Share

2 Jangan Dekati Suami Aku Lagi!

Roni dan Ririn masing-masing tidak mau melepas ikatan tangan mereka, sampai Siska terpaksa menghentikan sejenak aksi tarik-menarik itu.

Bodohnya aku, pikir Siska. Mas Roni mengenakan jas pengantin dan wanita itu mengenakan gaun, sudah pasti mereka adalah pasangan kan?

“Mas, tolong jelaskan sama aku ... Ini apa-apaan ...” Siska memohon dengan hati teriris perih. “Apa begini cara kamu berkomunikasi? Kita sudah menikah tiga belas tahun, tiga belas tahun, Mas! Anak kita bahkan sudah tiga!”

Roni mengembuskan napas berat, orang-orang kini tidak segan untuk merekam keributan yang ditimbulkan akibat kehadiran istrinya.

Kalau sampai video mereka tersebar luas hingga ke masyarakat publik, pasti akan ada banyak kecaman yang ditujukan kepada dia dan Ririn.

“Kamu jangan bikin malu aku dan Mas Roni dong!” tegur Ririn keras.

Melihat wanita lain tidak semudah itu diusir, Siska kembali mengarahkan tatapan tajamnya untuk menghujam Roni.

“Jadi selama ini kamu selingkuh?”

“Siska, jaga suara kamu—tidak perlu ngegas begitu ....”

“Bagaimana bisa aku tidak emosi saat lihat suami aku memakai jas pengantin dan menggandeng tangan wanita lain?” potong Siska dengan suara keras, memantik rasa ingin tahu orang-orang yang sebagian besar merupakan tamu undangan.

Melihat situasi yang merugikannya, Ririn langsung beraksi.

“Jangan pisahkan kami, aku mohon!” rintih Ririn sambil berupaya mempertahankan genggaman tangannya.

“Kamu jangan akting, ya!” gertak Siska mengagetkan Ririn.

Tanpa diduga, dia menyeruak maju di tengah-tengah mereka. Seketika semua orang berdiri membeku saat mengetahui bahwa Siska adalah istri sah Roni.

“Mas, kamu ingat janji kamu kan?” Suara tercekat Siska begitu menghakimi Roni. “Apa kamu pikir pernikahan kita itu sesuatu yang main-main?”

“Main-main?” ulang Ririn bingung seraya menatap Roni. “Pernikahan kita juga nggak main-main kan, Mas ...”

“Kamu tidak sopan sekali, berani menyela pembicaraan kami.” Siska menoleh dan memandang Ririn angkuh. “Kamu ini bukan siapa-siapa, wanita pelakor.”

Jleb! Kata-kata yang dicetuskan istri Roni terasa seperti pedang tajam yang dihunuskan tepat mengenai jantung Ririn.

“Siska!” tegur Roni. “Ririn ini istriku!”

Siska menoleh ke arah Roni dan menatapnya tajam.

“Kalau begitu kamu pilih salah satu, atau aku akan bertindak dan dia bisa hancur pelan-pelan tanpa perlu aku menyentuhnya.” Siska menegaskan. “Aku tak perlu repot-repot mengotori tanganku.”

Ririn memandang Siska dan Roni bergantian tanpa mengerti apa yang mereka katakan.

Melihat Roni hanya bergeming, Siska akhirnya menggunakan kedua tangannya sendiri untuk melepas tangan Ririn dan Roni yang masih saling bertaut.

“Kamu masih belum percaya kalau aku sanggup melakukan apa saja?” tanya Siska lagi. “Jadi, apa yang mau kamu jelaskan, Mas?”

Roni memandang Siska sebentar, kemudian memalingkan wajahnya dengan segera.

“Ririn tetap akan jadi istriku,” kata Roni akhirnya, membuat Siska menitikkan air mata.

“Kalau begitu bagus,” sahut Siska, dengan sekali sentak dia berhasil memisahkan tangan Roni dan Ririn yang tadinya menyatu erat.

Kalau Roni pikir Siska datang seorang diri tanpa persiapan, dia salah besar!

“Kalian, bawa Mas Roni ke mobil saya sekarang! Yang lain bisa ambil alih mobilnya!”

Ririn membelalakkan mata ketika melihat Roni dengan pasrah dan tanpa perlawanan membiarkan beberapa preman membawanya menuju mobil Siska yang sudah menunggu.

“Mas Roni ...!” panggil Ririn histeris.

Siska menoleh dnegan cepat ke arah Ririn yang wajahnya sudah basah oleh air mata duka.

