Kubalas Penghinaan Keluarga Suami Hampir SajaBab 39"Aku memilih jas warna pink untuk resepsi kita!" Riri memberitahu Gilang lewat telpon."Oh tidak, Kau ingin aku jadi cantik dengan baju warna itu?" Gilang keberatan dengan warna pilihan Riri."Warna Pink tidak akan mengurangi kegagahanmu, percayalah!" Riri terkikik diseberang sana."Kan, masih banyak warna lain," tawar Gilang. Dia membayangkan memakai baju pink, sungguh bukan seleranya."Aku suka warna itu," jawab Riri."Tapi...""Demi aku, Kamu pakai ya!" mohon Riri. Terdengar Gilang mendesah. Riri menjauhkan benda pipih itu dari telinganya lalu ia terkikik geli.Dia hanya mengerjai Gilang saja. Karena Riri tau calon suaminya itu tak menyukai warna pink.Riri dan Gilang membuat janji dengan dokter, sesuai kesepakatan mereka akan periksa ke dokter sebelum melangsungkan pernikahan."Siapa saja yang periksa?" Dokter Alana bertanya sambil menatap pasangan itu bergantian."Saya Dok!" jawab Riri."Saya juga!" sahut Gilang.Riri menatap
Pernikahan KeduaHasutan AkmalBab 40Handy keluar dari gudang menyusul Deswita yang sudah duluan kekantor. Sambil berjalan ia terus menatap layar pipihnya, seulas senyum terbit di bibir nya.Entah apa yang akan direncanakan nya. Hanya dia yang tau."Des! Sepertinya Kau menyukai Gilang ya?"Demi apa pertanyaan itu keluar dari mulut Handy."Siapa sih yang nggak suka sama cowok seperti Pak Gilang, baik, berkharisma lagi, yang pastinya nggak kayak Pak Handy."Deswita sengaja menjawab seperti itu, guna melihat reaksi Handy sebenarnya.Diluar dugaan, Handy malah tersenyum. "Kalau begitu, bagaimana kalau Kau goda dia!"Ide gila apa lagi ini? Deswita berdecak. Semakin tak habis pikir dengan pria dihadapannya ini."Kamu sadar sama yang baru Kamu bilang?" Deswita tidak menyebut bapak lagi meskipun masih di area kantor."Cukup sadar. Des, aku mencintai Riri. Aku ingin memilikinya juga." Tanpa rasa malu Handy mengatakan langsung didepan Deswita.Hati Deswita mencelos. Ini yang dinamakan sakit,
Pernikahan Kedua Pms Bab 41 Minggu pagi, cuaca tidak begitu cerah. Mendung lebih mendominasi langit yang putih. Riri baru saja turun kebawah untuk sarapan. Hari minggu adalah hari keluarga, Riri rencananya akan menghabiskan waktu dirumah. "Jalan dong, ajak Gilang!" usul mamanya. Dia tahu Gilang dan Riri belum terlalu intens, mungkin mereka memang saling tertarik satu sama lain, namun kebersamaan masih kurang. "Nggak deh, Ma. Di kantor tiap hari ketemu." Riri menyandarkan bobotnya di bahu sofa berwarna cream ruang bersantai. "Beda dong, dikantor kalian sibuk ngurusin pekerjaan, bukan saling mengenal namanya," ucap mama lagi. "Riri mau dirumah saja, Ma. Lagian nanti belum tentu kami tinggal disini setelah nikah, jadi ini mau dipuas-puasin dekat sama, Mama." Riri memeluk mamanya dari samping. Mamanya balas mengelus paha Riri. "Ya ya ya, takut kangen mama ya!" Riri mengangguk lalu mengecup pipi mamanya. "Nyonya, ada tamu!" Mbok Darmi datang menghampiri. "Oh ya, suruh ma
Pernikahan Kedua Pilihan MiuBab 42Apa yang dikhawatirkan Gilang akhirnya terjadi. Riri mendiamkannya di kantor. Berbicara hanya mengenai pekerjaan saja. Gilang dibuat gila hari ini.Adrian tertawa mendengar curhatan dari Gilang. Gilang menyugar rambutnya kasar, belum pernah ia merasa se frustasi ini. Selama ini Riri cuek merupakan hal wajar baginya, karena mereka tidak terikat apapun, namun saat ini status mereka akan menikah. Sungguh Riri berhasil mengacaukan pikiran pria baik hati itu. Mereka sedang menerima tamu diruangan papanya yang sekarang ditempati oleh Riri dan Gilang. Tamu dari perusahaan Jepang yang ingin membangun taman hiburan berupa water Park, dan berbagai wahana permainan untuk keluarga. Riri menyanggupinya untuk membangun tempat itu, tentu dengan perkiraan yang matang. Gilang pun tak ambil pusing dengan keputusan Riri. Hingga tamu itu pulang, Riri mengantarnya sampai ke lift, lalu kembali lagi keruangannya.CeklekPintu langsung dikunci lalu kunci itu di kanto
