***Seperti biasa, pagi ini Yamazaki melihat Gadis di ruang labotarium seorang diri. Sepagi ini Gadis sudah fokus di depan laptop dan terlihat serius. Wajahnya sangat teduh dan pashmina warna pastel yang melekat di tubuhnya membuat Gadis semakin anggun, kecantikan yang terjaga sempurna.“Assalamualaikum…”Gadis menoleh dan ia tersenyum. “Wa’alaikumussalam, Sensei.”“Sudah sejauh mana tugas yang saya berikan padamu? Apa kamu enjoy mengerjakannya?”“Alhamdulillah, saya mengerjakannya dengan senang hati dan nanti saya akan buktikan kalau saya mampu membabat habis tugas yang Sensei berikan ini. Tinggal dua hari lagi saya akan melakukan presentasi ini,” jawab Gadis dengan antusias.Yamazaki tersenyum, kali ini ia begitu tak sabar menanti kejutan dari sang mahasiswi bimbingannya itu. Gadis terasa spesial untuknya. “Kamu bawa kotak makan banyak sekali, apa kamu juga jualan?” tanya Yamazaki terkejut melihat banyak kotak makan yang berjejer.“Ini buat teman-teman juga. Saya sudah janji sama me
***“Gadis, biar saya yang antar!”Albert dan Gadis langsung melihat ke arah sumber suara. “Sensei,” seru Gadis.“Gadis dan saya ada urusan nanti malam di Masjid Camii, jadi kita akan pergi bersama ke sana,” tambah Yamazaki menjelaskan.“Iya, Sensei. Syukur kalau Gadis tidak pulang sendirian karena saya khawatir,” balas Albert.“Bagaimana dengan tugas yang saya berikan? Apa kamu dan Deborah sudah selesai mengerjakan?” tanya Yamazaki.“Saya dan Deborah sudah selesai mengerjakannya, tapi Deborah saat ini masih makan siang. Saya akan panggilkan dia,” sahut Gadis.“Tidak usah! Kamu saja yang ke ruangan saya sekarang! Deborah bisa nyusul nanti,” tukas Yamazaki. “Albert, nanti suruh Deborah setengah jam lagi menemui saya di ruangan,” pintanya.“Baik, Sensei,” balas Albert.Setelah di ruangan Yamazaki mengoreksi beberapa yang salah, ia sangat teliti bahkan tidak segan-segan membuat Gadis terdiam karena Yamazaki begitu tegas dan ia memberi kritik yang tajam. Melihat Gadis yang diam saja membu
***Gadis merasa lega karena semalam ia bisa menumpahkan segala kerinduan yang dulu ia enggan katakan pada ayahnya karena ia malu dan canggung untuk mengatakan langsung. Gadis tersenyum melihat wajah ayahnya yang tidak bisa menyembunyikan rasa harunya karena ia mengatakan rindu dan tentunya saat ia mengatakan bahwa saat ini resmi menutup aurat. Gadis menghela napas panjang, hari ini ia dan Mesya akan pergi masjid Camii untuk datang ke perkumpulan komunitas muslim di Jepang. Gadis bergegas pergi agar ia tidak terlalu telat.“Mesya!” pekik Gadis terkejut.“Baru bangun?” tanya Mesya menyelidik, belum Gadis menjawabnya Mesya langsung bertanya lagi, “Kamu habis nangis?”Gadis menghela napasnya dan ia menggelengkan kepalanya. “Memang tadi selepas subuh, aku ketiduran saat asyik membaca buku dan semalam aku nangis karena merindukan keluargaku. Ayahku pun semalam menangis, tapi ayah menangis karena terharu kalau aku sekarang gendutan. Aku gendutan ya?”“Kamu sekurus ini disebut gendut? Lalu a
***Gadis termenung menatap layar laptop, setelah melakukan video call sebentar bersama Elang yang sudah lama tak pernah bertemu meski di layar gadget, ia menangis merindukan saudara satu-satunya itu karena biasanya bulan ramadhan selalu menghabiskan waktu secara khusus untuk keluarga saat Elang bisa pulang.“Gadis, kenapa menangis?” tanya Albert, ia duduk di depan Gadis.Gadis tersenyum dan ia menyeka air matanya dengan tissue. “Aku hanya merindukan keluargaku, biasanya aku enggak pernah jauh dari mereka. Ramadhan kali ini sungguh berbeda dan hari raya nanti aku pun tidak bersama mereka, seperti ada tempat yang kosong di hatiku.”“Di sini ada aku dan lainnya, jadi kamu tidak kesepian. Bagaimana kalau kita merayakan hari raya agamamu dengan pergi berwisata ke Sapporo?” kamu pernah pergi ke sana?”Gadis menggelengkan kepalanya. “Di mana itu?”“Sapporo terletak di bagian utara negara Jepang dan Sapporo adalah salah satu destinasi liburan musim panas di dunia dan menghadirkan pemandangan
***“Bagaimana puasa di Tokyo?” tanya Aisyah.