Share

4 Setelah Kesuksesan Itu

Author: Setia_AM
last update Last Updated: 2023-09-20 17:25:21

Seorang wanita dewasa muda berjalan mantap saat keluar dari taksi dan memasuki area perkantoran di pusat kota. Namanya Siska Rantama, pegawai yang sudah lama bekerja dengan tim administrasi perusahaan sepatu.

Siska ditempatkan bersama Kavita dengan tugas mencatat order masuk dan stok berbagai jenis model sepatu yang diproduksi.

Siska bekerja untuk membantu finansial suaminya yang kala itu belum sesukses sekarang.

Namun, setelah kesuksesan itu berhasil diraih bersama-sama, ujian paling besar datang menghampiri.

Siska masih ingat betul bagaimana dia harus bangkit dari patah hati yang menggerogoti jiwanya sampai nyaris habis. Keinginan untuk menghancurkan hidupnya seketika buyar saat bayangan ketiga anaknya muncul dan seolah ikut merasakan patah hati yang dia rasakan.

Sejak itu Siska bangkit dan tidak ingin meratapi rumah tangganya yang gagal. Dia berambisi untuk bisa melanjutkan hidup dan bersumpah akan membuat Roni dan istri keduanya menyesal telah menghancurkan dirinya.

Kini satu bulan telah berlalu dan rasa sakit itu masih menganga lebar sampai sekarang, membuat Siska melampiaskannya dengan bekerja tanpa kenal lelah, lembur sampai malam hingga hari libur dia lakoni tanpa mengeluh sedikitpun.

Hasil yang diterima Siska sepadan dengan usaha keras yang selama ini dia pikul. Pundi-pundi uang mengalir lancar ke rekeningnya, hingga dia rutin menyisihkan sebagian untuk ditransfer ke rekening khusus anak-anaknya.

Siska baru saja melangkahkan kakinya ke dalam rumah, ketika suara seorang pria memanggilnya.

“Ada apa?” tanya Siska heran sambil mendatangi Roni yang menjadi pelaku utama di balik sakit hatinya.

“Setiap hari kamu pulang malam,” jawab Roni. “Anak-anak memang sudah besar, tapi ....”

“Mereka memang sudah besar,” timpal Siska dingin.

“Setidaknya kamu harus bisa membagi waktu,” kata Roni sambil berbalik meninggalkan Siska. “Kamu masih istri aku yang sah, jadi tetap lakukan kewajiban kamu.”

Siska tidak menjawab saling marahnya. Begitu Roni berlalu, Siska segera pergi ke kamar anak-anaknya.

Saga, putra sulungnya, tersenyum ke arahnya saat Siska datang.

“Ibu lembur lagi ya,” ujar Saga yang berusia dua belas tahun.

“Maaf kalau kamu dan adik-adik jadi menunggu terlalu lama,” ucap Siska merasa bersalah. “Jangan marah sama ibu ya ...”

“Aku nggak marah, jangan sering-sering lembur nanti ibu capek!” jawab Saga dengan wajah serius. “Ayo kita makan, Bu?”

Siska mengangguk dan mengajak dua buah hatinya yang lain untuk makan sama-sama.

“Jadi kamu memang sedang banyak lemburan?” tanya Roni sambil mendongakkan kepalanya saat siska muncul di dapur bersama anak-anak mereka.

“Ya,” angguk Siska sambil menyiapkan piring untuk anak-anaknya. “Lebih tepatnya sejak ada kejadian itu.”

“Kejadian apa, Bu?” tanya Cilla, anak kedua Siska yang memiliki rasa ingin tahu tinggi.

Roni seketika terperanjat.

“Oh, bukan kejadian apa-apa ... Nggak penting kok, Cill. Ibu saja sampai lupa kejadian yang mana!”

Cilla tidak bertanya apa-apa lagi dan melahap nasi goreng kesukaannya.

“Ayah kok nggak makan?” tanya Saga ketika melihat piring Roni yang masih kosong.

“Ayah ....”

“Ayah kamu sudah kenyang, tadi makan di jalan—kebetulan ibu lihat.” Siska menyeka, membuat Roni tidak memiliki daya untuk membantah.

“Padahal di rumah ada banyak makanan, kok Ayah malah makan di luar?” Cilla berkomentar.

Roni pura-pura terbatuk. “Iya, tadi sama ... teman kerja ayah.”

