Share

BAB 18 : RUMAH IBU

“Gimana? Keberatan?”

Safira bertanya lagi karena Bima tak kunjung menjawab. Ia mengerti jika pria pasti terkejut dengan permintaannya ini, jadi dia memutuskan untuk menunggu. Bima pasti sedang berpikir.

“Penyesalan terbesar?” Bima seperti sedang kepayahan ketika mengulang ucapan Safira. “Kehilangan ayah, itu jadi salah satu penyesalan terbesar lo?”

“Iya.” Safira meletakkan botol airnya di atas mini bar. Ia tersenyum tipis. “Kamu nggak tahu, kan?”

“Jadi itu yang buat lo nangis segitunya di makam bokap?”

Safira menghela napas, menatap ‘suami’nya lekat. “Sebelum pacaran sama kamu, aku lebih dulu sahabatan sama Lusi, Abhimana. Jadi sebelum pacaran sama kamu, kamu juga pasti tahu kalau aku lebih dulu kenal orangtua kamu. Kamu … nggak lupa soal itu, kan?”

Bima diam.

“Buatku, ayah dan ibumu itu sudah seperti orangtua kedua. Aku sangat menyayangi mereka sama seperti aku menyayangi ayah dan ibuku sendiri. Setiap ngeliat Om Arhan, aku sama seperti melihat ayahku. Jadi, gimana aku nggak sedih,
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status