Pernikahan Kedua

Pernikahan Kedua

last updateLast Updated : 2022-11-14
By:  AzitungCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
9 ratings. 9 reviews
150Chapters
136.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Pernikahan yang kandas karena keserakahan mertua, mengakibatkan perceraian Riri dan Tama. Hingga Riri bertemu pria masalalu yang ternyata punya niat terselubung. Riri di antara dua pilihan, kembali ke pria masa lalu atau justru dengan pria bernama Gilang yang selalu ada untuknya. Serta rumitnya hubungan Akmal dan Nadia.

View More

Chapter 1

Ikrar Talak

Ikrar Talak

Bab  1 

"Kutalak Kamu Riri Danu Subrata, mulai saat ini kita bukan lagi suami istri!"

Deg

Benarkah yang kudengar ini? 

Suami yang selalu kudukung, deminya aku meninggalkan keluargaku. Dengan mudahnya mengucapkan talak? 

Syok? Tentu saja. Air mataku berlomba turun kebawah, bak air terjun. Hatiku jangan ditanya lagi. Sakit.

"Mas!" ucapku lirih. Kutatap mata kekasih halalku, eh, bukan lagi, Dia sudah bukan suamiku lagi, yang sudah membersamaiku tiga tahun ini. 

Apa salahku? Bagai dipukul palu godam sakitnya hatiku, ibarat kaca pecah, sudahlah pecah remuk pula. Meski berharap ini cuma mimpi, namun rasanya tak mungkin ini mimpi. Ini nyata. 

"Kemasi barang-barangmu, angkat kaki dari sini!" hardiknya kasar. Namun enggan menatapku, hanya tangannya yang menunjuk kearah pintu. Aku terpaku ditempat. Rasanya kakiku melemah, tak ada tenaga untuk melangkah. Padahal aku sangat mencintainya. Deminya aku meninggalkan kemewahan. Deminya aku bertahan meski caci maki sumpah serapah selalu dilontarkan ibu dan adiknya. 

"Dasar benalu!"

"Tiga tahun aku memperjuangkan rumah tangga kita, tapi apa yang Kamu buat dibelakangku, hah!"

"Kurang baik apa keluargaku padamu, tapi apa balasanmu? Benar kata ibu. Ternyata selama ini kau merampas uang jatah ibu. Keterlaluan Kamu Riri! Istri tak tau diri!" Suaranya meninggi. Aku terkejut bukan main. Tak tau diri katanya.

Wajahnya mengeras, tumpahkan lagi, Mas. Biar aku tahu apa alasanmu menalakku? Batinku.

Aku belum bersuara sama sekali, biarlah ia semakin kesal dengan diamnya aku. Aku tidak merasa buat kesalahan. Aku keluar pun tadi sudah izin sama dia. Aku memang pulang membawa motor baru. Apa karena motor itu?

Motor itu kubeli untuk memudahkan berjualan online. Toh aku juga tak ingin membebaninya. Karena Mas Tama juga harus bertanggung jawab terhadap adik dan Ibunya

Ia beranjak lalu keluar dari kamar dengan membanting pintu. Aku terduduk bersandar dilemari. Kuremas bajuku, mencoba menguatkan hati yang tengah pilu. Padahal aku bukanlah tipe istri yang banyak menuntut, selama ini selalu kusesuaikan gayaku dengan gaji pemberiannya.

Jatahku hanya dua juta untuk sebulan sedangkan untuk ibunya dia selalu memberi 10 juta. Entah untuk apa uang itu, setiap bulan selalu habis, bahkan tak jarang akhir bulan ia sudah hutang sana sini.

Aku memanfaatkan ponsel untuk berjualan online, meski tak begitu banyak pelanggan tapi cukuplah untuk menambah kebocoran uang belanja. Meski serumah dengan ibunya, akulah yang selalu belanja untuk kebutuhan dapur. 

Sangat tidak adil memang. Beruntungnya mobil Mas Tama tidak kredit lagi.