Dasar pembohong kamu, Mas! Siska membatin.

***

Siska mencuci tangannya di wastafel setelah keluar dari toilet, tidak lupa dia merapikan rambut panjangnya yang diikat ekor kuda. Kemeja warna biru lembut membalut tubuh Siska yang berlekuk indah. Ditambah rok sepan hitam selutut yang semakin menyempurnakan kedua kakinya yang jenjang.

“Aku wanita kuat,” gumam Siska dengan senyum yang terbit di bibir merah alaminya, setelah itu dia langsung meninggalkan toilet.

Baru lima menit duduk, Siska mendengar namanya dipanggil dari dalam kantor.

“Sis, ada panggilan dari ruangan Pak Ezra.” Kavita menyongsongnya ketika Siska muncul di depannya. “Cepat ke sana sekarang.”

Siska menganggukkan kepala dan menaiki tangga khusus karyawan kantor, karena lift di sana hanya khusus untuk pemilik perusahaan dan keluarganya.

“Permisi Pak, Anda memanggil saya?” tanya Siska saat tiba di ruangan Ezra yang saat itu sedang ada tamu yang duduk membelakanginya.

“Ya, ada hal penting yang mau saya sampaikan sama kamu.” Ezra mengangguk. “Saya baru saja mengajak sepupu saya untuk bergabung di perusahaan ini, masalahnya dia belum paham apa-apa tentang sepatu.”

“Lalu tugas saya apa, Pak?” tanya Siska tanpa berbelit-belit.

“Kenalkan dulu, ini sepupu saya.” Ezra mengisyaratkan kepada pria yang duduk di depannya untuk berdiri. “Dia akan belajar di sini mulai minggu depan.”

Pria itu berdiri dan menoleh ke arah Siska yang seketika tercengang melihatnya.

“Pasha?” serunya kaget.

“Siska?”

Ezra mengernyitkan keningnya ketika menyadari bahwa kedua orang di depannya ini sudah tahu nama masing-masing.

Siska terperanjat ketika melihat pria dewasa yang ada di depannya ini adalah Pasha, teman sekolahnya yang beberapa waktu lalu bertemu dengannya.

“Kalian berdua sudah saling kenal?” komentar Ezra, masih sambil mengernyit.

“Siska ini teman sekolahku dulu,” jelas Pasha sambil menoleh memandang Ezra. “Sudah lama kami hilang kontak.”

“Kebetulan sekali kalau begitu,” ujar Ezra. “Kamu belajar dulu sama dia mulai minggu depan.”

“Minggu depan itu terlalu lama,” sahut Pasha antusias. “Sekarang juga aku siap. Ayo, Sis?”

“Kamu ini mau kerja apa modus mau reuni sama Siska?” tukas Ezra datar. “Kamu harus belajar produk dulu.”

“Iya gampang, yuk Sis?” ajak Pasha sambil berjalan ke arah lift yang ada di sudut ruangan.

“Saya lewat tangga saja, Pak Pasha. Saya permisi, Pak Ezra.” Siska mengangguk sopan kemudian segera meninggalkan ruangan Ezra, sementara Pasha sudah telanjur masuk ke dalam lift.

“Aku harus ngapain?” tanya Pasha ketika dia dan Siska sudah berada di gudang sepatu.

“Seperti perintah Pak Ezra, kamu harus belajar produk dulu. Sepatu-sepatu di sini terdiri dari banyak jenis dan model.” Siska menjelaskan. “Pak Pasha paham?”

“Memangnya harus ya aku dipanggil bapak?” tanya Pasha sambil mengernyit. “Apa aku sudah setua itu di depan kamu?”

“Masalahnya kita sedang di tempat kerja Pak,” bisik Siska. “Aku tidak enak sama karyawan lainnya.”

Pasha terdiam maklum mendengar penjelasan Siska.

Tidak lama, telepon yang ada dalam jangkauan tangan siska berdering nyaring. Dia segera meraih gagangnya dan menyapa seseorang di ujung sana sambil tersenyum tipis.

“Halo, ada yang bisa saya bantu?” katanya ramah. “Oh, kamu Vit? Untuk sepatu dewasa ada sekitar seratusan yang siap kirim. Ini aku baca salinan catatan, kebetulan aku sedang ada di gudang ... Oke siap, nanti aku sampaikan ke petugas gudang.”

Siska meletakkan gagang teleponnya diiringi tatapan heran Pasha.

