Share

Siapa Wanita Itu?

Author: Soufflenur
last update Last Updated: 2024-01-08 09:52:23

"Iya iya oke, Sayang. Pokoknya kamu tenang aja ya, uangnya pasti besok udah ada kok. Aku pasti bakalan usahain secepatnya buat kamu," kata Radit.

Mendengar hal itu semakin membuat Laras terkejut dan juga sakit hati. Radit ingin memberikan uang untuk siapa? Lagipula untuk apa uang itu? Nafkah untuk dirinya yang selaku istri pun tak pernah ia dapatkan selama ini. Lalu mengapa Radit akan memberikan uang untuk orang lain?

"Sayang kamu jangan marah dong. Aku janji sama kamu aku bakalan ngasih kamu uang, ok?"

Sudah cukup Laras mendengar semua itu! Laras masuk ke dalam rumah dengan perasaan yang campur aduk.

"Uang apa, Mas? Kamu mau ngasih uang buat siapa?" tanya Laras langsung karena ia sudah sangat marah.

Radit terlihat panik dan ia langsung mematikan telepon.

"Kamu udah pulang?" tanya Radit dengan raut wajah yang gugup.

Melihat gelagat Radit tentu saja membuat Laras curiga.

"Aku tanya uang itu buat siapa, Mas? Aku dari tadi dengerin loh kamu ngomong di telepon. Kamu lagi nelepon siapa sih?" Laras akhirnya tak bisa menahan emosinya.

Namun Radit yang melihat Laras emosi ia tak terima.

"Lancang banget kamu nanya nanya kayak gitu! Kamu pikir kamu itu siapa, hah? Udah berani ya kamu ngelawan suami kamu sendiri?" bentak Radit dengan mata yang melotot tajam.

Laras yang melihat amarah suaminya langsung menciut dan tak berani berkutik.

"Maaf, Mas. Maafin aku, aku cuma..." Laras terisak kecil.

"Udah udah aku nggak mau dengerin omongan kamu lagi!"

Radit masuk ke kamar lalu ia memakai jaketnya dan pergi entah ke mana meninggalkan Laras yang tertunduk sambil menangis.

Selalu seperti itu jika mereka bertengkar, Radit pergi begitu saja. Meninggalkan kepedihan di hati Laras.

Malam hari

Laras masih menunggu Radit pulang, ia duduk di teras depan kontraknya yang satu petak itu. Malam semakin gelap dan juga udara terasa dingin namun tak ia hiraukan karena ia ingin berada di luar saat suaminya pulang.

Laras kembali mencoba untuk menghubungi Radit namun teleponnya tak diangkat. Ia mencoba lagi namun kali ini malah dimatikan.

Ke mana suaminya pergi? Apakah ke rumah wanita tadi yang telah ditelepon oleh Radit?

Laras menggeleng-gelengkan kepalanya mencoba untuk membuang pikiran buruknya itu. Tak mungkin kan jika suaminya itu telah selingkuh di belakangnya? Ya, itu tidak mungkin. Radit bukan tipe pria yang tukang berkhianat. Begitulah yang Laras pikirkan.

"Mbak Laras kok masih di luar? Ini kan udah malem, Mbak."

Laras membuka matanya yang tadi sempat terpejam karena memang ia sudah mengantuk sekali. Dilihatnya Rangga yang berdiri di depannya.

"Mas Rangga?"

Rangga tersenyum simpul. "Maaf saya udah ganggu Mbak Laras tidur. Tapi sebaiknya Mbak Laras masuk ke dalem aja jangan di luar ini kan udah malem banget."

"Iya, Mas. Tapi nanti aja deh saya masuk soalnya saya lagi nungguin suami saya pulang."

"Emang Bang Radit ke mana?"

"Nggak tau juga, Mas. Tadi langsung pergi, udah saya telepon dari tadi tapi belum juga diangkat, saya kan jadi khawatir suami saya ke napa-napa."