Dua hari yang lalu ia baru saja menerima bonus tahunan. Entah mengapa ia memberikannya untukku. Ku pikir itu memang untukku makanya aku nekat membeli sepeda motor baru. 

Kuseka lagi air mata yang enggan berhenti. Terdengar diluar suara ibu dan Mita adik Mas Tama.

"Begitulah kalau punya istri orang miskin Tam, ada uang langsung beli ini itu. Tak bisa menabung. Dasar udik!" terdengar suara ibu yang mengataiku. 

Udik? Kupindai tubuhku. Ya aku memang sedikit udik. Itu karena aku mengikuti keuangan yang diberikan Mas Tama.

Ceklek

"Masih belum siap? Apa perlu kami bantu?" suara Mita terdengar menjijikan ditelingaku. 

Ku paksa untuk berdiri mengambil dan koperku. 

"Kasihan ya, Bu. Sudah miskin, sekarang gelandangan. Oh sayang, cantik-cantik kok gelandangan!" Mita terus mencibirku. 

Kuhentikan kegiatanku, ku tarik napas dalam lalu kulihat wajahnya yang tersenyum mengejek ke arahku.

"Apa belum puas kalian menyakiti aku?" kutatap tajam matanya.

"Aduh, Ibu. Mita takut, lihat itu matanya menyeramkan sekali!" Ia malah meledekku. Ibu yang seharusnya mengajarkan baik pada anaknya pun ikut mengejekku.

"Mana mungkin kami puas, gembel! Manusia tak jelas sepertimu memang pantas di sakiti. Tak sudi punya ipar kampungan sepertimu!" 

Sombong sekali dia. Baiklah, Aku akan pergi dari sini dan membalas perlakuan mereka.

Koper ku isi dengan baju seadanya saja, lalu kuseret keluar sembari menunggu taksi.

"Taksi!" panggilku. Taksi menepi aku menatap kembali kerumah yang pernah kutempati itu sebelum naik kedalam taksi.

"Kemana, Mbak?" tanya sopir ramah. 

"Perumahan Kencana Indah, Pak." jawabku. Sopir mengangguk.

Aku kembali menangis, tak mudah untukku melupakan ini, dan lagi apa yang membuat Mas Tama tega menceraikan aku. Selama ini hubungan kami tidak ada masalah. Sejahat apapun adik dan Ibunya, aku tak pernah mengadu, semua kusimpan dalam hati. Aku tau ia sangat menyayangi ibunya, aku harus bisa menjaga perasaannya. 

Sampai aku didepan gerbang rumah nomor 10. Sebelum menekan bel, tampak Pak Jaja keluar dari pos satpam, mungkin ia sudah melihatku.

"Nyonya Riri!" ucapnya. Aku mengangguk ramah. Setelahnya Pak Jaja mengambil alih koperku. Aku segera masuk tak sabar ingin menumpahkan sedihku ini.

"Riri! Tumben, sudah kesini? Biasanya dua minggu sekali." Mama menghampiriku. Aku langsung memeluknya sambil menangis. Mama sepertinya heran, namun memilih membalas pelukanku. 

Setelah puas menangis, Mama menarikku duduk di sofa. Ia menghapus sisa air mataku.

"Sudah tenang?" 

Aku mengangguk.

"Ceritalah, Mama siap mendengarkan!" ucapnya lembut. 

Aku mulai menceritakan apa yang kualami dirumah mertua. 

"Sudah mama duga. Kamu tau? Itulah alasan kami tak begitu setuju, karena Tama ini sangat condong pada ibunya," ujar Mama. Aku cukup terkejut. Selama ini aku pikir mereka tak setuju karena Mas Tama dari keluarga sederhana.

"Mama, bukankah baik kalau pria menyayangi ibunya? Sama seperti Kak Akmal, dia sangat menyayangi Mama." Aku mengagumi kakakku karena kasih sayangnya pada Mama sangat luar biasa, bahkan ketika ia sudah menikahpun dan Kak Nadia juga tampak bahagia tak pernah merasa cemburu pada Mama. 

