Share

3 Kejadian Viral, Ririn Shock

Siska menyusuri jalanan tanpa tentu arah, tatapan matanya menyiratkan betapa dalam luka hatinya hingga dia terlunta-lunta.

Pandangan Siska lurus ke depan, tetapi pikirannya sudah sejak tadi pergi meninggalkan raganya dan berkelana ke tempat lain. Mengingat kembali momen-momen mendebarkan dirinya bersama Roni yang sekelebat menyapanya.

Tanpa terasa air mata Siska menitik lagi tanpa bisa dia cegah, ditinggalkan suami demi wanita lain benar-benar hal yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya. Ingin rasanya dia berteriak, meraung, dan mencaci apa saja yang dia jumpai di jalanan.

Namun, Siska merasa sudah tidak bertenaga rasanya. Kesuraman kini sudah menyelimuti hidupnya seperti mendung yang menggelayut di langit senja. Dia tidak mempehatikan ke mana mobil melaju membawa tubuhnya, termasuk saat tiba-tiba mobilnya berbelok tajam, wanita itu tidak mampu mengerem tepat pada waktunya.

Ciitt!

Siska terdorong ke depan hingga membentur kemudi saat sebuah mobil muncul dan hampir saja menabraknya. Untunglah pengemudi itu mau berhenti dan turun untuk mendatangi mobil Siska yang berhenti mendadak karena menabrak ruko yang tutup.

“Hei, kamu tidak apa-apa kan?” tanya suara seorang pria. “Aku kaget saat mobil kamu tiba-tiba—Siska?”

Pria itu terkejut saat Siska mendongakkan wajahnya.

“Pasha?” Siska membelalakkan matanya saat bertatapan dengan Rapashatrya, teman sekolahnya dulu.

“Kamu ...” Pandangan Pasha menyapu dari atas hingga bagian bawah gaun mewah yang dipakai Siska. “Kamu bukannya sudah nikah? Terus ... di mana suami kamu?”

Siska tercekat, dia tidak tahu harus menjawab apa. Terlalu bingung untuk menjelaskan apa yang baru saja dialaminya.

“Sis, kenapa?” tanya Pasha curiga saat melihat perubahan rona muka siska. “Apa aku salah bicara?”

Siska menggeleng perlahan.

“Tidak kok Sha, tidak ada yang salah. Aku ... baru saja diselingkuhi, begitulah.” Siska mengakui tanpa merasa sungkan karena dia tahu watak Pasha yang tidak akan menertawakan musibah yang terjadi.

“Diselingkuhi?” ulang Pasha tidak percaya. “Sebaiknya kita duduk dulu.”

Pasha membantu Siska keluar dari mobil membimbingnya untuk menepi ke halaman sebuah ruko yang tutup.

“Sebenarnya apa yang terjadi sama kamu, Sis?” tanya Pasha meminta penjelasan. “Kok bisa kamu sudah menikah, dan ternyata diselingkuhi begini?”

Siska menarik napas panjang, dia merasakan semua kata-katanya sudah tertelan di tenggorokan sebelum sempat dia ucapkan. Sebagai gantinya air mata yang tiba-tiba mengucur deraslah yang justru mewakilinya sebagai jawaban.

Pasha tidak dapat berbuat apa-apa dan hanya mampu memandangnya miris.

“Nangis saja Sis, keluarkan semua beban kamu sampai hati kamu lega.” Dia menyarankan. “Aku sama sekali tidak tahu apa yang baru saja kamu alami, tapi itu pasti sesuatu yang sangat berat.”

Siska merasakan kesedihannya semakin membanjir keluar tanpa mampu dia tahan, dan karenanya membuat tangisnya jadi semakin kencang dan menyayat hati Pasha yang menyaksikannya.

“Aku siap mendengarkan cerita kamu kapanpun kamu mau,” ujar Pasha bersimpati. “Kita ini masih bersahabat, kan?”

Siska menyeka matanya dan mulai bercerita dengan tersendat-sendat. Pasha mendengarkannya tanpa menyela, tapi beberapa kali dia harus menahan diri saat mendapati kenyataan bahwa Roni adalah suami Siska yang sah.

“Jadi dia ... memilih wanita itu?” komentar Pasha tidak percaya. “Apa boleh aku menghajar mantan teman yang dulu nikung aku?”

Siska menggelengkan kepala dan menjelaskan posisi dirinya dan Roni yang sebenarnya baik-baik saja. Hal itu membuat Pasha terpaku cukup lama sebelum akhirnya memandang Siska.