"Mendingan Mbak Laras nunggunya di dalem aja dari pada di luar nanti kalau ketiduran malah bahaya."

Laras menimbang-nimbang saran dari Rangga tersebut, kalau dipikir-pikir ada benarnya juga. Ia melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul sebelas malam.

"Iya deh saya masuk aja udah malem banget ternyata, takutnya saya malah beneran ketiduran di sini sampai pagi."

"Iya, Mbak."

"Makasih ya, Mas Rangga."

"Iya, Mbak Laras. Kalau gitu saya permisi pulang dulu."

"Iya."

Laras masuk ke dalam rumahnya setelah Rangga pamit pulang.

Laras membuka kembali pintu rumahnya untuk melihat Radit namun belum ada tanda-tanda suaminya itu pulang.

***

Esok harinya Laras kembali bekerja seperti biasa di toko baju yang ada di pasar. Ya, ia memang bekerja di pasar yang lokasinya tak begitu jauh dari rumah karena Radit tak mengijinkannya bekerja terlalu jauh.

Laras kembali teringat perkataan manis Radit yang dulu.

Flashback

"Aku masih bolehin kamu kerja asalkan kerjanya jangan yang jauh-jauh," kata Radit sambil mengelus rambut Laras dengan lembut.

Laras tersenyum senang diperlakukan seperti itu oleh sang suami. "Iya, Mas."

"Iya. Soalnya kalau kamu kerjanya jauh kan kasian kamunya nanti capek banget pasti. Aku kan nggak bisa liat kamu capek, Sayang. Aku kan mau jadi suami yang baik buat kamu."

"Iya, Mas. Makasih banget kamu udah baik banget sama aku."

Radit tersenyum lalu ia mengecup pipi Laras, istri yang baru ia nikahi seminggu yang lalu itu.

Tentu saja saat itu pernikahan mereka masih sangat bahagia sekali karena masih terhitung baru.

Flashback Off

Laras menghela napas berat, seandainya Radit masih sama seperti yang dulu yaitu suaminya yang penyayang dan juga baik hati.

"Ngelamun terus!" tegur Melati sang penjaga toko sepatu yang berada tepat di seberang toko Laras itu.

"Bikin kaget aja deh," kata Laras lalu ia kembali menghela napas.

"Lagian kamu bengong aja dari tadi mikirin apaan sih? Pasti mikirin si Radit itu ya kan?"

"Iya, Mel. Semalem Mas Radit nggak pulang, dia perginya dari kemarin siang. Aku jadi khawatir nih dia kenapa napa."

Melati memutar bola matanya. Benar kan apa yang ia duga, Laras pasti sibuk memikirkan Radit.

"Aduh udah deh, Ras. Udah biarin aja kenapa sih mau dia pulang mau dia nggak pulang udah jangan kamu pikirin. Toh kalau dia butuh duit dia juga pasti pulang buat minta duit ke kamu. Suami kamu kan tukang palak nggak jelas."

"Please, Mel. Aku lagi nggak mau dengerin omongan kamu yang malah bikin aku tambah stress!"

"Aku kan cuman ngasih tau kamu aja, Ras. Aku ngomong gini karena aku peduli sama kamu aku kan sahabat kamu."

"Iya tapi kan..."

"Itu kan suami kamu, Ras!" Melati melongo begitu melihat Radit yang sedang berjalan dengan seorang wanita dan mereka berdua terlihat akrab sekali sambil bergandengan tangan.

"Mana?" Laras ikut melihat ke arah yang Melati lihat namun ia tak melihat apapun di depan sana. Hanya ada Ibu Ibu dengan anaknya yang melihat-lihat baju anak-anak.