“Aku peringatkan kamu,” katanya dengan nada setajam pisau. “Jangan dekati suami aku lagi, jangan pernah berpikir untuk menjadi bagian dari rumah tangga aku. Boleh saja kamu masuk melalui perselingkuhan seperti yang coba kamu lakukan, tapi aku pastikan jodoh kamu bukanlah suami aku.”

Kata-kata Siska tidak hanya menusuk, tetapi mengiris-iris hati Ririn hingga menjadikannya serpihan-serpihan kecil yang seolah tak ada harganya.

“Aku nggak pernah bermasalah sama kamu, tapi kenapa kamu sebegini dendamnya?” tanya Ririn tertahan. “Mas Roni yang datang sendiri ke aku ...”

“Ini bukan masalah dendam,” potong Siska seraya menarik tangan Ririn dengan keras. “Tapi ini masalah prinsip, bagaimana aku harus bisa mempertahankan suami aku dari godaan pelakor kelas kakap seperti kamu.”

Setelah mengucapkan kalimat terakhirnya, Siska mengempaskan tangan Ririn hingga wanita itu terhuyung dan hampir jatuh.

“Siska, aku tidak akan memaafkan kamu kalau Ririn sampai kenapa-napa!” teriak Roni dari kejauhan.

Siska memutar tubuhnya dengan angkuh dan berlalu meninggalkan Ririn yang termangu sendirian tanpa bisa berbuat apa-apa untuk mempertahankan suaminya yang dibawa pergi.

Namun, saat mobil yang ditumpangi Roni mulai melaju, Ririn seolah tersadar dan tidak mau pasrah begitu saja.

“Mas Roni!” Ririn berlari mengejar sambil meneriakkan nama Roni, dia tidak peduli pada orang-orang yang memandangnya heran saat berpapasan dengannya.

“Mas, jangan pergi!” teriak Ririn sambil berlari tanpa lelah, diangkatnya gaun pengantinnya tinggi-tinggi agar dia mampu berlari lebih cepat lagi. “Mas Roni!”

Mobil-mobil itu semakin lama semakin melaju cepat meninggalkan Ririn yang susah payah menyeret kedua kakinya hingga wajahnya basah berpeluh. Dia baru benar-benar menyerah saat mobil yang membawa Roni berbelok tajam dan tidak mungkin terkejar lagi.

Ririn menyeka wajahnya dan bergegas menepi, setelah itu dia buru-buru mengambil ponselnya dan mencoba menelepon Roni lagi. Betapa senangnya Ririn saat hubungan langsung tersambung dengan cepat.

“Halo, Mas Roni ...”

“Kamu tunggu di situ,” terdengar suara Roni yang menjawab panggilannya. “Jangan ke mana-mana, aku akan jemput kamu sekarang ...”

“Mas!”

“Diam kamu, Sis.” Roni membungkam Siska yang tiba-tiba masuk dalam percakapan mereka. “Rin, tetap di situ sampai aku datang.”

Siska tidak percaya ini, hanya dalam sekejap mata kebahagiaan dirinya musnah begitu saja di tangan pasangan sahnya sendiri.

***

Roni mengambil alih mobilnya kembali dan Siska tidak kuasa menahan. Dengan kecepatan tinggi, mobil yang dikemudikan Roni tiba di tempat Ririn menunggu dengan lebih cepat. Ririn langsung mendekap sang suami, yang ternyata tetap memilihnya daripada Siska.

“Mas?” ucap Ririn shock. “Apa aku nggak pantas jadi istri kamu?”

Lelaki itu menggeleng miris.

“Aku akan bicara sama Siska nanti, oke?” kata Roni tegas. “Mulai sekarang kamu harus mendampingi aku, Rin.”

“Oke, dia mungkin sudah berhasil mengacaukan kebahagiaan aku. Tapi dia nggak akan pernah bisa membuat kamu berpaling dari aku, Mas!” seru Ririn berapi-api. “Aku sengaja diam karena dia akan semakin kesetanan kalau aku lawan!”

“Aku tahu,” kata Roni letih sambil membimbing Ririn untuk masuk ke mobil. “Kamu jadi sasaran kemarahan Siska, aku benar-benar minta maaf sama kamu.”

Ririn mengangguk dengan wajah sedih berlebihan.

“Aku tidak pernah minta menikah dengan cara seperti ini,” sahut Ririn murung. “Aku lebih memilih jadi perawan tua saja daripada dianggap jadi pelakor dalam rumah tangga kamu ...”

“Jangan bicara seperti itu!” potong Roni sambil membelai wajah Ririn yang masih dirias lengkap, membuat wanita itu merasa memiliki hati Roni sepenuhnya.

Bersambung—

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status