“Sedikit agak berat karena waktunya lebih lama dan puasa kali ini bertepatan dengan musim panas. Tapi yang lebih membuat sedih itu karena ini adalah puasa pertama yang jauh dari keluarga,” jawab Gadis.“Memang agak berat bagi yang pertama kali datang ke Jepang. Tapi semuanya tidak terasa berat karena di sini kita menemukan orang-orang yang baik. Dulu juga aku begitu, merasa sedih karena jauh dari sanak saudara,” ucap Aisyah. Lalu ia mengehela napas sejenak sebelum melanjutkan obrolannya. “Gadis, waktu itu maafkan aku ya! Aku enggak tahu tentang masalahmu. Maafkan aku kalau ucapanku itu membuatmu sakit hati.”Gadis tersenyum. “Harusnya aku yang minta maaf sama kamu, Kak. Aku pergi begitu saja tanpa pamit dan mengucap salam. Harusnya aku menjawab pertanyaanmu bukan lari.”“Aku yang salah. Aku langsung saja menanyakan hal yang pribadi di depan banyak orang. Harusnya kalau aku tanya ya hanya ada kamu saja. Maafkan aku ya!”“Enggak masalah, Kak
***Albert mengajak Gadis ke Shinjuku Gyoen. Di Shinjuku terdapat gedung-gedung pencakar langit, pusat-pusat perbelanjaan dan banyak gedung berasitektur kuno. Di distrik inilah Gadis bisa menemukan spot-spot untuk merasakan keaslian alam.“Meski saat ini sedang musim panas, tapi aku bisa melihat daun sangat lebat dan pepohonan. Terasa sangat menenangkan, aku suka!” seru Gadis.“Di Shinjuku kita dapat menikmati pemandangan dari tiap-tiap musim karena di sini ditanami berbagai jenis tanaman. Kita dapat menikmati bunga sakura dan bunga-bunga lain yang bermekaran di musim semi, daun lebat pepohonan di musim panas, pemandangan indah daun-daun momiji yang berguguran di musim gugur, dan salju juga daun-daun di pepohonan yang mengering di musim dingin. Kamu jangan pernah melewatkannya!” tutur Albert.“Kamu ternyata tahu segalanya tentang Jepang, kamu sudah lama di Tokyo?”“Tidak semuanya tahu, aku pergi bersama teman-temanku jika sedang suntuk dan aku sudah tiga tahun menetap di sini,” balas
***“Semuanya sudah bagus, saya tinggal menunggu presentasi dari kalian. Nanti untuk jadwalnya saya akan menghubungi kalian lagi,” ucap Yamazaki, ia menyerahkan masing-masing paper pada Albert dan Deborah. Namun ada hal yang aneh, keduanya belum juga beranjak dari kursinya dan membuat Kento kebingungan karena mereka saling menatap satu sama lainnya dengan tatapan bingung. “Ada hal yang ingin kalian sampaikan?”tanyanya.“Iya, Sensei. Masalah izin untuk beberapa hari,” balas Deborah cepat.“Kamu ingin mengambil cuti untuk alasan apa?”“Bukan saya, tapi izin untuk semuanya, Sensei,” sahut Deborah.Kening Kento mengerut. “Untuk semuanya? Maksud kamu semua mahasiswa yang saya bimbing ingin mengajukan cuti?”“Iya, Sensei. Kami ingin liburan sejenak ke Sapparo. Hanya izin dua hari, kita ingin cuti karena selama ini selalu sibuk dengan pekerjaan di laboratorium dan juga riset. Sekalian untuk merayakan kedatangan Gadis dan merayakan hari raya agamanya. Apa Sensei mengizinkannya?” terang Debora
***Gadis sudah berada di rumah mewah milik kedua orang tua Yamazaki dan Harumi yang berada di Gaienmae dan Aoyama-itchome dan terletak dekat satu sama lain dengan Omotesando. Keduanya merupakan lingkungan kelas atas dengan jalan-jalan yang mengesankan seperti Icho Namiki Avenue yang juga dikenal sebagai “Golden Street” karena terdapat pohon-pohon ginkgo kuning emas di sepanjang jalan tersebut. Gadis tentu saja tak bisa menyembunyikan kekagumannya melihat rumah mewah yang berada di Gaiaenmae dan Aoyama-itchome. Gadis menilai lingkungan ini berdiri sebagai lambang perkembangan Tokyo. Tempat-tempat tersebut tidak hanya memiliki butik mewah, restoran, dan rumah modern, tapi juga taman hijau yang mengesankan dan memiliki bisnis futuristik.“Kenapa hanya makan sedikit?” tanya Fumie, ia langsung duduk di sebelah Gadis yang dari tadi memisahkan diri dari kerumunan.“Saya kenyang, Ma. Begitu banyak makanan yang ingin saya cicipi, tapi apa daya kalau perut saya enggak kuat,” balas Gadis.“Kena