"Itu tuh tadi beneran aku liat dengan mata kepala aku sendiri aku liat suami kamu jalan sama cewek lain, Ras," ucap Melati kukuh karena ia memang melihatnya tadi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahan Kedua dengan Tuan Muda   Kebohongan

    Aryo yang membaca pesan tersebut sama sekali tidak terpengaruh. Raut wajahnya juga datar saja. Karena merasa haus ia pun pergi ke dapur untuk mengambil minum. Ia membuka kulkas lalu mengambil air dingin dan langsung ia teguk dari botolnya. "Makin nggak waras aja si Safira itu, bisa-bisanya dia ngaku kalau lagi hamil anakku." Aryo mendengus. Bagaimana bisa wanita yang merupakan mantan kekasihnya itu mengaku hamil anaknya sedangkan mereka berdua saja tak pernah lagi bertemu. Mendadak Laras terbangun dari tidurnya yang nyenyak itu. Ia menoleh dan kaget karena suaminya tak ada di sampingnya. "Mas Aryo ke mana ya?" tanya Laras pada dirinya sendiri setelah ia menguap. "Aku cari aja deh." DUAR! GLUGUR GLUGUR GLUGUR! Terdengar suara petir yang sangat kencang membuat Laras kaget dan refleks ia menutup wajahnya dengan bantal. Ya, ia memang sangat takut pada yang namanya petir. Ia pun menangis tersedu-sedu saking takutnya ia. "Mas Aryo aku takut," jerit Laras di antara tangisnya. Aryo

  • Pernikahan Kedua dengan Tuan Muda   Pernikahan Kinan

    "Kinan, umumkan pernikahan kamu dan sekarang juga! Undang semua temen-temen kamu dan Kita akan menggelar pesta pernikahan yang sangat mewah!" perintah Sekar sambil menatap Linda dengan tatapan yang sinis. Kinan dan Linda terkejut mendengar Sekar mengatakan hal itu. "Apa, Ma? Nikah? Ma, please aku sama Mas Saka tuh baru kenal itu pun baru itungan hari. Aku nggak mau buru-buru nikah, Ma..." "Kinan kamu itu selalu mendengarkan perintah Mama ini kan?" potong Sekar yang membuat Kinan mengangguk cepat. "Iya, Ma," lirih Kinan. Sekar tersenyum puas. "Kalau begitu kamu nggak ada alesan lagu untuk menolak perintah Mama kamu ini. Secepatnya kamu harus menikah sama Saka!" "Oke, Ma." Linda menatap ibu dan anak itu tak percaya. Apa pula dua orang ini? batinnya. "Pernikahan kamu dan Saka akan digelar besar-besaran di hotel paling mewah di negara ini," kata Sekar dengan sombongnya. Ia mengatakan kesombongannya itu persis di hadapan Linda. Linda tertawa mengejek. "Nikah di hotel mewah? Meman

  • Pernikahan Kedua dengan Tuan Muda   Diratukan

    "Hai! Perkenalken saya adalah calon suaminya Neng Kinan yang cantik mempesona," ucap Saka yang membuat kaget semua orang. Ya, keluarga Malik saat ini sedang berkumpul di ruang tamu menyambut kepulangan Laras dan Aryo dari berbulan madu. "Duh kamu tuh siapa sih kok tiba-tiba main kagetin orang aja kalau ada yang jantungan gimana!" hardik Linda yang merasa kesal pada Saka. Saka tak merasa sedikitpun takut pada Linda. Ia malah cengengesan. "Hehehe ampun deh Tante, saya kan enggak ada niatan tuk membuat kalian semua terkaget-kaget terbengong bengong melihat saya yang kece ini." Ia bahkan dengan penuh rasa percaya diri membuat pose dua peace. Tingkah tengil Saka tentu saja membuat Linda dan Rita geram. "Kamu tuh mendingan pergi dari rumah kami sekarang juga! Siapa juga yang ngundang kamu ke sini!" seru Rita. "Iya, dasar tidak jelas!" lanjut Linda. "Dia itu kok lucu ya, Mas," ucap Laras lalu ia terkikik pelan. Aryo diam saja karena ia merasa cemburu mendengar Laras