Hingga aku melihat Mas Tama yang begitu menyayangi ibunya, membuatku tersentuh. Aku pun bersedia menjadi kekasihnya dan dilamar menjadi istrinya. 

Karena orang tua yang tidak setuju. Aku menutupi jati diriku. Saat itu hanya Kak Akmal waliku, karena papa menolak menikahkanku dan menyerahkannya pada Kak Akmal.

Pernah aku ingin membuka jati ditriku yang sebenarnya, tapi keserakah akan uang, membuatku mengurungkannya hingga tiga tahun usia pernikahan kami.

Namun kali ini, akan kutunjukkan siapa diriku sebenarnya. Yang selalu mereka hina dan rendahkan.

"Kakakmu berbeda, Nak. Mama tidak mencampuri rumah tangga mereka. Dan Mama tak pernah membicarakan Nadia dibelakang. Lain dengan Ibu mertuamu, ia selalu ikut campur, dan gayanya sudah melebihi uangnya," jawab ibu panjang. 

Aku mengernyitkan dahi. Kok Mama bisa tahu gaya hidup mertuaku? Bukannya selama ini aku tak pernah cerita pada mama?

"Kamu pikir dari mana uangnya kalau bukan dari suamimu. Gaji Tama itu cuma 15 juta. Itu saja tak sanggup mencukupi gaya ibunya," lanjut mama lagi. Aku semakin heran saja. Mungkinkah mama menyelidikinya?

"Mama tau dari mana? perasaan Riri nggak pernah cerita deh." Aku menatap serius Mama.

Mama menghela nafas kasar. "Ibu mertuamu itu ikut geng arisannya mama." 

"Apa?"

Kaget aku, sontak mama menutup telinganya. 

"Arisan mama itukan mehong, sekali ketemunya saja musti punya puluhan jeti." Aku tau persis pergaulan mama dulu sebelum aku menikah, aku pernah ikut dengan mama. 

"Jangan-jangan dia kenal mama?" Tiba-tiba aku jadi takut kalau ibu tau aku anak mama.

Mama tertawa. "Ya nggaklah, mana mungkin dia tau. Mama itu selalu waspada. Waktu mereka main kesini. Sengaja mama copotin itu fhoto-fhoto yang ada kamunya." 

Ah! Syukurlah! Aku belum siap saja untuk mengungkap diriku sekarang. Biarkan saja nanti perlahan.

Aku beristirahat sejenak. Tiga tahun tak kunikmati fasilitas ini. Kini saatnya aku kembali seperti dulu.

Memanjakan diri, tidak mengerjakan lagi pekerjaan rumah, seperti yang kulakukan tiga tahun belakangan ini dirumah mertua. Hatiku kembalu berdenyut kala mengingatnya.

"Tunggu pembalasku!" 

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Sherly
trus di tingkatkan lagi ceritanya
2023-07-12 21:11:13
1
user avatar
Dwi Novita
novel nya bagus
2023-07-04 23:31:07
1
user avatar
M Rafa Zohri
Regi ega ada kelajutanya thor ?
2023-04-01 09:45:31
1
user avatar
Wildatuz Zaqiyyah
Ceritamu keren, Kak. .........
2023-03-16 19:39:38
1
user avatar
Zudia
akaak. semangat lanjuut
2023-03-16 17:23:58
1
user avatar
Firdaus Nasir
cerita yg menarik,, semoga alur cerita nya. tetap bagus dan enak dibaca
2022-12-08 20:04:13
1
user avatar
Azitung
Bismillah Kisah ini semakin lama akan semakin seru, di bab bab selanjutnya.
2022-09-28 22:54:09
1
user avatar
ET. Widyastuti
Semangat, kak. lanjut ...
2022-09-28 18:24:20
3
user avatar
Astika Buana
Semangat nulis, Kak. Ceritanya keren.
2022-09-28 11:58:18
1
150 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status