“Kamu masih muda Sia, hidup kamu tidak harus terhenti karena diselingkuhi.” Siska mengambil kartu nama dan memperlihatkannya kepada Siska. “Kamu ingat saat kita satu kelas? Kita sama-sama mau bikin bisnis dan membuka lapangan kerja untuk orang banyak.”

Siska menghambur ke dekapan Pasha tanpa bisa ditahan lagi, membuat pria itu terkejut dan bingung dalam waktu yang bersamaan. Namun, dia membiarkan bahunya menjadi sandaran Siska yang saat ini sedang rapuh hatinya.

Waktu terus berlalu hingga Siska menyudahi sedihnya dan memutuskan untuk kembali ke rumah. Saat Pasha menawarkan diri untuk mengawalnya, dia tanpa ragu menolak.

Kini Siska melanjutkan perjalanannya dengan hati hampa. Meski dia tengah merasakan luka yang menganga lebar di hatinya, dia yakin bahwa pada akhirnya dia akan baik-baik saja.

Suatu saat nanti.

"Kamu keterlaluan, Siska. Kamu bikin aku dan Ririn seolah jadi manusia kejam gara-gara kejadian tadi sudah tersebar luas."

Roni menatap Siska dengan raut wajah kecewa saat mereka bertemu kembali di rumah malam harinya.

"Lebih keterlaluan siapa, aku atau kamu?" Siska bertanya balik. "Kamu bertindak dan mengambil keputusan tanpa sepengetahuan aku, minta izin dulu juga tidak ...."

Siska melempar tatapan terluka kepada Roni, lelaki yang telah menjalani biduk rumah tangga dengannya selama tiga belas tahun ini.

"Aku sudah pernah bilang sama kamu kan, seorang suami tidak membutuhkan izin istrinya kalau dia mau menikah lagi."

"Setidaknya komunikasi dulu bisa kan? "Memangnya selama kita menikah, aku tidak berhak tahu apa yang menjadi keinginan kamu?"

Roni terdiam, dia bukannya tidak mau berkomunikasi dengan Siska. Hanya saja dia tahu kalau istrinya itu tidak akan pernah setuju kalau dirinya menikah lagi.

"Kenapa kamu tidak jawab, Mas? Aku merasa dikhianati, tahu? Kamu tidak ingat apa, siapa yang menemani kamu merintis dari nol? Siapa yang setia mendampingi kamu di saat-saat susah? Aku apa dia?"

Roni menarik napas panjang. Justru karena dia tahu kalau Siska memiliki karakter yang sedikit keras, dia memilih untuk tidak memberi tahu pernikahan keduanya.

"Boleh aku tahu alasan kamu menikah lagi?" tanya Siska lemah. "Aku sehat, masih bisa melayani kamu ... Aku bahkan sudah kasih kamu tiga anak cerdas, tidak bersyukurkah kamu, Mas?

Roni terdiam dan tidak segera menjawab.

"Kalau pun suami punya kebebasan untuk menikah berkali-kali, seharusnya kamu berusaha supaya tidak menyakiti perasaan aku." Siska melanjutkan. "Bukannya diam-diam saja seperti ini, apa yang harus aku jelaskan anak-anak kita kalau mereka tahu? Aku harus bilang kalau ayah mereka punya istri lagi, begitu?"

"Mereka masih terlalu muda, Sis. Karena itu aku memilih untuk menyembunyikan pernikahan kedua ini untuk sementara ... Tapi gara-gara kejadian hari ini viral, anak-anak kita pasti akan tahu juga."

"Ya sudah, memang itu kenyataannya. Ayah mereka nikah lagi tanpa izin kan?"

Roni menarik napas.

"Kamu juga harus tahu akibat yang kamu timbulkan, Ririn jadi shock dan trauma ...."

"Aku tidak peduli, kenal juga tidak."

Roni terdiam, percuma dia menjelaskan seperti apa pun juga. Siska sedang dalam puncak emosinya, penjelasan logis seperti apa pun tidak akan mengubah yang sudah terjadi.

"Aku akan pulang besok pagi," pamit Roni.

"Terserah, tidak pulang juga tidak apa-apa."

Roni tertegun, seharusnya dia sudah memperkirakan bahwa reaksi Siska akan semarah ini. Namun, Roni tidak menduga bahwa pernikahan keduanya harus terbongkar dengan cara yang kurang mengenakkan.

"Aku akan tetap pulang, karena kamu masih istri aku."

Bersambung—

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status