  • Pernikahan Kedua dengan Tuan Muda   Sang Mantan

    "Mas Aryo!" seru Laras yang membuat Aryo dan Safira panik. Dengan kasar Aryo melepaskan diri dari pelukan Safira. Safira cemberut kesal. Laras pun segera mendekati suaminya itu dengan langkah cepat. "Sayang kamu jangan salah paham ya..." "Siapa perempuan itu, Mas? Kenapa dia bisa meluk kamu seenaknya kayak gitu?" tanya Laras dingin. "Dia itu bukan siapa-siapa aku, kami nggak ada hubungan apapun. Kamu harus percaya sama aku," kata Aryo menjelaskan sambil mencoba untuk memegang tangan Laras namun istrinya itu menjauh darinya. Aryo menghela napas berat. "Terus kenapa kamu mau mau aja dipeluk peluk sama dia, Mas?" "Kalau gitu aku minta maaf, ok? Aku nggak tau kalau dia tiba-tiba dateng terus meluk aku." "Emangnya kenapa kalau aku datengin Aryo dan meluk dia? Masalah?" tanya Safira dengan gaya menantang. Laras menjadi geram mendengar hal itu. Wanita asing itu bertanya apa masalahnya? Jelas-jelas itu sebuah kesalahan besar karena ia sudah menggoda suaminya! Laras mendengus. "Kamu

  • Pernikahan Kedua dengan Tuan Muda   Safira

    [ Sayang? Kok kamu diem aja sih? Sayang? Hello? ] Aryo yang tak ingin Laras mendengarnya sedang ditelepon seseorang lantas ia pun pergi keluar kamar. [ Sayang? Kamu masih di situ kan? Jangan diem aja dong! ] [ Ngapain kamu telepon saya terus? Kita kan udah putus. ] balas Aryo tegas. Terdengar suara tawa wanita itu di seberang sana. [ Putus kamu bilang? Sayang, kita tuh nggak putus. Aku ini masih pacar kamu! ] [ Safira dengerin saya baik-baik jangan hubungi saya lagi! ] Dengan itu Aryo mematikan sambungan telepon, ia menghela napas kasar. "Aku harus secepatnya kembali ke kamar, takutnya Laras nyariin." Aryo kembali ke kamarnya dengan sang istri, ia terkejut melihat Laras ternyata tak ada di tempat tidur. Ke mana istrinya itu pergi? "Sayang? Kamu di mana?" panggil Aryo sambil mencari Laras di kamar mandi dan tak ada orangnya. "Sayang?" "Justru aku yang harusnya nanya sama kamu, Mas. Kamu tadi ke mana kok aku tadi nyariin kamu tapi kamunya nggak ada." Aryo berbalik dan ia le

  • Pernikahan Kedua dengan Tuan Muda   Bulan Madu

    Aryo menyeruput kopinya sambil melihat pemandangan dari balkon hotel. Pagi ini cuacanya sangat cerah, cocok untuk jalan-jalan nanti. Tanpa terasa ia dan Laras istrinya sudah tiga hari berada di Paris. Mereka sudah jalan-jalan menyusuri kota nan indah itu. Mereka juga merekamnya dan memotret kegiatan mereka untuk diabadikan. Ia pun juga merasa lega karena sudah berhasil mewujudkan impian Laras yang katanya sejak dulu ingin sekali pergi ke Paris. Ngomong-ngomong di mana Laras? Tak terlihat di manapun. Aryo menoleh ke arah Laras, rupanya istri tercintanya itu masih tidur pulas di kasur. Ia tersenyum ketika mengingat kegiatan mereka semalam yang sangat bersemangat sampai Laras lelah seperti itu. Laras menggeliat lalu ia pun membuka matanya perlahan. Ia menoleh ke sampingnya dan panik karena tak melihat keberadaan suaminya di sampingnya. Lantas ia mengambil ponselnya yang ada di atas meja, dan ia memeriksa jam. "Udah jam sepuluh pagi nih, Mas Aryo ke mana ya?" gumam Laras sambil menguc

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status