“Apa perlu tersenyum seperti tadi?” komentarnya. “Aku baru tahu kalau kamu orangnya ramah juga.”

“Namanya juga sedang kerja,” sahut Siska santai.

“Tapi dulu kamu judes sekali lho, ingat?”

“Masa lalu tidak usah dibahas lagi,” tukas Siska sambil mengalihkan pandangannya.

Bersambung—

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahan Kedua yang Dirahasiakan Suamiku    117 (TAMAT) S3: Pikirkan Sebelum Bertindak

    Pasha mengangguk kuat-kuat, dia sendiri tidak habis pikir apa motif Ririn melakukan itu. Disuruh Roni kah? “Apa? Jadi Ririn adalah salah satu pelaku?” Siska terbelalak lebar ketika Pasha menyampaikan apa yang dilihatnya tadi. Pasha mengangguk. “Benar-benar keterlaluan, dia sudah bikin aku dan sahabatku malu luar biasa. Aku harus telepon Roni sekarang!” “Buat apa, mau bikin keributan?” “Istrinya yang kurang kerjaan, masa suaminya sampai tidak tahu?” Pasha juga sama herannya, dia tidak kuasa menahan Siska yang terlihat memendam emosi tak tertahankan. Sementara itu, Roni sedang berada di jalan ketika ponselnya berdering nyaring. “Siska ... Halo?” “Ron, kamu tuh bisa mendidik istri kamu atau tidak sebenarnya?” Siska langsung menyembur telinga Roni dengan api kemarahan. “Maksud kamu apa?” “Aku yang seharusnya tanya, maksud Ririn apa pakai ngumbar-ngumbar masa lalu aku di akun berita online?” “Aku tidak paham, ini aku juga baru saja dihubungi polisi karena Ririn ada di sana!” “B

  • Pernikahan Kedua yang Dirahasiakan Suamiku    116 S3: Suami Baru Siska yang Mandul?

    Pasha memeluk bahu Siska dengan penuh kehangatan. “Aku janji akan menyelesaikan ini semua, aku juga resah sama pemberitaan itu.” “Maaf ....” “Jangan minta maaf, bukan salahmu.” Siska membalas pelukan Pasha dengan erat, dia bertekad ingin menatap langsung wajah pelaku yang telah mengganggu ketenangan hidupnya itu. “Pokoknya siapapun dia, aku mau dia dihukum berat.” “Pasti, biar dijadikan pelajaran oleh siapa pun untuk tidak menggali masa lalu seseorang seenak jidat.” Setelah pembicaraan mereka berakhir, Siska memutuskan untuk tidur karena dia ingin berangkat lebih awal ke kantor. “Gimana, Mas?” Di kediaman Roni, Ririn sedang menghidangkan secangkir teh hangat dan roti selai. “Aku dapat beberapa kontrak dari klien baru,” kata Roni memberi tahu. “Apakah klien itu dari mereka-mereka yang membatalkan kerja sama dengan perusahaan saingan kamu?” “Aku tidak tahu, karena aku tidak pernah tanya-tanya soal itu. Menurutku tidak bagus kalau kita terlalu menunjukkan kesenangan kita atas b

  • Pernikahan Kedua yang Dirahasiakan Suamiku    115 S3: Jangan Lagi Buka Media Sosial

    “Tapi aku belum punya bukti untuk menguatkan kecurigaan aku,” ujar Pasha menyesalkan. “Aku juga tidak mau kalau Cuma asal tuduh saja, semua kasus di dunia ini membutuhkan bukti.” “Kamu suruh orang saja untuk memata-matai Roni, cari yang profesional.” Ezra mengusulkan. “Oke, tapi aku juga harus tanya pendapat Siska dulu. Jangan sampai apa yang aku lakukan justru menimbulkan masalah baru.”Ezra memandang Pasha dengan sangat serius.“Kamu bertindak terlalu hati-hati ternyata.”“Bukankah harus? Keselamatan istri dan anak-anak sambungku juga harus dipikirkan,” kilah Pasha.“Aku setuju kalau yang kita bicarakan ini adalah tentang Shadan atau Monic yang agak-agak psikopat, tapi Roni? Aku bahkan tidak tahu menahu latar belakangnya selain dia adalah mantan suami Siska.”Pasha terdiam.“Dia pernah mendapat kontrak kerja di edisi sebelumnya,” katanya mengingatkan.“Ya, dua poin itu.”Setelah mempertimbangkan baik buruknya, pasha akhirnya setuju untuk mengintai Roni diam-diam.Beber