Pernikahan KeduaDiam-diam Ternyata Akmal...Bab 43Pada akhirnya Gilang yang mendiamkan Riri. Kini wanita itu uring-uringan sejak pagi Gilang hanya membahas masalah pekerjaan saja, tidak ada basa-basi sedikitpun. "Sabar, Bu Riri! Paling juga bentar lagi dia negur Ibu," ucap Adrian. Tadi pagi dia sudah menjelaskan itu pada Riri, tapi Riri tetap merasa tidak enak, merasa bersalah, merasa sakit karena di diamkan. "Udah setengah hari, loh!" Riri makin tak enak hati jadinya. "Anggap aja sebagai balasan, karena Bu Riri udah mencueki Pak Gilang kemaren." Adrian coba menenangkan bosnya itu. Ribet memang masalah perasaan ini, itulah sebabnya setiap pasangan itu di anjurkan untuk selalu terbuka satu sama lain.Riri menyesal sendiri. Bisa-bisanya dia percaya kalau Gilang ada main dengan Deswita.Pukul lima sore, Gilang langsung beranjak dari duduknya. Tanpa menoleh pada Riri lagi Gilang ingin segera pergi ke suatu tempat. "Aku nggak suka di di diamin begini, rasanya gimana gitu!" gerutu R
Pernikahan KeduaKejutan Untuk RiriBab 44"Sampai kapan Kau akan mendiamkanku terus?"Pada akhirnya ego itu luruh, Riri benar-benar tidak tahan lagi dengan sikap Gilang yang terus mendiamkannya. Dua hari rasanya seperti setahun.Yang ditanya tidak menjawab sama sekali. Gilang terus menatap lurus ke arah laptopnya, seakan tidak mendengar ucapan Riri.Riri menghela nafas lalu berdiri menghampiri tunangannya itu. "Mau sampai kapan?" Riri berdiri tepat dihadapan Gilang.Gilang hanya melirik sebentar, lalu fokus lagi ke laptopnya. Hal itu membuat Riri jadi geram."Ok! Kalau itu maumu, lebih baik kita batalkan rencana kita!" Riri mengatakan apa yang seharusnya tidak dikatakannya."Akhirnya, finishing!" Gilang merasa lega, pekerjaannya selesai lebih cepat dari yang ia perkirakan.Riri kembali kemejanya dengan wajah yang ditekuk serta hati yang tak karuan. Finishing katanya? Ok! Tidak apa-apa. Gumam Riri dalam hati. Dia sudah menurunkan egonya, menegur Gilang duluan, tapi pria itu tetap sa
Pernikahan KeduaAncaman NadiaBab 45Rumah itu dibuat atas nama Riri. Awalnya Riri menolak dan minta diganti saja karena menurutnya itu terlalu besar baginya. "Ku mohon jangan ditolak, itu ku persembahkan untuk masa depan kita nantinya. Itu sengaja aku desain sendiri loh, khusus buat my love Riri," ucap Gilang lalu beranjak menuju lemari untuk memperlihatkan pada Riri gambar rumah itu. "Apaan sih, lebay tau! Geli aku dengar Kamu bilang my love-my love." Riri tertawa. "Wow! Ini Kamu yang gambar?" Riri suka melihatnya. Seperti gambar orang yang sudah profesional dibidangnya. Gilang mengangguk. "Spesial for you!" ucap Gilang seraya tersenyum menatap Riri. Senyum yang selalu dirindukan Riri. "Terimakasih banyak!" Riri terharu untuk yang kesekian kalinya. Air matanya luruh karena bahagia. Gilang tak kalah bahagia, melihat Riri menerima dan menyukai hadiah darinya. "Cepat habiskan kopimu! aku harus mengantarmu setelah ini." Gilang mengingatkan Riri. Pasalnya sudah jam sembilan mala
Pernikahan KeduaGilang Di CulikBab 46Wiren benar-benar takut setelah mendengar ancaman dari Akmal tadi, ia berjalan mondar mandir di rumahnya. Berat rasanya harus meninggalkan rumah ini dan kembali ke Batam. Dia terlalu menyukai rumah ini dan disini ia bisa sering menghabiskan waktu dengan suaminya. "Ada apa?"Handy muncul dari depan. Rupanya Wiren tadi menghubunginya ingin minta solusi."Aku harus bagaimana, Han? Aku nggak mau pindah lagi," keluh Wiren, berharap Handy dapat menolongnya."Kalau Kau tak pergi, Akmal akan menceraikanmu," jawab Handy.Wiren semakin pusing saja, Handy pun sepertinya tak akan bisa menolongnya. Sia-sia dia menghubungi pria itu."Apa tidak ada jalan lain?" tanya Wiren lagi.Handy menggedikkan bahunya. Mau menolong bagaimana. Dia sendiri pun tau Nadia adalah orang berduit yang bisa membayar siapapun untuk menangkap Wiren. "Br***ng**ek!"Wiren yang tak tenang itu pun mengumpat."Saran Akmal benar, sebaiknya kalian pergi dari sini! Aku khawatir Nadia su