepon, ia menghela napas kasar. "Aku harus secepatnya kembali ke kamar, takutnya Laras nyariin." Aryo kembali ke kamarnya dengan sang istri, ia terkejut melihat Laras ternyata tak ada di tempat tidur. Ke mana istrinya itu pergi? "Sayang? Kamu di mana?" panggil Aryo sambil mencari Laras di kamar mandi dan tak ada orangnya. "Sayang?" "Justru aku yang harusnya nanya sama kamu, Mas. Kamu tadi ke mana kok aku tadi nyariin kamu tapi kamunya nggak ada." Aryo berbalik dan ia le

  • Pernikahan Kedua dengan Tuan Muda   Bulan Madu

    Aryo menyeruput kopinya sambil melihat pemandangan dari balkon hotel. Pagi ini cuacanya sangat cerah, cocok untuk jalan-jalan nanti. Tanpa terasa ia dan Laras istrinya sudah tiga hari berada di Paris. Mereka sudah jalan-jalan menyusuri kota nan indah itu. Mereka juga merekamnya dan memotret kegiatan mereka untuk diabadikan. Ia pun juga merasa lega karena sudah berhasil mewujudkan impian Laras yang katanya sejak dulu ingin sekali pergi ke Paris. Ngomong-ngomong di mana Laras? Tak terlihat di manapun. Aryo menoleh ke arah Laras, rupanya istri tercintanya itu masih tidur pulas di kasur. Ia tersenyum ketika mengingat kegiatan mereka semalam yang sangat bersemangat sampai Laras lelah seperti itu. Laras menggeliat lalu ia pun membuka matanya perlahan. Ia menoleh ke sampingnya dan panik karena tak melihat keberadaan suaminya di sampingnya. Lantas ia mengambil ponselnya yang ada di atas meja, dan ia memeriksa jam. "Udah jam sepuluh pagi nih, Mas Aryo ke mana ya?" gumam Laras sambil menguc

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status