  • Pernikahan Kedua yang Dirahasiakan Suamiku    114 S3: Sengaja Ingin Menjatuhkan

    “Aku tahu Vit, kamu tidak perlu khawatir. Pasha tidak tinggal diam, aku yakin Pak Ezra juga akan berbuat sesuatu untuk pelaku yang sudah menyebarkan masa lalu kita ke orang banyak.” “Ezra juga mulai mengusut masalah ini, Sis. Biasanya dia kerja sama dengan suami kamu dalam segala hal kan?” Siska mengangguk. “Aku penasaran siapa pelakunya.” “Apa mungkin ... pelakunya adalah Yura?” Siska menatap Kavita dengan sangat lekat. “Tapi aku tidak ada urusan apa-apa sama Yura, Vit. Kalau betul dia pelakunya, maka sama saja dia sudah mengibarkan bendera perang terhadapku.” Kavita diam sambil berpikir. “Betul juga, kalau sama aku sih wajar. Yura tidak punya motif apa-apa untuk menjatuhkan kamu atau perusahaan Pak Pasha.” Sepasang sahabat itu sibuk berpikir dengan logika masing-masing. “Otakku buntu, aku tidak punya tersangka yang bisa aku curigai.” Siska akhirnya menyerah. “Kalau begitu biarkan suami-suami kita yang menyelidikinya.” “Betul, kamu juga jangan terlalu kepikiran. Masa lalu b

  • Pernikahan Kedua yang Dirahasiakan Suamiku    113 S3: Memiliki Dua Suami dalam Satu Waktu

    “Maksud kamu? Dih, aku nggak sebodoh yang kamu pikirkan! Kalau orang sudah nggak percaya, tentu mereka akan beralih untuk mencari perusahaan baru kan? Nah, situasi ini bisa kamu manfaatkan, Mas!”Roni terdiam, betul juga apa yang Ririn katakan. Namanya persaingan bisnis, sah-sah saja kan jika dia mengambil kesempatan dalam situasi seperti apa pun?***Untuk pertama kalinya sejak berita tentang masa lalu itu terbongkar luas di platform digital, Siska dan Kavita bertemu di kafe untuk minum kopi bersama.Kalau biasanya mereka memilih kafe standar masyarakat umum, khusus untuk pertemuan kali ini mereka memilih kafe ekslusif demi kenyamanan privasi masing-masing.“Vit, bagaimana kabar kamu?” tanya Siska begitu mereka duduk berhadapan.Wajah Kavita tampak sayu seperti orang yang kekurangan waktu tidur yang berkualitas.“Aku? Baik, Sis.”Suasana sedikit canggung, sehingga Siska bingung bagaimana cara untuk mencairkannya.“Kita ... sudah lama tidak bertemu, ya? Jujur aku kangen ngopi-

  • Pernikahan Kedua yang Dirahasiakan Suamiku    112 S3: Istri yang Diumbar Masa Lalunya

    “Jadi ... kita diam saja, Sha?”“Untuk sementara, nanti kalau mereka sudah tahu dan bergerak, baru kita ikut bantu.”Siska terpaksa setuju, dia geram sekali dengan si pembuat berita yang mengumbar masa lalunya.Bahkan Kavita juga ikut dikulik habis-habisan.Sesuai dengan rencana Pasha, Siska tidak berani menghubungi Kavita sejak berita tentang masa lalu mereka beredar. Bukan apa-apa, dia merasa tidak enak hati sendiri jika harus pertama kali membahas topik itu.Meskipun jauh di sudut hatinya, Siska juga sangat penasaran mengenai kebenaran pernikahan kontrak yang terjadi antara Kavita dan Ezra, bos mereka sendiri.“Sha, Pak Ezra bagaimana?” tanya Siska setelah berdiam diri selama beberapa hari tanpa mengontak Kavita. “Setiap aku bertemu sama dia, sikapnya tidak ada yang aneh ....”“Mustahil berita itu belum sampai ke telinga Pak Ezra!” bisik Siska dramatis. “Kecepatan informasi di jaman ini kan benar-benar gila, Sha. Aku khawatir seandainya tanpa sepengetahuan kita, Pak Ezra d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status